Anda di halaman 1dari 5

Salah satu wujud dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini adalah

berkembangnya rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah bagian dari bioteknologi.

Bentuk dari rekayasa genetika yang saat ini sedang marak diperbincangkan adalah kloning.
Pengertian kloning yaitu suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer
dari sel janin yang sudah berdiferensiasi dari sel dewasa; atau penggandaan makhluk hidup menjadi
lebih banyak, dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur pada tahap sebelum terjadi
pemisahan sel-sel bagian tubuh.

Kloning dimaksudkan sebagai teknik penggandaan gen guna menghasilkan turunan sifat baik yang
sama dengan induknya, dari segi hereditas maupun penampakannya. Berdasarkan Keputusan Fatwa
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia Nomor: 3/MUNAS/VI/MUI/2000 disebutkan
bahwa secara umum, kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan membawa kemanfaatan
dan kemaslahatan kepada umat manusia.

Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang dilakukan
demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan atau hal-hal negatif.

Namun bagaimana dengan kloning pada manusia?

Kloning manusia menjadi topik yang hangat diperbincangkan di kalangan ilmuwan Amerika Serikat.
Kenyataan ini sehubungan dengan munculnya pengakuan sebuah perusahaan bioteknologi bahwa
para ilmuwan di sana telah berhasil membantu seorang wanita Amerika melahirkan bayi hasil
kloning. Legalitas kloning manusia sejauh ini memang masih diperdebatkan sehubungan dengan
masih adanya pro dan kontra.

Diluar dari benar atau tidaknya kasus kloning manusia tersebut, seperti yang sudah dijelaskan diatas
bahwa menurut pandangan islam rekayasa genetika ini tidak boleh menggunakan gen atau bagian
lain yang berasal dari tubuh manusia. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Berikut adalah penjelasan
kloning dalam Pandangan Islam.

Kloning terhadap beberapa organ tubuh manusia dapat membawa manfaat, antara lain: kloning
organ tubuh bersifat efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ tubuh
pengganti (jika memerlukan) organ yang biasa diperoleh melalui donor. Dengan kloning ia tidak akan
lagi merasa kekurangan ginjal, hati, jantung, darah, dan sebagainya, karena ia bisa mendapatkannya
dari manusia hasil teknologi kloning.

Sementara itu kloning terhadap manusia secara total dapat menimbulkan mafsadat dampak negatif
yang tidak sedikit, antara lain:

menghilangkan nasab anak hasil kloning yang berakibat hilangnya banyak hak anak dan
terabaikannya sejumlah hukum yang timbul dari nasab; institusi perkawinan yang telah disyari'atkan
sebagai media berketurunan secara sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi
dapat dilakukan tanpa melakukan hubungan seksual; lembaga keluarga (yang dibangun melalui
perkawinan) akan menjadi hancur,dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak),
budaya, hukum, dan syari'ah Islam lainnya; tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling
memerlukan antara laki-laki dan perempuan; hilangnya maqashid syari'ah dari perkawinan, baik
maqashid awwaliyah (utama) maupun maqashid tabi'ah (sekunder).

Dengan memperhatikan manfaat dari kloning dan dampak negatif yang tidak sedikit dari kloning
maka Majelis Ulama Indonesia memutuskan bahwa kloning terhadap manusia dengan cara
bagaimanapun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.

Teknologi kloning, dalam beberapa hal bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Hal ini
karena adanya benturan antara kepentingan sains dengan keyakinan agama. Secara ringkas,
benturan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut.

Pertama, dari sudut pandang teologi, diyakini bahwa proses penciptaan manusia dimulai dengan
adanya pertemuan antara sel sperma dan ovum dalam rahim seorang wanita. Pandangan ini
direduksi oleh teknologi kloning yang berusaha menciptakan manusia tanpa menggunakan sel
sperma. Reduksi inilah yang kemudian menyebabkan teknologi kloning betentangan secara prinsip
dengan aqidah Islam. Lebih jauh, teknologi kloning dianggap memasuki wilayah kekuasaan Tuhan
yang tidak pantas dicampuri oleh manusia.

Kedua, dari sudut pandang etika, penerapan teknologi kloning pada manusia dapat ditelusuri dengan
menggunakan paham teleologi. Paham teleologi menilai suatu perbuatan dari tujuan atau akibat
yang dituju dari perbuatan itu. Jika tujuannya menolong suami istri yang tidak dapat mempunyai
anak sendiri, baik melalui reproduksi normal maupun bayi tabung (karena suami tidak menghasilkan
sperma sama sekali), maka tujuan itu baik dan secara etis tidak masalah. Tetapi jika tujuannya
adalah jahat, maka secara etis ia tidak boleh dilakukan.

Dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan, dapat juga dilihat dari implikasinya dalam
masyarakat. Secara pragmatis, kloning dapat menghilangkan keragaman dalam kehidupan manusia.

Perkembangan teknologi kloning dapat memicu munculnya lahan bisnis baru berupa perdagangan
manusia hasil kloning. Perdagangan semacam ini tentu amat merendahkan harkat dan martabat
manusia. Perdagangan tersebut bahkan dapat menimbulkan tradisi perbudakan baru di kalangan
umat manusia.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mafsadat (dampak negatif) yang ditimbulkan oleh praktik
kloning manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan maslahat-nya (manfaat). Oleh karena itu,
praktik kloning manusia betentangan secara nyata dengan naluri hukum Islam yang selalu
mengedepankan kemaslahatan umat manusia.

Dengan demikian pandangan hukum Islam terhadap kloning manusia adalah haram, kecuali untuk
penyembuhan sebuah penyakit, atau penggantian salah satu organ tubuh yang rusak dengan yang
lebih baik

SUMBER 2.

Kemudian dunia digemparkan dengan adanya tekologi kloning, yaitu menggandakan atau meniru
suatu objek makhluk hidup melalui berbagai macam proses yang menggunakan sel dari makhluk
hidup yang di tirunya sebagai pondasi awal pembentukan makhluk baru yang sama atau serupa.
Atau dengan kata lain karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan
klonasi adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara
aseksual.

Namun tidak hanya pada hewan dan tumbuhan saja, ternyata kloning dapat diterapkan pada
manusia. Kloning terhadap manusia merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia. Kloning
adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu organisme. Klon yaitu
keturunan aseksual dari individu tunggal.

Setelah keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan berpendapat
bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya
membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur atau
sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur
seseorang wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan
cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan
pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah.

Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang ditugaskan
sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika orang yang
mendonorkan sel somatis tersebut.

Menurut para ahli, teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia,
khususnya di bidang medis. Beberapa di antara keuntungan dari teknologi kloning dapat diringkas
sebagai berikut:

Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak.

Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ pengganti bagi
pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan. Sel-sel dapat dikloning
dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan
jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang
terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang
rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh
pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.

Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan mematikan sel-sel.
Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah
optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari
kloning.

Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-penyakit


keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat
kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau
tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah
kecantikan.
Kloning yang diterapkan pada manusia, menjadi permasalahan yang sangat kontemporer saat ini.
karena banyak sekali perdebatan para ulama Islam dan dalil Qur'an yang menentang sistem kloning
pada manusia. Hal itu dijelaskan dalam surah Al Hajj ayat 5, yaitu:

" Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." (Qs. Al Hajj : 5)

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut
menampakkan paradigma al-Qur'an tentang penciptan manusia mencegah tindakan-tindakan yang
mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan
Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui
batas.

Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu terjadi menurut
kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita
tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem umum
tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan 'Isa As. Jika kloning manusia benar-benar
menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi
bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada
Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel
telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.

Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan bagi pembentukan
masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang lahir dalam ikatan perkawinan
membawa komponen-komponen genetis dari kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah
yang memberi mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa
replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif pada hubungan suami-isteri dan hubungan
anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi keluarga Islam. Lebih jauh, kloning
manusia akan merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta merusak aturan hukum
Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.

Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz Sachedina dan Imam
Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan mengandung ancaman bagi
kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga,
merosotnya nilai manusia, menantang Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral,
budaya dan hukum.
M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat teknik kloning
diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh
suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan menghancurkan manusia
sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).

Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah hak waris dan
pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA dari donor n
ukleussaja, sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam
tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah,
hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya,
terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks
disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh
single parent, barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan
yang mengandung bukan ibunya.

Dengan landasan yang seperti itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan teknologi bayi
tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari takdir (kehendak) Ilahi,
dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Kita sebagai umat muslim yang beriman kepada Allah SWT
. Dan berlandasan Qur'an dan hadist harus bisa mengambil manfaatnya dan membuang hal yang
buruk. Karena kloning dapat dilakukan pada tumbuhan dan hewan ternak agar dapat mendapatkan
kualitas yang baik. Sedangkan jika kloning diterapkan ada manusia sangatlah tidak sesuai dengan
hukum islam dan norma kehidupan dalam masyarakat

SUMBER 3

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/diana03882/5c2193c943322f79f90415ba/teknologi-kloning-dalam-
pandangan-islam?page=all

https://www.kompasiana.com/yesifitriani/5c2339dcab12ae20294d1955/pandangan-islam-
terhadap-kloning?page=all

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/download/3163/pdf

https://media.neliti.com/media/publications/7482-ID-kloning-menurut-pandangan-islam.pdf

Anda mungkin juga menyukai

  • Sejarah Sistem Operasi
    Sejarah Sistem Operasi
    Dokumen8 halaman
    Sejarah Sistem Operasi
    Riyandra Alfariz
    Belum ada peringkat
  • Jobs
    Jobs
    Dokumen4 halaman
    Jobs
    Riyandra Alfariz
    Belum ada peringkat
  • Hardware Input
    Hardware Input
    Dokumen7 halaman
    Hardware Input
    Riyandra Alfariz
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kuantor
    Makalah Kuantor
    Dokumen8 halaman
    Makalah Kuantor
    Riyandra Alfariz
    Belum ada peringkat
  • Kuantor
    Kuantor
    Dokumen4 halaman
    Kuantor
    Riyandra Alfariz
    Belum ada peringkat
  • Fungsi
    Fungsi
    Dokumen7 halaman
    Fungsi
    Riyandra Alfariz
    Belum ada peringkat