Anda di halaman 1dari 2

RIWAYAT HIDUP AL-MAWARDI

Al-Mawardi merupakan seseorang yang disebut sebagai penemu pertama dari teori politik
islam pada abad XI Masehi, tepat 5 abad sebelum para sarjana dari dunia Barat mengenal teori politik.
Al-Mawardi juga dikenal sebagai seseorang yang pertama kali menulis mengenai sistem administrasi
negara. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai petinggi negara dan tokoh madzhab syafi’I yang
terkemuka pada masa kepemimpinan Dinasti Abbasiyah.1 Al-Mawardi memiliki nama lengkap Abu al-
Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri. Panggilan “Al-Mawardi” disematkan karena
kecerdesan dan ketajaman beliau dalam menganalisis masalah, serta kecakapan beliau dalam
berorasi, berargumen dan berdebat, sedangkan “Al-Bashri” di nisbahkan pada Namanya sesuai
tempat kelahirannya yaitu daerah Basrah. Beliau dilahirkan di daerah Basrah pada tahun 364 H atau
975 M dan wafat pada usia 86 tahun, tepatnya tanggal 30 Rabiul Awwal 450 H.2
Pada masa kecil Al-Mawardi dihabiskan untuk belajar di daerah kelahirannya, yaitu Bashrah.
Bashrah merupakan kota yang terkenal sebagai pusat studi dan pusat ilmu pengetahuan islam,
disitulah Al-Mawardi menghabiskan waktu masa kecilnya untuk belajar hadist dan agama. Setelah itu
beliau melanjutkan studinya di Universitas Al-Za’farani Baghdad. Al-Mawardi merupakan sosok yang
selalu haus akan pengetahuan, ia banyak mempelajari ilmu dari guru-guru besar, diantaranya yaitu,
Al-Mawardi mempelajari ilmu hukum, tata bahasa dan kasusastran dari ‘Abdul Wahid Al-Shaimari,
beliau merupakan hakim dan ahli fiqih bermazhab syafi’i. Selain itu Al-Mawardi belajar mengenai
mazhab syafi’I dari ‘Abu Hamid al-Isfiraini, lalu beliau juga belajar mengenai tasawuf dari Abu
Muhammad Abdullah bin Muhammad al-Bukhari al-Ma’ruf al-Baqi. Setelah selesai masa belajar, lalu
ia mengajar di Baghdad dan melahirkan banyak ulama terkemuka.3
Pada masa hidupnya, beliau berada pada masa perpolitikan Dinasti Abbasiyah yang mana
pada saat itu mengalami banyak pergesekan dan disintegrasi, kehidupan hedonis dan sarat akan
kemewahan terjadi di kalangan para pemimpin muslim. Hal itu terlihat dari pakaian dinas yang
dikenakan, acara-acara dan kehidupan mereka yang penuh kemewahan. Sedangkan disintegrasi pada
masa itu disebabkan oleh banyak hal, diantaranya yaitu hilangnya rasa kepercayaan serta amanah,
terjadinya perebutan kekuasaan antara Dinasti Abbasiyah dan Alawiyah, dan lebih mengutamakan
pembinaan peradaban islam daripada politik. Akibat dari permaslahan-permasalahan tersebut yaitu
banyaknya provinsi yang melepaskan diri bahkan memberontak serta merebut kekuasaan tertinggi
Dinasti Abbasiyah di Baghdad.4

1
Munawar Sjadzali, ‘Islam Dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, Dan Pendidikan’, 1993, 20–39.
2
Rashda Diana, ‘Al-Mawardi Dan Konsep Kenegaraan Dalam Islam’, Tsaqafah, 13.1 (2017), 157
<https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v13i1.981>.
3
Sjadzali.
4
Diana.
Karena kecakapan, keberanian, ketegasan dan ahlaknya yang terpuji membuat Al-Mawardi
pun mampu menempati posisi-posisi strategis dalam pemerintahan. Sebagai ahli hukum ia pernah
menjabat menjadi hakim di berbagai kota, bahkan pada tahun 991-1030 M ia menjabat sebagai Hakim
Agung (Qadi Al-Qudah) di Baghdad, selain itu ia juga menjabat sebagai penasihat khalifah di bidang
hukum Islam dan pemerintahan. Selain menjadi ahli hukum, Al-Mawardi juga dikenal sebagai
seseorang yang pandai berdiplomasi dan ia pun menjabat sebagai mediator perundingan antara
Abbasiyah dengan Buwaihiyah dan beliau berhasil memuaskan dua belah pihak dengan solusi tampuk
pemerintahan tertinggi tetap di pegang oleh Abbasiyah, sedangkan perpolitikan di pegang oleh
Buwaihiyah.5
Al-Mawardi sendiri dikenal sebagai sosok yang rasional, ia tidak hanya mengikuti mazhab yang
sedang berkembang pada masa kepemimpinan tersebut. Apabila madzhab tersebut tidak sesuai
dengan apa yang menurut logikanya benar, ia tidak akan mengikuti madzhab tersebut. Banyak
pemikiran Al-Mawardi yang menganut Mu’tazilah. Pemikiran-pemikiran tersebut diletakkan pada
karya-karya tulisnya.

KARYA-KARYA TULIS AL-MAWARDI


Al-Mawardi banyak melahirkan karya-karya tulis yang membahas mengenai keagamaan,
seperti kitab tafsir Al-Quran al-Nukat wa al-‘Uyun, buku fiqih madzhab syafawi al-Hâwî al-Kabîr, al-
Iqnâ’, A’lâm al-Nubuwwah yang membahas tentang dalil-dalil kenabian, dan Kitâb fî al-Buyû’ yang
mana berisi mengenai hukum jual-beli. Sedangkan karyanya mengenai pemikiran sosial-politik yaitu,
al-Ahkâm al-Sultâniyyah wa al-Wilâyat al-Dîniyyah, buku ini berhasil menarik perhatian besar di dunia
Barat dan buku ini diterbitkan kembali di Bonn pada tahun 1853 dengan judul Maverdii Constitutiones
Politicae, selain itu ada Nasîhat al-Mulûk yang mana masih berupa naskah dan tersimpan di
perpustakaan di Paris, lalu ada juga Tashîl al-Nazar wa Ta’jîl al-Zafar yang berisi tentang sendi-sendi
dasar kekuasaan, etika, dan cara-cara menggunakan kekuasaan, dan ada pula Qawânîn al-Wizârah wa
Siyâsat al-Mulk, buku ini terbit untuk pertama kali di Mesir tahun 1929 dengan judul Adab al-Wazîr
dan juga telah diterbitkan dalam bahasa Jerman, Perancis, dan Inggris. Sedangkan karyanya yang
berhubungan dengan sastra arab dan bahasa yaitu Kitâb fî al- Nahw, al-Amtsâl wa al-Hikam yang mana
berisikan kata-kata mutiara dan juga syair-syair Arab terkemuka, dan ada pula karya kombinasi etika
keagamaan dan bidang sastra yang berjudul Adab al-Dunyâ wa al-Dîn.6

5
Diana.
6
Diana.

Anda mungkin juga menyukai