Laptap PC 14
Laptap PC 14
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. PERALATAN
- PC10 + trimtool
- PC14
- Lampu Indicator 24 VAC
- Kabel penghubung 4 pasang
SIGNAL CONDITIONING
Pada alat PC14 terdapat 2 buah modul signal conditioning, yaitu modul
signal conditioning tekanan dan beda tekan. Modul signal conditioning tekanan
berhubungangan dengan tranduser tekanan untuk pengukuran tekanan statis pada
pipa proses. Tranduser tekanan terdapat pada kotak yang menggunakan hubungan
elektrik pada bagian muka. tranduser tekanan dihungkan ke pipa proses oleh pipa
kapiler kaku dimana juga terpasang gauge tekanan (P4).
Tranduser tekanan digunakan bersamaan dengan modul signal
conditioning beda tekanan yang mengukur perbedaan tekanan antara piringan
orifice (pengukuran laju alir). Trandusernya terletak pada kotak yang
menggunakan hubungan elektrik pada bagian muka. Dua pipa kapiler kaku
menghubungkan piringan orifice dengan tranduser. Sinyal dari tranduser tekanan
masuk melalui kabel penghubung biru ke soket banan pada signal conditioning
tekanan di PC10 dan diubah menjadi sinyal 0-1 volt atau sinyal 4-20 mA untuk
pengendalian ataupun memonitoring PC10 terhadap voltase listrik.
Konverter pada alat PC14 ini mempunyai fungsi yang sama dengan signal
conditioning pada PC10, yaitu mengubah suatu input menjadi output yang dapat
digunakan untuk sinyal pengendalian. Pada signal conditioning, output berupa
tekanan pada pipa proses setelah diukur menggunakan jembatan wheatstone
diberikan ke signal conditioning yang mengubah besar harga tekanan terukur tadi
menjadi output dalam bentuk :
Arus listrik (mA) : dapat digunakan sebagai input bagi amperemeter (display)
atau sebagai iput bagi process controller.
0 psi – 8 psi ≈ 4 mA – 20 mA
Tegangan listrik (volt) : dapat digunakan sebagai input untuk pembacaan
tegangan di voltmeter.
0 psi – 8 psi ≈ 0 volt – 1,000 volt
Sebagai input bagi process controller, maka akan dihasilkan beberapa output
process controller sebagai berikut :
Pada perccobaan ini, output dijadikan input bagi converter yang kemudian
mengubah sinyal 4 mA – 20 mA menjadi sinyal tekanan instrument 3 psig – 15
psig yang akan digunakan untuk menggerakkan katup control pneumatic.
PENGATURAN AWAL :
2. LINIERITAS KONVERTER
1. Menutup katup V2, atau output controller PC10 pada 0 % (mA).
Perhatikan bahwa gauge P2 di I/P converter menunjukkan 3 psig.
2. Menaikkan output controller secara bertahap dengan langkah 10 % dari 0
% ke 100 %, catat tekanan pada P2, ulangi dengan menurunkan output dari
100 % ke 0 %.
3. Mentabelkan data dan membuat kurva yang akan menjelaskan linieritas
dari converter.
1. Linieritas Katup
Variabel %P Variabel %P
100 0 0 100
90 8 10 92
80 19 20 80
70 28 30 69
60 45 40 58
50 58 50 50
40 67 60 38
30 70 70 31
20 83 80 20
10 91 90 9
0 100 100 2
Variabel %P t (menit)
60 58 0'
50 48 10'
60 58 8'
Variabel %P t (menit)
60 56 0'
50 43 20'
60 57 15'
VI. ANALISA DA TA
pembacaan 22 psig pada P1. Aliran pada valve V1 dibuka berguna untuk
8,2 psig dengan rumus interpolasi nilai P2 nya 8,3 psig dengan % kesalahan
1,2 %, dan saat bukaan katup pneumatic 70 % tekanannya 11,2 psig dan
mengalami kenaikan, P2 nya juga mengalami kenaikan, dan pada saat output
(histerisis), data yang diperhatikan adalah data output PC, katup pneumatic
dan P4. Semakin besar % output PC maka nilai % katup pneumatic dan nilai
P4 semakin kecil, karena % katup pneumatic itu berpengaruh pada nilai P4.
Dari grafik nilai histerisis yang dihasilkan, histerisis atas 1 karena berada pada
50% - 495 dan histerisis bawahnya 4 karena berada diantara katup pneumatic
49% - 45%.
Pada percobaan respon system dengan dan tanpa tangki, dapat dilihat pada
data, saat V6 tertutup dan tanpa tangki nilai P4 yang didapat sama dengan
tangki. Hasil pada V6 terbuka tanpa tangki P4 nya lebih kecil, hal ini
- Hysterisis yang didapat dari grafik adalah pada titik 49, dengan
tekanan.
Palembang:2019