Anda di halaman 1dari 15

KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM

KESEHATAN MASYARAKAT
‘MENTAL MODELS’

OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS B 018

ANISA NINUK MELANIA J1A118106


FITRA RAHAYU J1A118121
FITRI AULIA J1A118140
DHIYA RAMADHANI J1A118189
MARWAHIDA MUNA J1A118193

AMBO SAKKA, S.K.M., M.A.R.S

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah
satu tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat
yang berjudul “Mental Model”.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah kami, sehingga dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan
umum dan Mahasiswa(i) Universitas Halu Oleo khususnya.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekeliruan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun
agar pada pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik.

Kendari, 19 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I LATAR BELAKANG.................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam beberapa tahun terakhir ini, ilmu kepemimpinan berkembang pesat


seiring dengan tuntutan adanya manajemen pengelolaan organisasi ataupun
perusahaan yang baik. Pada era globalisasi dan era masyarakat informasi yang
berdampak pada persaingan yang ketat terhadap berbagai bidang organisasi. Suatu
organisasi dituntut untuk terus mampu bersaing dan mencapai suatu tujuan dari
organisasi tersebut. Dalam menuju suatu tujuan tersebut suatu organisasi harus
terus-menerus belajar dan meningkatkan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
produk unggul. Mendasarkan pada berbagai kondisi perubahan yang cepat dan
faktor persaingan yang tinggi inilah yang kemudian menghasilkan kosa kata baru
dalam ilmu Knowledge Manajemen yang biasa disebut dengan learning
organization.

Learning organization adalah usaha yang dilakukan oleh sebuah organisasi


yang melakukan proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar dalam sebuah
organisasi tersebut dapat tetap stabil meskipun banyaknya perubahan yang terjadi.
Dalam mewujudkan learning organization dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti training, kursus, outbond, dan lainnya.

Learning is the power of growth, and individual learning is also the


resource of business growth. (Chang dan lee, 2007). Kehidupan merupakan suatu
proses dari pertumbuhan, dan kekuatan dari pertumbuhan itu sendiri adalah
dengan belajar. Dengan belajar, seseorang dapat mengembangkan dirinya ke arah
yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri tidak akan berhenti karena seseorang
akan terus belajar selama hidupnya, begitu pula dengan organisasi. Keadaan
lingkungan yang terus berubah, memaksa organisasi untuk terus membenahi diri
dan menghadapi perubahan itu dengan segala kemampuan yang telah
disiapkannya. Dengan kata lain, organisasi secara tidak langsung juga selalu
mengalami proses pembelajaran.

1
Learning organisation mulai didiskusikan dalam beberapa literatur sekitar
tahun 1920 . Namun pada tahun 1980, baru sedikit organisasi atau perusahaan
yang menyadari pentingnya learning organisation, dalam meningkatkan kinerja
organisasi atau perusahaan. Para pemimpin organisasi atau perusahaan mulai
menyadari arti penting mengkaitkan "learning organisation" dengan "corporate
performance", "competitiveness", dan "keberhasilan organisasi".

Learning organisation merupakan salah satu ciri organisasi abad 21, karena
organisasi yang demikian mampu menjawab tantangan yang dihadapi sekaligus
menjamin terciptanya kehidupan dan kelangsungan organisasi. Organisasi yang
memiliki keunggulan di masa depan akan menjadi organisasi yang senantiasa
menumbuhkan komitmen dan kapasitas belajar anggotanya pada semua tingkat
organisasi. Pengetahuan merupakan sub-sistem dari learning organization
(Marquardt & Reynolds 1996). Paradigma keunggulan dapat dipertahankan dan
dikembangkan manakala organisasi memiliki kemampuan belajar lebih cepat dari
pesaingnya. Majalah fortune pada salah satu penerbitannya menyatakan bahwa
perusahaan yang paling sukses pada tahun 1990-an adalah perusahaan
yangterbentuk learning organization, yaitu organisasi yang anggotanya mampu
mengembangkan kapasitasnya secara berkelanjutan dalam mewujudkan hasil yang
optimal. Perhatian yang cukup besar yang ditulis oleh beberapa publikasi bisnis
seperti : Harvard Business Review, The Economist, Business Week, Fortune dan
Asia Week, diarahkan kepada lima disiplin yang diarahkan oleh Peter Senge. Apa
saja lima disiplin itu ? (1) personal mastery, (2) mental models, (3) shared vision,
(4) team learning, (5)systems thinking.

Dalam lima disiplin ini mental model menjadi salah satu aspek penting
yang tidak bisa terpisahkan dalam mencapai tujuan organisasi. Hal ini menjadikan
mental model berkaitan erat dengan kepemimpinan(Leadership).

Kepemimpinan (leadership) yang digunakan dalam learning organization


itu adalah bukanlah orang yang dominan dalam organisasi, tetapi bagaimana dia
bisa menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai colega, tidak ada yang

2
menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat
berpikir sistem. Dalam konteks ini, maka pemimpin menurut Senge, adalah
sebagai designer, sebagai stewardess(pelayan), teacher, dan kepemimpinan
bersama (share leadership) setiap orang bisa dilatih sebagai pemimpin.

Jika kita melihat dalam organisasi di masyarakat baik formal maupun


nonformal selalu ada yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang
memiliki kemampuan lebih tersebut diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang
dipercaya untuk mengatur orang lainnya. Orang seperti itulah yang disebut
pemimpin atau manajer. Pemimpin terampil menggunakan komunikasi yang
efektif yang pada akhirnya dapat mencegah timbulnya suatu konflik, dapat
mengintegrasikan pelaksanaan kegiatan dalam organisasi yang menjadi
tanggungjawab serta mampu dan selektif menyerahkan pekerjaan dan
memberikan kepercayaan kepada bawahan orang lain untuk mengambil
tindakanyang diperlukan agar tugas dan tanggungjawabnya dapat dilaksanakan
dengan baik.Seorang pemimpin akan memainkan peranan yang sangat dominan
dalam kehidupan organisasinya.

Mental models adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-generalisasi


(paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi, seorang
pemimpin akan bertindak atau mengambil keputusan dalam organisasi sangat
dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal dari
pengalaman- pengalaman yang pernah dilaluinya, pengalaman membentuk
pengetahuan- pengetahuan yang akan menuntun dia dalam bertindak.

Dari gambaran diatas dapat dipahami bahwa Mental Models yang baik
dari seorang pemimpin merupakan aspek yang tidak boleh dikesampingkan dalam
pencapaian tujuan organisasi dan dalam menjalin hubungan yang harmonis
dengan staf atau karyawan.Dari latar belakang masalah diatas maka makalah ini
akan fokus membahas pada "Mental Models Untuk Pemimpin". (Andriani, 2015)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mental Model

Mental model adalah asumsi asumsi atau generalisasi generalisasi


(paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita
yang memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi seorang
pemimpin akan bertindak atau mengambil keputusan dalam organisasi sangat
dipengaruhi oleh asumsi asumsi yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal dari
pengalaman pengalaman yang pernah dilaluinya,pengalaman yang membentuk
pengetahuan pengetahuan yang akan menuntun dia dalam bertindak. (Hidaryani,
2018)

Istilah mental Model berasal pada awal 1940-an dari Kenneth Craik (1943)
mendeskripsikan sebagai aktivitas pikiran sebagai "pembangunan internal skala
kecil model realitas. "Menurut Craik, mental model yang dibangun untuk
memprediksi dan membuat kesimpulan tentang dunia luar Berdasarkan penelitian
empiris tentang berpikir kognitif dan deduksi. (Alifa, 2016)

Seperti dikatakan oleh Tee (2005) bahwa mental model kelihatannya lembut
tetapi sebenarnya sangat kuat dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Yang
pasti, mental model seorang pemimpin memberikan pengaruh pada bawahannya.
Dalam hal ini, pengaruh yang diharapkan dapat diberikan kepada bawahannya
tentu saja adalah pengaruh positif. Jika pengaruh positif yang diharapkan, berarti
mental model yang dimiliki oleh pemimpin juga harus mental model positif.
(Andriani, 2015)

Mental Model adalah suatu prinsip yang mendasar dari Learning


Organization, karena dengannya, organisasi dan individu yang ada di dalamnya
diperkenankan untuk berpikir dan merefleksikan struktur dan arahan (perintah)
dalam organisasi dan juga dari dunia luar selain organisasinya. Senge
menyebutkan bahwa model mental adalah suatu aktivitas perenungan, terus

4
menerus mengklarifikasikan, dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita
tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan
kita. Model mental terkait dengan bagaimana seseorang berpikir dengan
mendalam tentang mengapa dan bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas
dalam berorganisasi. Model mental merupakan suatu pembuatan peta atau model
kerangka kerja dalam setiap individu untuk melihat bagaimana melakukan
pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model mental
bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut
dia akan mengambil keputusan terbaiknya.

Peter Senge mendefinisikan mental model sebagai semua asumsi, generalisasi,


bahkan gambaran yang tersimpan kuat dalam pikiran dan perasaan sehingga
mempengaruhi segala tindakan, perilaku dan pandangan tentang kehidupan dan dunia
pada umumnya. Hubungannya dengan budaya atau kultur adalah bahwa budaya berada
pada tingkat makro, sedangkan mental model ada pada individu dan kelompok individu
atau tingkat mikro. Penelitian para pakar menyimpulkan bahwa mental model orang
Amerika Latin belum sesuai untuk menciptakan kemajuan dan kesejahteraan. (Aldila
Rosalina, 2012)

Mental models merupakan satu dari lima disiplin yang dikemukakan Peter
Senge (1990). Mental models merupakan refleksi diri, menelusuri dan
mendukung, dimana orang-orang mengekspos pemikiran sendiri secara efektif
dan menjadikan pemikiran yang terbuka terhadap pengaruh orang lain. (Andriani,
2015)

Tjakraatmadja dan Lantu (2006:189) menyatakan bahwa mental model


menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk melakukan
perenungan, mengklarifikasi dan memperbaiki gambaran-gambaran internal
(pemahaman) tentang dunia, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip serta nilai-nilai
yang sarat dengan moral etika. (Halid, 2018)
Stace Lindsay mengatakan dalam buku Culture Matters (Lawrence
E.Harrison & Samuel P.Huntington, Basic Books,2000) bahwa yang diperlukan
satu bangsa untuk maju adalah mental model yang membuat dunia usaha sukses.

5
Gentner dan Stevens menjelaskan mental model sebagai pengetahuan
domain dasar yang digunakan untuk membuat kesimpulan dalam domain. Untuk
memperjelas makna dari mental model, O'Malley dan Draper (1992)
mendefinisikan mental model sebagai representasi internal yang dipisahkan dari
pengetahuan eksternal . Sementara Gilbert dan Boulter sepakat bahwa model
mental adalah representasi dari target seperti objek, peristiwa, proses, atau sistem,
pembenaran dan penggunaan mental model mereka lebih dekat ke makna
representasi internal O'Malley dan Draper ini.
Menurut Greca dan Moreira ( 2001 ), agar teori ilmiah untuk dipahami,
membentuk model mental adalah diperlukan. Norman ( 1983 ) menunjukkan
bahwa ada hubungan linear dan sederhana antara model konseptual dan mental
model.
Johnson-Laird, salah satu pakar terkemuka teori mental model awal,
mendefinisikan mental model sebagai "representasi psikologis situasi nyata,
hipotesis, atau imajiner" (Johnson-Laird et al., 1998). Model mental bukan
merupakan gambar mental atau model fisik dari sebuah sistem (Johnson-Laird et
al., 1998), melainkan struktur pengetahuan dasar yang memungkinkan seorang
individu untuk membangun persepsi mereka tentang sistem atau domain konten.
(Alifa, 2016)

6
BAB III
PEMBAHASAN

Dinamika Mental Model dalam Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat


Mental model untuk kepemimpinan kesmas kelihatannya lembut tetapi
sebenarnya sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku seseorang (Promotif).
Seorang pemimpin Kesmas mampu memberikan pengaruh pada masyarakat.
Dalam hal ini, pengaruh yang diharapkan dapat diberikan kepada masyarakat
tentu saja adalah pengaruh positif. Jika pengaruh positif yang diharapkan, berarti
mental model yang dimiliki oleh pemimpin juga harus mental model positif.

Untuk dapat memimpin orang lain dengan baik, seorang pemimpin tentu saja
harus dapat memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu. Pemimpin dapat dibedakan
pada dua hal yaitu: seorang pemimpin dalam arti memimpin diri sendiri dan
kemudian pemimpin yang memimpin orang lain. Seseorang akan sulit untuk
menjadi pemimpin yang baik jika yang bersangkutan tidak dapat memimpin diri
sendiri terlebih dahulu. Sebagai contoh, seorang pemimpin kesehatan masyarakat
mengharuskan agar semua masyarakat membuang sampah pada tempatnya,
sementara ia sendiri masih membuang sampah sembarangan. Atau seorang
pemimpin kesehatan masyarakat mengatakan berulang-ulang kepada masyarakat
supaya meningkatkan derajat kesehatannya, sementara ia sendiri menunjukkan
sikap kurang peduli terhadap kesehatannya. Jika hal ini terjadi, maka tipe
pemimpin seperti ini hanya akan menjadi topik pembicaraan yang menarik di
antara masyarakat.
Mental Models seorang pemimpin kesehatan masyarakat:
1. Mental Model Bagi pemimpin kesmas yang Memimpin Orang lain
Pemimpin yang kurang berhasil salah satunya adalah karena tidak
menyadari akan eksistensinya sebagai orang yang harus berada di garis
depan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang
pemimpin kesehatan masyarakat dalam mengembangkan mental model
sehingga ia akan lebih berhasil dalam memimpin masyarakat.
a . Put God at the top priority

7
Fokus pada hal ini akan mempengaruhi pemimpin dalam
mengembangkan mental model nya. Yang dimaksud dengan
meletakkan Tuhan pada prioritas pertama adalah bukan sekedar
mengutamakan dalam menjalankan ritual-ritual keagamaan tertentu
saja, tetapi apa yang dilakukan benar-benar membuat seseorang selalu
ingat bahwa yang menjadi Tuhan dalam hidupnya adalah benar-benar
Tuhan, bukan uang, bukan kekuasaan, bukan popularitas, bukan
kekayaan, atau pun bukan kepandaian. Dengan demikian, sekali pun
seseorang memiliki salah satu diantaranya atau bahkan semuanya, hal
itu tidak membuat orang tersebut merasa harus ditinggikan, dilayani,
dan dinomorsatukan, karena di dalam hati tetap Tuhanlah yang harus
ditinggikan, dilayani, dan dinomorsatukan. Contohnya pada HR. Al-
Tirmidzi “Kebersihan Sebagian dari Iman”, yang mana jika seseorang
meyakini hal tersebut maka mampu senantiasa menjaga kebersihan
dirinya sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya.
b. Be a giver, not a taker
Mental model pada pemimpin kesehatan masyarakat terkait dengan
giving principle sangat perlu dikembangkan, karena memberi
merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar dan bahwa
dengan memberi orang akan merasa memiliki arti dalam hidup (Jamal
dan Mc.Kinnon, 2009). Misalnya sebagai pemimpin kesehatan
masyarakat (promotor) dalam memberikan edukasi mengenai
kesehatan dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
itu sendiri tanpa mengharapkan adanya imbalan dari masyarakat.
c. ‘The Seed must lead’
Hal ini diibaratkan seorang pemimpin kesehatan masyarakat yang
ingin merubah perilaku kesehatan masyarakat menjadi lebih baik,
maka ia harus merubah perilakunya terlebih dahulu agar menjadi
panutan masyarakat dalam merubah perilakunya Keinginan untuk
memanfestasikan the seed must lead akan mempengaruhi seorang
pemimpin untuk memiliki mental model yang menekankan pada hal
tersebut.
d. ‘Unbelief leads to disobedience.

8
Jika seorang pemimpin kesmas tidak dipercaya, maka hal ini akan
membawa ketidakpatuhan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu,
sangat penting bagi seorang pemimpin kesmas untuk dapat dipercaya.
Dipercaya tentu saja tidak hanya terkait dengan masalah uang saja
tetapi dengan banyak hal, misalnya dipercaya karena memiliki tujuan
yang jelas. Dengan memiliki tujuan yang jelas, seorang pemimpin
tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai kebijakan atau
kalangan.

2. Mental Model Pemimpin Kesmas yang memimpin Diri Sendiri


Kata memimpin tidak selalu dihubungkan dengan memimpin orang lain.
Seseorang yang tidak dapat memimpin diri sendiri berarti orang tersebut tidak
mampu menguasai diri sendiri. Berikut adalah beberapa hal yang dapat
membantu pembentukan mental model pemimpin kesmas terkait dengan
memimpin diri sendiri.
a. Discipline your mind
Jika dibiarkan tidak terkontrol, pikiran dapat mengembara kemana-
mana, memikirkan segala macam hal. Jika hal ini terjadi maka pikiran
dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang, karena yang
bersangkutan menjadi tidak fokus dalam berpikir. Pikiran yang liar
akan berdampak pada pembentukan mental model yang liar juga.
b. Get rid of lustful thinking
Get rid of lustful thinking dapat digambarkan sebagai berikut.
Seorang yang membiarkan pikirannya memikirkan kegagalan,
sementara pada saat yang sama ia sedang melakukan berbagai cara
agar rencana yang dikerjakan dapat berhasil sesuai dengan yang
diinginkan, maka sebenarnya ia sedang mempertentangkan antara
keberhasilan yang sedang diusahakan dengan kegagalan yang ada di
pikirannya. Get rid of lustful thinking juga dimaksudkan supaya jangan
mengotori pikiran dengan hal-hal yang kotor, negatif, tidak sopan, atau
yang tidak bermanfaat, yang akan berpengaruh pada perkataan, dan
pada akhirnya tindakan.
c. Think a correct thinking and take the trash out.

9
Mencegah supaya pikiran jangan dibiarkan memikirkan hal-hal
yang negatif atau mengarah pada kegagalan belum cukup. Setelah
dicegah, hal selanjutnya adalah mengisi dan mengarahkan pikiran
dengan hal-hal yang bermanfaat, sedangkan hal-hal yang kotor (trash)
dibuang. Jika hal-hal yang kotor tidak dibuang, maka pikiran akan
penuh dan sulit untuk ditambah dengan hal-hal baru yang sebenarnya
bermanfaat untuk kemajuan. Ada beberapa hal yang menyebabkan
orang tidak dapat memimpin diri sendiri atau tidak dapat
mengendalikan diri sendiri atau pikirannya. Beberapa di antaranya
adalah seperti yang akan dijelaskan oleh Meyer (1995) dalam bukunya
Battlefield of the Mind di bawah ini.
a) Selalu mengatakan: I can’t help it (saya tidak mampu) ; I’m just
addicted to grumbling, faultfinding, and complaining (saya
memiliki kebiasaan menggerutu, menyalahkan orang lain, dan
mengeluh).
b) Ketidaksabaran. Hal ini sering terjadi karena di dalam diri
seseorang tertanam suatu mental model kuat yang mengatakan
bahwa ‘tidak selayaknya saya menunggu……..(sesuatu atau
seseorang), saya berhak untuk mendapatkan segala sesuatu yang
saya inginkan dengan segera’. Jika mental model semacam ini
terus menerus tertanam, maka yang bersangkutan cenderung akan
memberontak dan tidak dapat mengendalikan diri pada saat ia
harus menunggu.
c) My behavior may be wrong, but it’s not my fault.
Tidak mau bertanggungjawab atas tindakannya dan mencoba untuk
mengalihkan perhatian dengan menyalahkan orang lain. Mental
model semacam ini cenderung membawa seseorang pada suatu
kehidupan yang sulit untuk diatur (wildness living ).
d) Self-pity
Self-pity merupakan suatu sikap yang cenderung mengasihi diri
sendiri. Hal ini terjadi karena didukung oleh pikiran yang
memusatkan hanya pada diri sendiri dan bukan orang lain. Orang
dengan sikap semacam ini sulit untuk diajak maju, karena ia hidup

10
di masa lampau, dan terjebak dalam perangkap masa lalu yang
melukainya.
e) I don’t deserve God’s blessings because I am not worthy
Pandangan negatif tentang diri sendiri akan mempengaruhi
seseorang dalam mencoba menjalani kehidupan yang lebih baik.
Hal ini dikarenakan setiap kali ada anugerah yang ditawarkan
kepada orang tersebut, ia selalu merasa tidak layak. Akibat
memiliki mental model yang selalu merasa tidak layak seperti di
atas, ia kehilangan anugerah yang memang sudah dialokasikan
untuknya.

3. Mind is the leader or forerunner of all actions


Pikiran merupakan awal dari semua tindakan. Dengan kata lain,
tindakan yang dilakukan seorang pemimpin kesmas adalah sebagai akibat
langsung dari apa yang dipikirkan terus menerus terhadap masyarakat.
Oleh karena itu, seorang pemimpin kesmas perlu memiliki pikiran yang
bijaksana untuk menghasilkan tindakan-tindakan yang bijaksana pula. Jika
seseorang pemimpin kesmas ingin maju, maka harus memiliki mental
model yang memampukan dia untuk memimpin diri sendiri maupun
masyarakat dengan benar. (Andriani, 2015)

DAFTAR PUSTAKA
Aldila Rosalina, A. F. (2012). Mental Model. Retrieved November 13, 2019, from
https://dokumentips.cdn.ampproject.org/v/s/dokumen.tips/amp/documents/ma
kalah-mental-model-from-dania-awal.html?usqp

Alifa, T. F. (2016, Mei). Laporan Kajian Jurnal. Retrieved November 13, 2019,
from:https://www.academia.edu/29128704/laporan_kajian_jurnal_mental_mo
del_materi_kuantum.docx

11
Andriani, R. (2015). Mental Model Untuk Pemimpin. Retrieved November 13,
2019,from:https://www.academia.edu/24224591/Mental_Model_Untuk_Pemi
mpin_Aplikasi_Model_Pendekatan_kepemimpinan_di_Puskesmas

Halid, N. (2018). Makalah Mental Model. Retrieved November 15, 2019, from
https://id.scribd.com/document/373289639/Makalah-Mental-Model

Hidaryani, W. (2018, Januari 6). Makalah Mental Model dan Bekal Pemimpin
untuk Perubahan. Retrieved November 15, 2019, from
http://wahyuhidaryani.blogspot.com/2018/01/v-behaviorruldefaultvmlo.html?
m=1
Senge, P. M. (1990) The Fifth Discipline. New York: Bantam Doubleday Dell.

12

Anda mungkin juga menyukai