PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Terdapat 36 juta penduduk
atau sekitar 18% total penduduk Indonesia 80% diantaranya meninggal secara
Jantung dan Pembuluh Darah pasien penyakit jantung koroner baik rawat jalan
maupun rawat inap mengalami peningkatan 10% setiap tahunnya dan di AS 1,5
juta orang mengalami serangan jantung dan 478.000 orang meninggal karena
masalah baik di negara maju maupun negara berkembang (Rima Melati, 2008).
kematian) disebabkan oleh SKA pada tahun 2008 (Hausenloy, 2013). Di USA
kematian tertinggi dengan angka prevalensi 7,2% pada tahun 2007 (Isman
prevalensi SKA di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat (Rima Melati,
2008). SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun.SKA tidak
1
berisiko terkena SKA meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki
(Mamat Supriyono, 2008). Insidensi SKA tercatat lebih rendah pada wanita
tahun, perbedaan kejadian SKA antara pria dan wanita adalah 8 : 1. Satu dari
empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena SKA.
Sampai dengan saat ini SKA juga merupakan penyebab utama kematian dini pada
sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki usia menengah di Indonesia (Mamat
Supriyono, 2008).
(Kumar,2010). Sekitar 1,5 juta kasus infark miokardium terjadi setiap tahun di
Amerika Serikat dengan insidensi sekitar 600 kasus tiap 100.000 orang (Zafari,
tahun 2005 jumlah penderita yang menjalani perawatan medis di Amerika Serikat
dengan kasus Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) atau Infark Miokardium
Tanpa Elevasi ST (NSTEMI) sebanyak 1,1 juta orang (80%), sedangkan 20%
Oktarina, 2013). Di Asia Selatan angka kejadian infark miokardium akut (IMA)
lebih tinggi dari orang kulit putih (Nijjar, 2010). Data yang diperoleh dari Jakarta
pada wanita 4,12% dan 7,6% pada pria, atau 5,29% secara keseluruhan (Rima
Melati, 2008).
2
1.2. Rumus Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
(Kumar, 2007).
penyakit yang meliputi angina pectoris tidak stabil, infark miokard gelombang
non Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non ST elevation miocard
secara mendadak. Gejala dari sindrom ini adalah tekanan di dada seperti serangan
jantung, sesak saat sedang beristirahat atau melakukan aktivitas fisik ringan,
keringat yang berlebihan secara tiba-tiba, nyeri di bagian tubuh lain seperti lengan
dengan adanya akumulasi bahan lemak/lipid dan jaringan fibrosa pada dinding
4
menyempit dan aliran darah terhambat ke daerah miokardium. Dinding
dimulai dengan lesi atherosklerosis timbul pada permulaan dari arteri koroner
difus dan bertambah. Lesi yang pertama timbul pada dinding arteri koroner
disebut garis lemak. Sel-sel yang mengandung lipid atau sel-sel busa (foam cells)
penyakit berlanjut kemudian timbul sejenis benjolan dengan ukuran yang terus
fibrosa berkapur. Deposit kapur dapat ruptur dan meningkatkan resiko spasmus,
membentuk thrombus, dan emboli. Ini adalah jenis lesi aterosklerosis yang
menimbulkan gejala coronary artery disease (CAD). Lumen arteri menjadi begitu
akan terjadi sampai arteri 75% tersumbat. Hal itu bisa berakibat angina pektoris,
leher, rahang, bahu dan kadang lengan kiri atau keduanya. Kadang angina
dikeluhkan sebagai tanda tak enak di dada atau rasa berat di dada, rasa penuh,
5
diremas, dicengkram, dan rasa seperti ditikam (Muttaqin, 2009). Pada lansia
kemungkinan rasa nyeri yang dirasakan nyeri viseral yang disertai dengan sesak
Angina pektoris stabil ditandai dengan nyeri dada yang berakhir 5-15
menit. Hal ini dapat timbul karena aktivitas, stress, atau kedinginan kemudian
disebabkan oleh lesi koroner yang fixed (plak yang stabil). Pada Unstable Angina
Pektoris (UAP) mencerminkan suatu keadaan klinis diantara angina pektoris stabil
dan infark miokardium. Biasanya berhubungan dengan ruptur plak dan trombosis.
(Muttaqin, 2009)
iskemik yang berlangsung lebih dari 35–45 menit akan menyebabkan kerusakan
salah satu cabang dari arteri koronaria. Penyumbatan ini dapat meluas dan
2009). Infark tidak langsung menjadi total. Trauma iskemik berkembang dan
meluas kemudian baru terjadi infark atau timbul nekrosis. Pada saat proses
Nyeri dada oleh karena infark biasanya adanya serangan angina pektoris
yang lebih berat 15-30 menit, kecuali pada lansia dan penderita diabetes. Pasien
dengan infark inferior kadang terasa seperti nyeri abdomen, mual, dan muntah.
6
Pasien yang mengalami infark akut menjadi gelisah, cemas, takut, merasa nyawa
terancam, sulit bernapas, sianosis, dan syok. Ada pula sekitar 5-20 % dari pasien
7
PATWEY
ARTERIOSCLEROSIS
TROMBOSISKORONER
ALIRAN DARAH
02Dan nutrisi
Infak miokardium
8
2.3. Faktor Resiko
1. Usia
pertambahan usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau
lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65 tahun.
Mayoritas berada dalam resiko pada masa kini merupakan refleksi dari
2. Merokok
daripada yang bukan perokok. Resiko juga bergantung dari berapa banyak rokok
per hari, lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya. Hal ini dikaitkan dengan
pengaruh nikotin dan kandungan tinggi dari monoksida karbon yang terkandung
oksigen.
3. Hiperlipidemia
digesti, dan absorbs lemak. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol melebihi
300 ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA dibandingkan yang
memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak jenuh merupakan faktor
9
4. Hipertensi
5. Diabetes
memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi pada
diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang peranan dalam
pertumbuhan atheroma.
6. Obesitas
Gejala – gejala umum iskemia dan infark miokard adalah nyeri dada
retrosternal. Yang perlu diperhatikan dalam evaluasi keluhan nyeri dada iskemia
SKA adalah :
1. Lokasi nyeri : didaerah restrosternal dan pasien sulit melokalisasi rasa
nyeri.
2. Dekripsi nyeri : pasien mengeluh rasa berat seperti dihimpit, ditekan,
diremas, panas atau dada terasa penuh. Keluhvn tersebut lebih dominal
dibandingkan rasa nyeri yang sifatnya tajam. Perlu diwaspadai juga bila
pasien mengeluh nyeri epigastrik, sinkope atau sesak nafas.
3. Penjalaran nyeri : penjalaran ke lengan kiri, bahu, punggung, epigastium,
leher rasa tercekik atau rahang bawah (rasa ngilu) kadang penjalaran ke
lengan kanan atau kedua lengan.
10
4. Lama nyeri : nyeri SKA dapat berlangsung lama, lebih dari 20 menit. Pada
STEMI, nyeri lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan istirahat atau
nitral subgingual.
5. Gejala sistemik : disertai keluhan seperti mual, muntah atau keringat
dingin.
Hal – hal dapat menyerupai nyeri dada iskemia :
1) Diseksia aorta
2) Emboli paru akut
3) Efusi perikardial akur dengan tamponade jantung
4) Tension pneumothorax
5) Pericarditis
6) GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease).
1. EKG
11
biasanya terbalik,dalam dan simetris. Gelombang Q merupakan tanda
kemungkinan terdapat jaringan yang mati.
Penentuan lokasi infark berdasarkan hasil perekaman EKG (Dharma,
Surya, 2009) adalah:
1) Anterior : V3, V4
2) Anteroseptal : V1, V2, V3, V4
3) Antero ekstensif : I, AVL, V2sampai V6
4) Anterolateral : I, aVL, V3, V4, V5, V6
5) Inferior : II, III, aVF
6) Lateral : I, aVL, V5, V6
7) Septum : V1, V2
8) Posterior : V7, V8, V9
2. Foto thoraks
Foto thoraks biasanya normal pada pasien dengan angina. Pembesaran
jantung atau peningkatan tekanan vena dapat menandakan adanya infark miokard
atau disfungsi ventrikel kiri, namun temuan ini kadang tidak dapat diandalkan.
3. Enzim jantung
Sel otot jantung yang mati akan mengeluarkan enzim,dan enzim tersebut
dapat membantu dalam menegakkan infark miokard.
4. Creatinin Kinase (CK,CKMB)
mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam 12-16 jam, normal kembali
antara 3-4 hari tanpa terjadi nekrosis baru. Enzim CKMB sering dijadikan
indikator MCI sebab hanya terjadi saat kerusakan jaringan miokard. Nilai
referensi CKMB 0-24 u/l. Kuantitatif Troponin T sebagai kriteria diagnostikuntuk
infark miokard akut, baru–baru ini didefinisikan kembali berdasarkan pengukuran
troponin< 0.03= negative. 0.03 – 0,1 = low. 0,1 – 2 = MCI. > 2 = massive
MCI.
5. LDH
Dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya setelah 3-6
hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
12
6. Elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit dalam darah dapat mempengaruhi konduksi
dan kontraktilitas jantung, misalnya: hipokalemia, hiperkalemia.
7. Sel darah putih
Kadar leukosit biasanya tampak mengalami peningkatan pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi. Kecepatan sedimentasi
meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA menunjukkan inflamasi.
8. AGD
Dapat menunjukan hipoksia atau proses penyakit paru akut maupun
kronis.
9. Kolesterol atau trigliserida
Serum meningkat, menunjukan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
10. Echocardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi ruang jantung, gerakan katup atau
dinding ventrikel dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan Pencitraan Nuklir
1) Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misalnya lokasi atau luasnya AMI.
2) Technetium : terkumpul dalam sel iskemik disekitar area nekrotik.
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner, biasanya
dilakukan untuk mengukur tekanan ruang jantung dan mengkaji fungsi ventrikel
kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase AMI kecuali
mendekati bedah jantung angioplasty atau bersifat darurat.
14. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, ruang jantung atau katup
ventrikel, lesi vaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan
darah.
13
2.6. Tata Laksana
Evaluasi dan penangananawal pada pasien dengan nyeri dada atau diduga
suatu iskemia atau infak jantung adalah lakukan ABC, pemasangan monitor serta
siapkan alat resusitasi dan defibrilasi. Berikan O2, nitrogliserin sublingual atau,
terapi referfusi.
bila anggin tidak membaik, diberikan dosis awal 5mg/menit. Bila tidak ada respon
pada dosis 20 mg/menit dapat ditingkatkan sebesar 10-20 mg/menit. Hingga dosis
maksimal 400mg /menit. ISD diberikan dengan dosis awal 1mg/jam, ditinggikan
secara tirtrasi 1mg/jam setiap 3-5 menit hingga dosis maksimal 10mg/jam.
Pemberian nitrat jenis apapun harus dihindari pada kondisi tekanan sistolik
<100mmhg.
mencegah thrombosis baru dan embolisasi dari plak yang ruptur atau erosi. Insiasi
60mg PO,atau ticagelor 180mg PO. Terapi dilanjudkan selama minimal 12bulan
14
dengan dosis klopidoger 75mg/hari PO. Prasugral 10mg hari PO,serta ticagrelor
15
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan
3. Riwayat penyakit sebelumnya ( DM,hipertensi,kebiasan
merokok,usia,obesitas)
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Aktivitas / istirahat
Gejala: Kelemahan,kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap,olahraga tidak teratur.
Tanda: Takikardi,dipsnea pada istirahat/aktivitas
6. Sirkulasi
Gejala: Riwayat SKA sebelumnya,penyakit arteri koroner,Gejala Jantung
Koroner,masalah Tekanan Darah dan Diabetes Melitus.
Tanda: Tekanan darah dapat normal atau naik turun,perubahan pestral di
catat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
7. Intregitas EGO
Gejala: Menyangkal,takut mati,marah pada penyakit atau perawatan yang
“tak perlu”,kwatir tentang keluarga,karier dan keuangan.
Tanda: Menolak,menyangkal cemas kurang kontak mata,gelisah,marah
perilaku menyerang,fokus pada diri sendiri.
8. Eliminasi
Tanda: Normal atau bunyi usus menurun
9. Makanan /cairan
Gejala: Mual,kehilangan nafsu makan,nyeri ulu hati,bersendawa.
Tanda: Penurunan turgor kulit,kulit kering/berkeringat,muntah,perubahan
10. Nyeri ketidaknyamanan
Gejala: Nyeri dada yang timbul mendadak,tidak hilang dengan istirahat
atau nitroglisin.
Tanda : Wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,
meregang, menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata.
16
11. Pernafasan:
Gejala : Dipsnea dengan alat tanpa kerja dipsnea noktural.Batuk
dengan/tanpa riwayat merokok,penyakit pernafasan kronis.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan,nafas sesak kuat pucat atau
sianosis,bunyi nafas bersih atau krele/mengi,sputum bersih,merah muda
kental.
3.2. Pemeriksaan Penunjang
1. Perubahan EKG
1) Elevasi segmen ST didapatkan gambaran elevasi segmen ST
minimal di dua lead yang berhubungan
2) Depresi segmen ST atau inverse gelombang T yang dinamis pada
saat pasien mengeluh nyeri dada
2. Ezim jantung ( meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas norma,
terutama CKMB dan troponim-T/I, dimana troponim lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponim ialah 0,1-0,2mg/dl dan dianggap
positif bila > 0,2mg/dl).
17
Batas Karakteristik : Outcome : Intervensi :
Subjektif : Tingkat kecemasan Akupresor
Mengungkapkan secara Nafsu makan Pemberian analgesik
vebral atau melaporkan Kepuasan kliena : Pemberian analgesik :
nyeri dengan isyarat manajemen nyeri interaspinal
Objektif : Kepuasan klien : kontrol Pemberian anastesi
Posisi untuk gejala Pengurangan kecemasan
menghindari nyeri Status kenyamanan Stimulasi kutaneous
Perubahan tos otot Pergerakan Manajemen lingkungan
Respon otonomik Nyeri : respon psikologis kenyamanan
Perubahan selerah tambahan
makan Nyeri : efek yang
Perilaku distraksi menggangu tidur
Perilaku ekspresif TTV
Wajah topeng atau nyeri
18
metobolisme tubuh, metabolik tubuh
yang dapat menggangu
kesehatan
Faktor Resiko : Outcome: Intervensi :
Perubahan afterload Tingkat kecemasan Manajemen asam basa :
Perubahan perkuensi Status jantung paru asidosis metabolik
jantung Daya tahan Manajemen asam basa :
Perubahan irama Keparahan cairan yang alkalosis metabolik
jantung berlebihan Perawatan jantung :
Perubahan kontrktilitas Perfusi jaringan : kardiak Perawatan jantung : akut
Perubahan preload Perfusi jaringan : perifer Manajemen elektrolit
Perubahan volume Eliminasi urin Pengaturan
sekuncup TTV hemodinamik
19
elektolit
Ortopnea
Peningkatan tekenan
vena sentral
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
jaringan miokardium, bila tidak ada penanganan segera. SKA meliputi unstable
diagnosa SKA tidak hanya berdasarkan dengan keluhan pasien tapi didukung
perubahan nilai enzim jantung. Penanganan dengan cepat dimulai dari pemberian
waktu 24 jam, anti koagulasi dengan heparin dan platelet inhibitor. Dilanjutkan
dengan terapi untuk indikasi reperfusi, seperti PCI dan trombolitik terapi,
(plavix), glycoprotein IIb/IIIa inhibitor, dan bed rest minimum 12-24 jam (Atman,
et al., 2007).
4.2. Saran
Dengan mengetahui tanda dan gejala serta proses penyakit ini diharapkan
21
Perawat juga berperan sebagai jembatan informasi tentang edukasi pentingnya
22