Anda di halaman 1dari 23

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN DAN PENERAPAN PRINSIP

BERKELANJUTAN UNTUK MENGURANGI MASALAH LINGKUNGAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar-dasar Lingkungan

Yang Dibina Oleh Dr. H. Sueb, M.Kes. dan Bagus Priambodo, S.Si, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 2 Offering G 2019

1. Ahmad Iqbal Hafikhi 190342621281


2. Apriliya Andika Putri 190342621223
3. Athiyatus Sholihatul Fadhilah 190342621212
4. Siti Zumrotul Aliyah 190342621272

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
Latar Belakang ..............................................................................................1
Rumusan Masalah .........................................................................................2
Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
II. KAJIAN PUSTAKA .........................................................................................3
Ekologi dan Ilmu Lingkungan .......................................................................3
Ruang Lingkup Ekologi ................................................................................4
Komponen Biotik dan Abiotik Ekosistem.....................................................6
Pengertian Berkelanjutan(Sustainability) ......................................................8
Prinsip Lingkungan Berkelanjutan ................................................................8

III. PEMBAHASAN ............................................................................................11


Konsep Ekologi ...........................................................................................11
Prinsip Berkelanjutan ..................................................................................13
Solusi Berkelanjutan untuk Berbagai Masalah Lingkungan ......................13
VI. PENUTUP .....................................................................................................14
Kesimpulan ..................................................................................................14
Saran ............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
Ekologi Sebagai Dasar Ilmu Lingkungan dan Penerapan Prinsip Berkelanjutan untuk
Mengurangi Masalah Lingkungan

ABSTRAK
A.I.Hafikhi1,A.A.Putri2,A.S.Fadhilah3,S.Z.Aliyah4,Sueb5,B.Priambodo6
Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang1,2,3,4,5,6
Corresponding Author : sueb.fmipa@um.ac.id

Lingkungan alam mempunyai suatu keteraturan. Ketidakmampuan manusia untuk


menyesuaikan aktivitasnya dengan pola tersebut dapat mengubah lingkungan. Banyak
perubahan seperti itu dapat mengancam dan membahayakan nyawa. Tujuan penulisan
makalah untuk mengkaji ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan, konsep ekologi yang
meliputi faktor biotik dan abiotik, siklus materi, aliran energi, dan prinsip
berkelanjutan. Metode penulisan makalah mengkaji dari berbagai buku ajar dan
berbagai artikel serta jurnal. Ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan spesifik mengkaji
hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya (abiotik dan biotik).
Prinsip berkelanjutan berguna untuk memberi solusi berbagai masalah lingkungan.

Kata kunci: ekologi, ilmu lingkungan, abiotik, biotik, siklus materi, aliran energi, dan
prinsip berkelanjutan.
iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan alam mempunyai suatu keteraturan, kita menyadari bahwa
lingkungan hidup mempunyai kemajemukan dalam pola, organisasi dan
hubungan satu sama lain [1]. Pada pertengahan abad ke-20, kita melihat planet
kita dari luar angkasa untuk pertama kalinya. Dari luar angkasa, kita melihat bola
kecil dan rapuh yang didominasi bukan oleh aktivitas manusia dan bangunan tapi
dengan pola awan, lautan, kehijauan, dan tanah. Ketidakmampuan manusia untuk
menyesuaikan aktivitasnya dengan pola tersebut mengubah sistem planet, pada
dasarnya. Banyak perubahan seperti itu disertai ancaman bahaya yang
mengancam nyawa. Realitas baru ini, yang darinya tidak ada jalan keluar, harus
diakui dan dikelola [2].
Pada awal tahun 1896, ilmuwan Swedia Svante Arrhenius telah
memperkirakan bahwa aktivitas manusia akan mengganggu cara matahari
berinteraksi dengan bumi, yang mengakibatkan pemanasan global dan perubahan
iklim. Prediksinya telah menjadi kenyataan dan perubahan iklim kini
mengganggu stabilitas lingkungan global. Beberapa contoh isu lingkungan yang
signifikan secara global adalah penipisan lapisan Ozon, Pemanasan global,
Hilangnya keanekaragaman hayati dan sebagainya [3].
Menurut kelompok kami berbagai permasalahan lingkungan tersebut
disebabkan aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan termasuk
mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak didasari dengan wawasan tentang
lingkungan, bagaimana memperlakukan lingkungan dan pengetahuan mengenai
prinsip berkelanjutan. Ilmu yang terkait dengan masalah tersebut adalah ekologi
karena ekologi merupakan dasar dari ilmu lingkungan.
Ilmu lingkungan sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan karena
membantu kita memahami bagaimana sistem lingkungan bekerja, bagaimana
keadaannya terdegradasi, dan faktor apa yang dapat membantu memulihkannya.
Pembangunan berkelanjutan merupakan komponen penting untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat saat ini tanpa mengorbankan sumber daya dan sistem
lingkungan untuk generasi mendatang yang mengacu pada peningkatan akses
terhadap perawatan kesehatan, pendidikan, dan kondisi lain yang diperlukan

1
untuk kehidupan yang sehat dan produktif, terutama di daerah dengan kemiskinan
ekstrim. [4].

Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengkaji ekologi sebagai dasar ilmu
lingkungan, komponen ekologi yang meliputi faktor biotik dan abiotik, siklus
materi, aliran energi, dan prinsip berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka perumusan masalah yang
hendak dicapai dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep ekologi?
2. Bagaimana konsep prinsip pembangunan berkelanjutan?
3. Bagaimana solusi berkelanjutan untuk berbagai masalah lingkungan?

1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji konsep ekologi.
2. Untuk mengkaji konsep prinsip pembangunan berkelanjutan.
3. Untuk mengkaji solusi berkelanjutan untuk berbagai masalah lingkungan.
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ekologi dan Ilmu Lingkungan


Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara makhluk hiduip
dan juga makhluk tak hidup. Kata Ekologi dipelopori oleh Erns Haeckel seorang
ahli Biologi Jerman pada tahun 1866. Menurut Erns Haeckel ekologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara organisme dan lingkungannya.[5]
Ekologi (dari kata Yunani oikos, yang berarti "rumah" atau "tempat tinggal,"
dan logo, yang berarti "studi tentang") adalah studi tentang bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungan hidup mereka (biotik) organisme lain dan dengan
makhluk tidak hidup (abiotik) lingkungan tanah, air, bentuk materi lainnya, dan
energi terutama dari matahari. [6]. Tujuan mendasar dari ekologi adalah untuk
meningkatkan pemahaman tentang bagaimana organisme berinteraksi dengan
lingkungan biotik dan abiotik daripada mengatasi masalah sosial, konservasi atau
ekonomi tertentu [7].
Burdon-Sanderson menyatakan ekologi adalah ilmu yang memperlajari
hubungan/relasi eksternal antara tanaman dan hewan satu sama lain, serta
keberadaannya pada masa lampau dan masa kini. Relasi eksternal tersebut untuk
membedakan dengan fisiologi (relasi internal) dan morfologi (struktur). Krebs
memperjelas definisi ekologi yaitu pengetahuan ilmiah mengenai interaksi yang
menentukan distribusi dan kelimpahan suatu organisme (ekologi adalah mengenai
dimana organisme ditemukan, berapa jumlahnya, dan mengapa). Sedangkan
Ricklefs mendefinisikan ekologi sebagai ilmu lingkungan alam, terutama
mempelajari hubungan mendalam antara organisme dengan lingkungan
sekitarnya.[5]
Ilmu lingkungan adalah ilmu yang menggunakan konsep dan informasi dari
ilmu pengetahuan alam seperti ekologi, biologi, kimia, dan geologi dan ilmu sosial
seperti ekonomi, politik, dan etika untuk membantu kita memahami : [6]
 Bagaimana bumi bekerja
 Bagaimana kita mempengaruhi sistem pendukung kehidupan bumi
(lingkungan)
 Bagaimana mengatasi masalah lingkungan yang kita hadapi.

3
Berdasarkan pengertian ekologi diatas dapat disimpulkan bahwa ekologii
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan
makhluk tak hidup. Ekologi disebut juga ilmu dasar lingkungan karena ekologi
mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya
dengan komponen disekitarnya.

2.2 Ruang Lingkup Ekologi


Ruang lingkup ekologi dapat digambarkan melalui spektrum biologi, yang
menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai berikut :
Makromolekul ——> protoplasma ——> sel ——> jaringan ——> organ tubu
——> sistem organ ——> organisme ——> populasi ——> komunitas ——>
ekosistem ——> biosfer.
1. Individu / Organisme
Individu ialah unit terkecil dari suatu makhluk hidup, merupaka unit tunggal.
Contohnya seorang manusia, seekor domba, atau sebuah pohon manga.[5]
2. Populasi
Populasi adalah kelompok individu-individu yang memiliki kesamaan genetic atau
anggota-anggota dari spesies yang sama,dan berada bersama-sama dalam tempat
dan waktu yang sama.. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di
Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di
Jawa Barat.[5]. Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang
tinggal di tempat yang sama pada waktu yang sama [6]. Contohnya termasuk
sekolah ikan todak di Laut Merah, tikus lapangan yang tinggal di ladang jagung,
kupu-kupu raja berkerumun di pohon, dan orang-orang di suatu negara.
3. Komunitas
Komunitas adalah kelompok populasi yang berada bersama-sama dalam tempat
dan waktu tertentu.Contohnya komunitas lautan, komunitas hutan hujan tropik.[5]
4. Ekosistem
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur

lingkungan hidup yang saling mempengaruhi[5]. Sedangkan [8] mendefinisikan

ekosistem sebagai setiap unit yang mencakup semua organisme (komunitas) di area
tertentu yang saling berinteraksi dengan lingkungannya sehingga terjadi aliran
energi di dalamnya. Dalam pengertiannya secara eksplisit dapat dikatakan bahwa
aliran energi memegang peranan penting dalam suatu sistem ekosistem dimana
aliran energi sebagai pengendali dalam ekosistem.[8]
Ekosistem yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungna timbal balik
antara makhluk idup dengan lingkungannya [9]. Tingkatan organisasi ini dikatakan
suatu sitem karena memiliki komponen ynag saling berhubungan secara timbal
balik. Hubungan timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan serta jaring
makanan yang pada setiap proses ini terjadi aliran energi dan siklus materi.[9]
5. Biosfer
Biosfer adalah ekosistem global--jumlah seluruh ekosistem planet, atau seluruh
makhluk hidup dan tempatnya hidup. Biosfer merupakan tingkatan yang paling
kompleks dalam ekologi.
Berdasarkan definisi diatas, suatu sistem ekologi ynag terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dibentuk oleh
3 hal penting yaitu faktor abiotik, faktor biotik, dan hubungan atau interaksi antara
keduanya.

2.3 Komponen Biotik dan Abiotik Ekosistem


Dua jenis komponen membentuk biosfer dan ekosistemnya: Satu jenis, disebut
abiotik, terdiri dari komponen non-hidup seperti air, udara, nutrisi, batuan, panas,
dan energi matahari. Jenis lainnya, yang disebut biotik, terdiri dari komponen
hayati hidup dan hidup, tumbuhan, hewan, dan mikroba. Faktor biotik juga
termasuk organisme mati, bagian tubuh mati, dan produk limbah organisme [6]
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponen
ekosistem dalam jumlah yang berimbang. Diantara komponen-komponen
ekosistem terjadi interaksi, saling membutuhkan dan saling memberikan apa yang
menjadi kebutuhannya. Keseimbangan tersebut harus tetap terjaga sehingga akan
menjadi keberlanjutan dan aliran energi dalam ekosistem akan tetap terjaga.[10]

2.4 Pengertian Berkelanjutan (Sustainability)


Keberlanjutan adalah kemampuan berbagai sistem alam, sistem budaya dan
ekonomi manusia untuk bertahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi
lingkungan tanpa batas waktu [6]. Berkelanjutan dapat dimaksudkan dengan
ketahanan, keseimbangan dan keterkaitan.[10]
Keberlanjutan adalah pencarian akan stabilitas ekologis dan kemajuan

5
manusia yang dapat bertahan dalam jangka panjang. Tentu saja, baik sistem
ekologi maupun institusi manusia tidak dapat berlanjut selamanya. Namun, kita
dapat bekerja untuk melindungi aspek terbaik dari kedua bidang dan untuk
mendorong ketahanan dan kemampuan beradaptasi dalam keduanya. Direktur
Organisasi Kesehatan Dunia Gro Harlem Brundtland telah mendefinisikan
pembangunan berkelanjutan sebagai "memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri." Dalam istilah ini, pembangunan berarti memperbaiki kehidupan
masyarakat. Pembangunan berkelanjutan, berarti kemajuan dalam kesejahteraan
manusia sehingga kita dapat memperpanjang atau memperpanjang banyak
generasi, bukan hanya beberapa tahun [4].
Lingkungan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai kondisi
keseimbangan, ketahanan, dan keterkaitan yang memungkinkan masyarakat
manusia memenuhi kebutuhannya sementara tidak melebihi kapasitas ekosistem
pendukungnya untuk terus meregenerasi layanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maupun tindakan kita yang mengurangi keanekaragaman
hayati[2]. Tujuan utama upaya pengembangan definisi lingkungan berkelanjutan
adalah untuk membantu profesional lingkungan dan pihak lain
mengoperasionalkan sebagian konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana
tercantum dalam masa depan kita bersama.

2.5 Prinsip Lingkungan Berkelanjutan


Lingkungan berkelanjutan memiliki prinsipprinsip dalam menekankan kelestarian,
diantaranya :
1. Melindungi sistem penunjang kehidupan
2. Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik
3. Memelihara atau meningkatkan integritas ekosistem, serta mengembangkan
dan menerapkan ukuranukuran rehabilitasi untuk ekosistem yang sangat rusak
4. Mengembangkan dan menerapkan strategi yang preventif dan adaptif untuk
menanggapi ancaman perubahan lingkungan global.
Dalam lingkup ekologis, [11] yang merupakan salah satu perintis awal
keberlanjutanekologis mengusulkan agar :

2. Untuk sumber daya terbarukan, tingkat panen tidakboleh melebihi tingkat


regenerasi (hasil lestari)
3. Tingkat pembangkitan limbah dari proyek tidak boleh melebihi kapasitas
asimilasi lingkungan (pembuangan limbah berkelanjutan)
4. Untuk sumber daya tak terbarukan, penipisan sumber daya tak terbarukan
harus memerlukan pengembangan pengganti terbarukan yang sebanding untuk
sumber daya tersebut.

7
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Ekologi
Menurut kelompok kami dalam ekologi mengkaji lebih spesifik mengenai
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya baik lingkungan hidup
(biotik) dan tak hidup (abiotik). Dalam interaksi tersebut juga terjadi aliran energi
dan siklus materi. Pandangan kami sesuai dengan padangan [6] bahwa para
ilmuwan mengklasifikasikan materi yang terkait dengan ekologi ke dalam tingkat
organisasi dari atom ke biosfer ahli ekologi fokus pada organisme, populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Struktur ekosistem yaitu abiotik dan biotik.
Dalam ekosistem terdapat proses yang disebut aliran energi dan siklus materi.

 Aliran energi
Menurut kelompok kami dalam suatu ekosistem terjadi pemindahan energi
mulai dari matahari, produsen, konsumen, sampai dekomposer. Pendapat
kelompok kami dikuatkan dengan pendapat [12] yaitu energi kimia yang tersimpan
sebagai nutrisi dalam tubuh dan limbah organisme mengalir melalui ekosistem dari
satu tingkat trofik ke tingkat yang lain. Misalnya, tanaman menggunakan energi
matahari untuk menyimpan energi kimia dalam daun. Seekor ulat makan daunnya,
seorang robin memakan ulat itu, dan seekor elang makan ayam itu. Pengurai
dekomposer dan detritus memakan sisa daun, ulat, robin, dan elang setelah mereka
mati dan mengembalikan nutrisi mereka ke tanah untuk digunakan kembali oleh
produsen. Terdapat dua jenis aliran energi yaitu rantai makanan dan jaring
makanan.

a. Rantai makanan

Gambar 1. Rantai makanan [2]


Salah satu fitur terpenting dari rantai makanan adalah bahwa transfer energi
dari satu tingkat trofik ke yang lain tidak lengkap. sesuai dengan hukum kedua
termodinamika, karena energi ditransfer dari satu bentuk ke bentuk lain, beberapa
energi yang dapat digunakan hilang. Sebagian besar terdegradasi ke energi panas
sebenarnya yang berakhir di lingkungan. Biasanya, energi yang benar-benar
tersedia untuk digunakan oleh organisme tingkat trofik berikutnya hanya 5 sampai
20 persen dari masukan awal. Dengan kata lain 80 sampai 95 persen energi
disimpan, digunakan untuk respirasi, atau hilang sebagai panas. semua akhirnya
ditransfer sebagai panas ke lingkungan [6].
 Jaring makanan

Gambar 2. Jaring makanan [12]

Banyak hewan memakan sejumlah spesies dan generalis atau omnivora yang
berbeda seperti manusia, beruang, dan tikus dapat makan tanaman dan hewan di
beberapa tingkat trofik yang berbeda. Akibatnya, banyak rantai makanan saling
silang dan saling terkait untuk membentuk sistem kompleks yang disebut jaring
makanan [6]

 Siklus materi
Masyarakat sekitar sering menyebut siklus materi adalah siklus kimia
karena pada siklus materi terdapat unsur kimia yang berperan seperti air, nitrogen,
karbon, dan fosfor. Opini tersebut sesuai dengan pandangan [6] bahwa Siklus

9
materi didorong secara langsung atau tidak langsung oleh energi matahari dan
gravitasi yang masuk, meliputi siklus hidrologi (air), karbon, oksigen, nitrogen,
fosfor, dan belerang.
 Siklus karbon dan oksigen

Gambar 3. Siklus karbon dan oksigen [6]

Energi dari matahari menggerakkan siklus dan terdegradasi ke bentuk yang


kurang berguna (energi matahari - energi kimia - panas) saat mengalir melalui
ekosfer. karbon dan oksigen diubah dari CO2 dan h2o menjadi gula pada tanaman
hijau dan akhirnya menjadi molekul organik lainnya melalui proses fotosintesis

 Siklus air

Gambar 4. Siklus air [12]


Siklus air didukung oleh energi dari matahari dan melibatkan tiga proses
penguapan, presipitasi, dan transpirasi utama. Energi matahari masuk
menyebabkan penguapan air dari lautan, danau, sungai, dan tanah. Penguapan
mengubah air cair menjadi uap air di atmosfer, dan gravitasi menarik air kembali
ke permukaan bumi sebagai curah hujan (hujan, salju, hujan es, dan embun). Di
atas daratan, sekitar 90% air yang mencapai atmosfer menguap dari permukaan
tanaman, melalui proses yang disebut transpirasi, dan dari tanah [12].

 Siklus nitrogen
Siklus nitrogen terdiri dari beberapa langkah utama. Dalam fiksasi nitrogen,
bakteri khusus di tanah dan alga bluegreen (cyanobacteria) di lingkungan perairan
menggabungkan gas N2 dengan hidrogen untuk membuat amonia (NH3). Bakteri
menggunakan beberapa amonia yang mereka hasilkan sebagai nutrisi dan buang
sisanya ke tanah atau air. Beberapa amonia diubah menjadi ion amonium (NH4+)
yang bisa dijadikan nutrisi oleh tanaman. [12]
Amonia yang tidak dikonsumsi oleh tanaman bisa mengalami nitrifikasi.
Dalam proses ini, bakteri tanah khusus mengubah sebagian besar NH3 dan NH4 +
di dalam tanah menjadi ion nitrat (NO3-), yang mudah diambil oleh akar tanaman.
Tanaman kemudian menggunakan bentuk nitrogen ini untuk menghasilkan
berbagai asam amino, protein, asam nukleat, dan vitamin. Hewan yang makan
tanaman akhirnya mengkonsumsi senyawa yang mengandung nitrogen ini, seperti
halnya pengumpan detritus, dan pengurai. [6]

Tanaman dan hewan mengembalikan senyawa organik yang kaya nitrogen


ke lingkungan sebagai limbah dan partikel bekas dan melalui tubuh mereka saat
mereka mati dan didekomposisi atau dimakan oleh pengumpan detritus. Dalam
ammonifikasi bakteri pengurai khusus mengubah detritus ini menjadi senyawa
anorganik yang mengandung nitrogen sederhana seperti ammonia (NH3) dan
garam yang mengandung air yang mengandung ion amonium (NH4 +). [6]

Dalam denitrifikasi, bakteri khusus di tanah tergenang air dan di dasar


sedimen danau, lautan, rawa, dan rawa mengubah NH3 dan NH4 + menjadi ion
nitrat, kemudian menjadi gas nitrogen (N2) dan gas nitrous oxide (N2O). Gas-gas
ini dilepaskan ke atmosfer untuk memulai siklus nitrogen lagi. [6]

11
 Siklus fosfor
fosfor adalah komponen molekul penting secara biologis seperti asam
nukleat dan molekul pengalihan energi seperti ADP dan ATP. Ini juga merupakan
komponen utama tulang dan gigi vertebrata. Fosfat dapat hilang dari siklus dalam
waktu lama saat mengalir dari darat ke sungai dan dibawa ke laut. Di sana dapat
diendapkan sebagai endapan laut dan tetap terjebak selama jutaan tahun. Suatu
hari, proses geologi dapat mengangkat dan mengekspos endapan dasar laut ini, dari
mana fosfat dapat terkikis untuk memulai siklus kembali [6]

 Siklus sulfur
Sulfur bersirkulasi melalui biosfer dalam siklus sulfur, ditunjukkan pada
Gambar 3-16. Sebagian besar belerang di bumi disimpan di bawah tanah di
bebatuan dan mineral, termasuk garam sulfat (SO42-) yang terkubur jauh di bawah
endapan laut. Sulfur juga memasuki atmosfer dari beberapa sumber alami.
Hidrogen sulfida (H2S) - gas yang tidak berwarna dan beracun dengan bau telur
busuk - dilepaskan dari gunung berapi aktif dan dari bahan organik yang dipecah
oleh pengurai anaerobik di rawa banjir, rawa, dan pasang surut. Sulfur dioksida
(SO2), gas yang tidak berwarna dan menyengat, juga berasal dari gunung berapi
[6].

2.2 Prinsip Berkelanjutan


Menurut kelompok kami untuk pembangunan berkelanjutan agar bisa
mengatasi berbagai permasalahan lingkungan harus memiliki prinsip dasar
berkelanjutan. Karena kebanyakan dari masyarakat tidak memiliki wawasan
tentang lingkungan dan tidak memahami dampak dalam jangka panjang yang akan
terjadi dimasa yang mendatang. Pendapat kami sesuai dengan pendapat [6] kita
harus mempelajari bagaimana kehidupan di bumi telah bertahan dan disesuaikan
dengan perubahan besar dalam kondisi lingkungan selama miliaran tahun. Kita bisa
membuat transisi ke masyarakat yang lebih berkelanjutan dengan menerapkan
pelajaran ini dari alam ke gaya hidup dan ekonomi kita. Terdapat empat prinsip
berkelanjutan :
 Ketergantungan pada energi surya: Matahari menghangatkan planet ini dan
memberi energi yang digunakan tanaman untuk menghasilkan makanan bagi
diri mereka sendiri dan untuk kita dan kebanyakan hewan lainnya. Tanpa
matahari, tidak akan ada tanaman, tidak ada binatang, dan tidak ada makanan.
Matahari juga menggerakkan bentuk tidak langsung energi matahari seperti
angin dan air yang mengalir, yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik.
[12]
 Keanekaragaman Hayati: Ini mencakup berbagai macam organisme yang
berbeda; padang pasir, padang rumput, hutan, samudera, dan sistem lain di
mana mereka ada dan berinteraksi; dan layanan alami gratis, seperti
pembaharuan tanah, pengendalian hama, dan pemurnian udara dan air, yang
diberikan oleh spesies dan sistem ini. Tanpa keanekaragaman hayati, sebagian
besar kehidupan pasti telah musnah sejak lama [12]
 Chemical Cycling: Proses alami mendaur ulang nutrisi, atau bahan kimia yang
dibutuhkan tanaman dan hewan untuk tetap hidup dan bereproduksi. Karena
bumi tidak mendapatkan kiriman baru dari bahan kimia ini, mereka harus
terus-menerus diayunkan dari organisme ke lingkungan dan tempat tinggal
mereka yang tidak hidup. Tanpa bersepeda kimia, tidak akan ada udara, tidak
ada air, tidak ada tanah, tidak ada makanan, dan tidak ada kehidupan [12]
 Kontrol Populasi: persaingan untuk sumber daya terbatas di antara spesies
yang berbeda menempatkan batas pada seberapa banyak populasi mereka
dapat tumbuh. [12]

2.3 Solusi Berkelanjutan untuk Berbagai Masalah Lingkungan


1) Masalah keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati perlu dijaga untuk mencegah kepunahan spesies,
karena saat ini banyak aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi
keanekaragaman hayati sehingga banyak spesies punah karena manusia. Hal
tersebut sesuai dengan [6] aktivitas manusia mengurangi keanekaragaman
hayati dengan menyebabkan kepunahan banyak spesies dan dengan
menghancurkan atau merendahkan habitat yang dibutuhkan untuk
pengembangan spesies baru. kita harus mencegah kepunahan spesies liar
karena layanan ekologi dan ekonomi yang mereka berikan, dan karena banyak
orang percaya bahwa spesies liar memiliki hak untuk ada terlepas dari
kegunaannya kepada kita. Kita dapat membantu mempertahankan
keanekaragaman hayati terestrial dengan mengidentifikasi dan melindungi
daerah yang terancam punah (hotspot keanekaragaman hayati), memulihkan

13
ekosistem yang rusak (menggunakan ekologi restorasi), dan berbagi dengan
spesies lain di luar negeri yang kami dominasikan (menggunakan ekologi
rekonsiliasi).
Mempertahankan perikanan laut akan memerlukan pemantauan populasi ikan
dan kerang yang lebih baik, pengelolaan perikanan kooperatif di antara
masyarakat dan negara, pengurangan subsidi perikanan, dan pilihan konsumen
yang cermat di pasar makanan laut. Mempertahankan keanekaragaman hayati
perairan dunia memerlukan pemetaannya, melindungi titik api air,
menciptakan cadangan laut yang besar dan terlindungi sepenuhnya,
melindungi ekosistem air tawar, dan melakukan pemulihan ekologi lahan
basah pesisir dan darat yang terdegradasi [6].
2) Masalah perkotaan dan urbanisasi
Urbanisasi terus meningkat dengan mantap dan jumlah dan ukuran daerah
perkotaan berkembang pesat, terutama di negara-negara kurang berkembang.
Sebagian besar kota tidak dapat dipertahankan karena penggunaan sumber
daya, limbah, polusi, dan kemiskinan yang tinggi. Perencanaan penggunaan
lahan perkotaan memperlambat degradasi udara, air, lahan, keanekaragaman
hayati, dan sumber daya alam lainnya yang dihasilkan. pertumbuhan pintar
atau alat urbanisme baru mencegah dan mengendalikan pertumbuhan dan
gletser perkotaan. Konsep ecocity [6]:
a. Gunakan sumber energi terbarukan dan sumber energi terbarukan lainnya
b. Desain bangunan harus dipanaskan dan didinginkan sebanyak mungkin
dengan cara alami.
c. Membangun dan dan mendesain ulang kota untuk orang-orang, bukan
untuk mobil.
d. Gunakan energi dan sumber daya materi dengan efisien.
e. Mencegah polusi dan mengurangi limbah.
f. Menggunakan kembali, mendaur ulang, dan kompos 60- 85% dari semua
limbah padat kota.
g. Melindungi dan mendorong keanekaragaman hayati dengan melestarikan
lahan yang belum dikembangkan dan melindungi dan memulihkan sistem
alam dan lahan basah di dalam dan di sekitar kota.
h. Mempromosikan kebun kota, pasar petani, dan pertanian yang didukung
masyarakat.
i. Gunakan zonasi dan alat lainnya untuk menjaga agar kota tetap terjaga di
tingkat lingkungan yang berkelanjutan.
3) Solusi berkelanjutan untuk energi
Menurut kelompok kami teknologi pada masa sekarang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi energi. Kita memiliki berbagai
teknologi untuk meningkatkan efisiensi energi operasi industri, kendaraan
bermotor, peralatan, dan bangunan dengan tajam [6]. kita dapat membuat
transisi ke masa depan energi yang lebih berkelanjutan dengan:
a. Sangat meningkatkan efisiensi energi,
b. Menggunakan campuran sumber energi terbarukan, termasuk biaya
lingkungan dari sumber energi dalam harga pasar mereka.
c. Energi terbarukan (non-fosil) meliputi: energi matahari, pasang surut,
angin, panas bumi, pembangkit listrik tenaga air dan biofuel: masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
4) Solusi berkelanjutan untuk limbah
Menurut kelompok kami cara yang paling efektif untuk mengatsi
limbah adalah dengan mendaur ulang limbah tersebut menjadi barang yang
dapat dimanfaatkan kembali. Pendapat kami menggunakan kembali barang
mengurangi konsumsi bahan dan sumber energi, dan mengurangi polusi dan
degradasi modal alami; daur ulang melakukannya sampai tingkat yang lebih
rendah sesuai dengan [6] . Pendekatan berkelanjutan terhadap limbah
berbahaya adalah yang pertama menghasilkan lebih sedikit, kemudian
mengubahnya menjadi bahan yang kurang berbahaya, dan akhirnya dengan
aman menyimpan apa yang tersisa

15
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Ekologi atau disebut juga ilmu dasar lingkunganmerupakan ilmu yang
mengkaji lebih spesifik mengenai interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya baik lingkungan hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang
didalamnya terdapat aliran energi dan siklus materi.
2. Pembangunan berkelanjutan agar bisa mengatasi berbagai permasalahan
lingkungan harus memiliki prinsip dasar berkelanjutan.
3. Solusi untuk mengatasi masalah lingkungan dapat berupa solusi untuk limbah,
solusi untuk energi, solusi keanekaragaman hayati, dan solusi untuk
perkotaan.

4.2 Saran
Sebaiknya pengetahuan dalam wawasan lingkungan juga perlu disampaikan
kepada masyarakat agar mereka ikut dalam menjaga alam agar tetap lestari. Selian
itu, mereka juga dapat sadar dan dan mecintai alamnya sendiri serta tidak merusak
untuk kepetingan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Winarno, R. 1992. Ekologi Sebagai Dasar untuk Memahami Tatanan dalam
Lingkungan Hidup. Pidato pengukuhan guru besar. Malang : FMIPA UM.
[2]Morelli, J. 2011. Environmental Sustainability: A Definition for Environmental
Professionals. Journal of Environmental Sustainability.vol 1.
[3]Khan, Z. A. 2013. Global Environmental Issues and its Remedies. Journal of
Sustainable Energy and Environment. Vol 1, No 8.
[4]Cunningham, W. P., dan Cunningham, M. A. 2013. Principles Of Environmental
Science: Inquiry & Applications, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
[5].Buckhori, D. (2017). Definisi Ekologi. Retrieved from Ipb.ac.id:
http://damayanti.staff.ipb.ac.id/files/2012/09/Pendahuluan.pdf
[6]Spoolman, S. E., dan Miller, G. T. 2009. Living in the Environment: Concepts,
Connections, and Solutions. Sixteenth Edition. Canada: Brooks/Cole.
[7]Sutherland, W. J., Freckleton, R. P., Godfray, H. C. J., Belssinger, S. R., Benton, T.,
Cameron, D. D., Carmel, Y., Coomes, D. A., Coulson, T., Emmerson, M. C.,
Halls, R. S., Hays, G. C., Hodgson, D. J., Hutching, M. J., Johnson, D., Jones, J.
P. G., Keeling, M. J., Kokko, H., Kunin, W. E., Lambin, X., Lewis, O. T.,
Malhl, Y. Mleszkowska, N. Gulland, J. M., Norris, K., Phillmore, A. B., Purves,
D. W., Reld, J. M., Reuman, D. C., Thompson, K., Travis, J. M. J., Turnbull, L.
A., Wardle, D. A., & Wlegand, T. 2013. Identification of 100 Fundamental
Ecological Questions. Journal of Ecology. Vol 101, 58-67.
[8]Odum, E. (1971). Fundamental of Ecology.Philadelphia: W.B. Saunders
Company.Resosudarmo, RS.; K. Kartikawinata ; A.Soegiarto. (1992). Pengantar
Ekologi. Bandung:Remaja Rosdakarya.
[9]Soemarwoto, O. (1983). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan . Jakarta:
Djambatan.
[10]Soerjani.M.Modul Ekologi Manusia dan Alam Semesta.(online).
http://repository.ut.ac.id/4305/1/BIOL4215-M1.pdf diakses pada 5 Februari 2020 pukul
05.04.
[11]Daly, H. E. (1990). Toward some operational principles of sustainable
development. EcologicalEconomic 2, 1-6.
[12]Spoolman, S. E., dan Miller, G. T. 2010. Environmental Science. Thirtheenth
Edition. Canada : Brooks/Cole.

17

Anda mungkin juga menyukai