Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program-program pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan pada penanggulangan


masalah-masalah kesehatan ibu dan anak.Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik
beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu.Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka
kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar.Namun tidak demikian halnya dengan angka
kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas
dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah
merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap
beberapa makanan tertentu. Dengan adanya faktor tersebut maka penulis ingin membahas aspek
sosial budaya tentang kesehatan ibu dan anak agar pembaca dapat mengetahui mengapa terjadi
hal-hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah aspek sosial budaya dalam kesehatan ibu?


2. Apakah aspek sosial budaya dalam kesehatan anak?
3. Mengapa dilakukan program kebijakan pembangunan KIA?
4. Apakah pengertian pembangunan kesehatan?
5. Apakah tujuan pembangunan masyarakat desa?

1
6. Apakah nilai-nilai fisiologi dalam pembangunan ?
7. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam
pembangunan.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui aspek-aspek sosial dalam kesehatan ibu.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek sosial dalam kesehatan anak.
3. Hubungan aspek sosial terhadap pembangunan kesehatan.
4. Untuk mengetahui pengertian pembangunan kesehatan.
5. Untuk mengetahui tujuan pembangunan masyarakat desa
6. Untuk mengetahui nilai-nilai fisiologi dalam pembangunan
7. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam
pembangunan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial Budaya Kesehatan dalam Pelayanan Kehidupan

a. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Anak

Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal
dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal
dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan anak. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang merawat anak.
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun
psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua
yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka
menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah
kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua
mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian
yang sama ( Nursalam, 2005).
Berikut ini merupakan mitos yang berkembang berkaitan dengan tumbuh
kembang anak :

1. Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel biasanya oleh orang tua sering
mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya :
Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar berbicara

2. Biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh
gigi terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula
3
sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi
terlambat.

3. Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang tua yang masih kental
dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu
ijuk dimuka anak tersebut.

4. Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan
biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam rumah.
Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan anak
tersebut sakit.

5. Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya
di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat
sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam,
kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.

6. Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam. Hal
yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika
seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya.
Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak
mengalami dehidrasi ataupun diare.

7. Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala


Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi
ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi
memiliki presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat
beranjak dewasa, keluarnya panas melalui kepala hanya 10%, sisanya keluar melalui
kaki, lengan, dan tangan.

4
8. Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tidak salah langkah.
a. Anak kurus karena kurang vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah pastilah sehat, padahal belum
tentu benar. Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar
relatif butuh makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang
darah alias mengidap anemia." Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat
cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun
seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan
darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C.
Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa
anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang.
"Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang. Untuk mengetahui apakah anak
kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang
saling dibandingkan," lanjut Ghazali. Selain itu, faktor genetik pun bisa
mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.

b. Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin


Sering kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya
yang sulit makan. "Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu
makan anak. Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti
karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena
TBC," ujar Ghazali. Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak
kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam
askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika
anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak kecil
hal ini jarang terjadi. Penyakit mag biasanya diderita orang dewasa. Untuk itu
sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg. Jangan termakan
iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai 1.000 mg) bisa
membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.

c. Vitamin membuat anak lebih cerdas

5
Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak
langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat
bicara, berjalan, bermain, dan lainnya.

b. Aspek Sosial yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu


 Kebudayaan bagi wanita hamil :
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkan perhatian
mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap peristiwa itu sebagai
tahapan-tahapan kehidupan yang harus dijalani didunia. Masa kehamilan dan kelahiran
dianggap masa krisis yang berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna
itu sejak kehamilan sampai kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan
serangkaian upacara baggi wanita hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri
wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam kandungan hingga saat lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering menitikberatkan
perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa kehamilan,sehingga di dalam adat-
istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut
kelahiran bayi.Biasanya upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai
pada saat kelahirannya,walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah
melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan. Sebagian masyarakat
jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada usia tujuh bulan mempunyai peluang
untuk hidup, bahkan lebih kuat daripada bayi yang lahir pada usia kehamilan delapan
bulan,walupun kelahiran itu masih prematur.Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada
sejumlah suku bangsa di indonesia dan malaysia(ladderman1987:86). Karna itu orang
jawa menganggap usia tujuh bulan kandungga sebagai saat yang penting, sehingga perlu
dilakukan upacara yang disebut mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya
yang mungkin timbul pada masa itu. Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan
pada kehamilan pertama dari seorang wanita, sebenarnya dapat pula berfungsi untuk
memberikan ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum pernah mengalami peristiwa
melahirkan.
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan air bunga,
yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri yang sedang menantikan

6
bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat atau sepupuh yang dihormati
Selanjutnya diadakan upacara memecah buah kelapa bergambar wayang dengan tokoh
dewa kamajaya dan dewi ratih oleh sang calon ayah,yang sebelumnya dimasukan ke
dalam sarung yang dikenakan oleh si calon ibu ketika dimandikan,mulai dari ujung
sarung pada batas menyentuh tanah.Namun sebelum menyentuh tanah,sang calon ayah
harus bisa menagkap buah kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki istrinya.Upacara ini
dimkasudkan agar kelak proses kelahiran bayidapat berjalan lancar dan bayi yang akan
lahir tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut. Rangkain upacara mitoni pada
dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,yakni harapan agar ia sempurna dan
utuh fisiknya,tampan atau cantik wajahnya,dan selamat serta lancar kelahirannya.
Selain di jawa di Setiap daerah juga mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda
dikalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya yang ada di beberapa
daerah terhadap kesehatan ibu hamil :

o Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
o Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
o Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
o Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan
memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun

7
dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).

2. Kebudayaan ibu bersalin


Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibu bersalin yang berbeda,
dengan konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat pada
ibu bersalin:

 Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.


Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa
kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau biasa disebut
Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah,
Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat
membantu menimbulkan kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya
belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum
meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah
mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek
atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau
bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika
pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-
bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau,
akhirnya dilakukan jalan operasi.

 Meluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan
membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Ini tak benar, Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal,
apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter.
Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa
mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat

8
persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air
ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.

 Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.


Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan.
Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok minyak
kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya,
maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.

 Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.


Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya
jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Karena masu
mengandung kalori yang cukup tinggi. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya
kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan.
Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu matang maka tidak akan
berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena telur banyak mengandung
protein yang dapat menambah kalori tubuh.

 Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.


Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren
mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan
yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa
mengakibatkan keguguran.

 Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.


Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah
mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket
bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami

9
kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat
ditangani segera.

 3. Kebudayaan ibu nifas.


Macam-macam mitos yang ada pada msyarakat mengenai ibu nifas diantaranya:
 Tidak boleh bersenggama
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas
yang satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan lahir maupun
involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif
bekerja. Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu,
kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi atau malah
perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat
banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan
lahir. Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan
normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin
memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan
robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.

 Kaki harus lurus


Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus.
Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun
ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-mana,
juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara
medis, posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat
aliran darah jadi lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh
dan malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula.
Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami
perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8
jam pertama setelah melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta selera makannya
10
bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya dalam batas normal.
Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada sesuatu yang enggak beres yang
akan berpengaruh pada kontraksi dan proses involusi (pengecilan kembali) rahim.

 Tidak boleh tidur siang


Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan, meski ngantuk
setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karena harus menyusui dan
menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur siang. Menurut Chairulsjah,
tidur berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat.
"Makin lama berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau
pengendapan elemen-elemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak,
endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding
pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal. Endapan-endapan tadi bisa masuk ke
dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan organ-organ
penting lain yang akan memunculkan stroke.

 Tak boleh keramas


Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu sebab,
sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan air
dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak
menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan
menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi
jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering
beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5
atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air
dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan
produksi ASI.
 Hindari makan jemek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung.
Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital
kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal

11
terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin
serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau
anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses
penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya dan
pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang banyak
mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga merupakan salah
satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan
durian memang tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain
memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.

 Tidak boleh berpergian


Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil. Karena
biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi kemungkinan si
bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau diajak pun masih kelewat
kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan
umum. Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan
untuk menyantap segala jenis makanan yang dipantang.

c. Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang,
dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia
tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang

12
pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat
yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini
menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja
terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan
kesehatan itu sendiri.
UU No.23, 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai
satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Masalah kesehatan
merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat
yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante
dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan. Lingkungan yang bersih akan menciptakan
kesehatan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan
dengan ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk,
dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat.

13
d. Pengertian Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi pembangunan sumber daya
manusia Indonesia.
Pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, serta kemampuan setiap orang untuk dapat berperilaku hidup
yang sehat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, supaya terwujud
derajat kesehatan warga masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) yang produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sedangkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan pasal 1 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bahwa kesehatan adalah keadaan
yang sehat, baik fisik dan mental maupun spiritual dan sosial, yang memungkinkan
setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

e. Tujuan Pembangunan Masyarakat Desa dalam Bidang Kesehatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan


masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam
rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang
dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya
yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan melalui
sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di Pedusunan
melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut
membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya (Dirjen
Binkesmas Depkes RI, 1976).
 Tujuan PKMD
14
Ø Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.

Ø Tujuan khusus
1. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
2. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara
aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
3. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
4. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
o angka kesakitan menurun
o angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
o angka kelahiran menurun
o menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
f. Nilai-nilai Filosofi dalam Pembangunan Faktor-faktor Pendorong dan
Penghambat dalam Pembangunan
 Pembangunan kesehatan adalah merupakan bagian dari pembangunan
nasional yangbertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –
tingginya. Wujud pembangunan kesehatan di Indonesia adalah SKN(Sistem
Kesehatan Nasional)yang diatur dalam Undang-undang No 23 Th 1982
tentang kesehatan. Undang-undang ini merupakan acuan dalam penyusunan
berbagai kebijakan pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.
 Nilai-nilai Filosofi dalam Pembangunan Kesehatan
1. Dasar Pijakan
a. Kesehatan adalah hak azasi bangsa
b. Kesehatan sebagai investasi bangsa
c. Kesehatan menjadi titik sentral pembangunan kesehatan
2. Landasan Idiil : Pancasila

15
3. Landasan Konstitusional: UUD 1945
a. Pasal 28 A berbunyi : setiap orang berhak hidup serta berhak
mempertahankan kehidupannya.
b. Pasal 28 B ayat ( 2 ) setiap anak berhak atas kelangsungan, tumbuh dan
berkembang.
c. Pasal 28 C ayat ( 1 )
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
pendidikan tersebut.
4. Prinsip Dasar Pembangunan (SKN)
Perikemanusiaan Penyelanggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip
kemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan kesehatan di Indonesia dirasionalkan
dalam wujud PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).

 Faktor penghalang atau penghambat perubahan pembangunan masyarakat


Di dalam proses perubhan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja,
tetapi juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor
penghalang tersebut antara lain:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat
tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh
masyarakat lain.
b. Sikap masyarakat yang tradisional
Adanya suatu sikap yang membanggakan dan memperthankan tradisi-tradisi
lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses
perubahan.
c. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
Organisasi sosial yang telah mengenal system lapisan dapat dipastikan aka
nada sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses
perubahan tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada

16
masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pada masyarakat yang
mengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam masyarakat yang
dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri
dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan
kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
d. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Hal ini biasanya terjadi dalam suatu masyarakat yang kehidupannya terasing,
yang membawa akibat suatu masyarakat tidak akan mengetahui terjadinya
perkenmbangan-perkembangan yang ada pada masyarakat yang lainnya. Jadi
masyarakat tersebut tidak mendapatkan bahan perbandingan yang lebih baik
untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada pada masyarakat
tersebut.
e. Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Anggapan seperti inibiasanya terjadi pada masyarakat yang pernah
mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal
yang baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat
suatu masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat ituakan memiliki
prasangka buruk terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya
kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan
kepahitan atau penderitaan lagi.
f. Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-usaha untuk merubah
unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang
bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi dasar yang
kokoh bagi masyarakat tersebut.
g. Adat atau kebiasaan
Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat akan
selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Dan apabila pola perilaku yang
sudah menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan
sulit untuk merubahnya, karena masyarakat tersebut akan mempertahankan
alat, yang dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi pendahulu-

17
pendahulunya.
Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses perubahan tersebut,
secara umum memang akan merugikan masyarakat itu sendiri. Karena setiap
anggota dari suatu masyarakat umumnya memiliki keinginan untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sudah didapatnya. Hal
tersebut tidak akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak mendapatkan
adanya perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Anak

Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan


akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya
inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan
masyarakat.

Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk


akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan anak. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang merawat anak.
 Aspek Sosial yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu
 Kebudayaan bagi wanita hamil
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa kehamilan ,
sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup
rinci untuk menyambut kelahiran bayi.
 Kebudayaan ibu bersalin
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi
budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibu bersalin yang
berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.
 Kebudayaan ibu nifas
1. Tidak boleh bersenggama
2. Kaki harus lurus
3. Tidak boleh tidur siang
4. Hindari makan jemek
5. Tidak boleh bepergian

19
 Pengertian Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi pembangunan sumber daya
manusia Indonesia.
 Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang,
dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.

 Tujuan Pembangunan Masyarakat Desa dalam Bidang Kesehatan


 Tujuan PKMD
Ø Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
Ø Tujuan khusus
1. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
2. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara
aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
3. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
4. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator
 Nilai-nilai Filosofi dalam Pembangunan Faktor-faktor Pendorong dan
Penghambat dalam Pembangunan
1. Dasar Pijakan
d. Kesehatan adalah hak azasi bangsa
e. Kesehatan sebagai investasi bangsa
f. Kesehatan menjadi titik sentral pembangunan kesehatan

20
2. Landasan Idiil : Pancasila
3. Landasan Konstitusional: UUD 1945
d. Pasal 28 A berbunyi : setiap orang berhak hidup serta berhak
mempertahankan kehidupannya.
e. Pasal 28 B ayat ( 2 ) setiap anak berhak atas kelangsungan, tumbuh dan
berkembang.
f. Pasal 28 C ayat ( 1 )
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
pendidikan tersebut.
4. Prinsip Dasar Pembangunan (SKN)
Perikemanusiaan Penyelanggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip
kemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan kesehatan di Indonesia dirasionalkan
dalam wujud PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).

21
DAFTAR PUSTAKA

Rosyidiana, adldila. 2017. Aspek sosial budaya


http://aldilarosyidiana.blogspot.com/2017/04/aspek-sosial-budaya-yang-berhubungan.html.
diakses pada 02 November 2019 pukul 21.09 WIB.

https://dokumen.tips/documents/hubungan-aspek-sosial-terhadap-pembangunan-
kesehatan.html

http://www.depkes.go.id/article/view/17022700006/rakerkesnas-2017-integrasi-seluruh-
komponen-bangsa-mewujudkan-indonesia-
sehat.html##targetText=Pembangunan%20kesehatan%20adalah%20investasi%20utama,ke
sehatan%20masyarakat%20yang%20setinggi%2Dtingginya.

22

Anda mungkin juga menyukai