PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih
hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa,
dan mulanya dibuat di Filipina. "Nata de coco" dalam bahasa Spanyol berarti "krim
kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam
bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, tetapi
akan tumbuh optimal bila pH nya 4.3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter Xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Nata
terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah yang mengandung
glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benang-benang selulosa
Selulosa yang dikeluarkan kedalam media itu berupa benang-benang yang bersama-
sama dengan polisakarida membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air
kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen, melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstra seluler yang
dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang
tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa
yang akhirnya Nampak padat berwarna putih hingga transparan (Misgiyarta, 2007).
2.2 Cara Membuat Nata De Coco
A. Bahan :
B. Alat :
Panci
Pengaduk
Kompor
Timbangan duduk
Kain saring
Baki plastik ( 15cm x 20 cm)
Kertas penutup
Karet
C. Prosedur :
1. 1 liter air kelapa murni di saring dari kotoran dengan menggunakan kain saring,
kemudian didihkan hingga suhu 100˚C.
2. Setelah mendidih tambahkan 100 gram gula pasir putih, 5 gram Ammonium
Sulfat dan 1 ml Asam Asetat Glasial .
3. Dalam keadaan panas, kemudian pindahkan kedalam wadah atau baki berukuran
15 cm x 20 cm dan tutup rapat dengan kertas dan diberi karet agar rapat.
4. Setelah dingin (sesuai suhu kamar), air kelapa diinokulasi dengan menambahkan
starter bakteri Acetobacter xylinum sebanyak 10 % dari volume media
fermentasi (air kelapa).
5. Kemudian diinkubasi dalam suhu kamar 28˚ - 30˚C, selama 4-7 hari
Menambahkan
Memasak hingga gula pasir 100 gram
Menyaring 1 L air
mendidih (suhu
kelapa murni Ammonium Sulfat 5 gram
100˚C)
Asam Asetat Glasial 1ml
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah dapat secara
cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu
menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair dari bahan anorganik,
pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan
sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan
pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa digunakan tanaman secara langsung.
Diantara jenis pupuk organik cair adalah pupuk kandang cair, sisa padatan dan cairan
pembuatan biogas, serta pupuk cair dari sampah/limbah organik (Hadisuwito,2007).
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau keseluruhannya terisi
atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan yang berbentuk
padat. Berdasarkan bahan asalnya, pupuk organik padat dapat dibedakan menjadi pupuk
hijau, pupuk kandang, kompos juga humus. Bila dibandingkan, pupuk cair akan dapat
mengatasi defisiensi unsur hara dengan lebih cepat, bila dibandingkan dengan pupuk
padat. Hal ini didukung oleh bentuknya yang cair sehingga mudah diserap tanah dan
tanaman.
Sama seperti pupuk organik lainnya, pupuk kandang dapat memperbaiki struktur
tanah, termasuk untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang yang telah siap digunakan biasanya terasa dingin,
gembur, berbentuk menyerupai tanah dan baunya telah berkurang. Penggunaan pupuk
kandang dapat dilakukan dengan menyebarkan dan membenamkan pupuk pada tanah,
untuk mengurangi penguapan unsur hara akibat proses kimia yang terjadi di dalam tanah.
A. Pupuk cair
1. Alat :
Pisau
2. Bahan
Bioaktivator EM4,
3. Prosedur kerja
B. Pupuk padat
1. Bahan
Jerami padi/ rumput/ sampah sisa pertanian yang sudah dipotong potong.
Larutan Mikroba
Air 20 L
EM4 1 L
2. Alat
Ember yang telah dilubangi dengan tutup
Karton
3. Prosedur
1. Membuat larutan mikroba secara berurutan dan dicampur merata kemudian biamkan
selaa 10 menit
2. Sebarkan bahan baku yang telah tersedia ( lapisan pertama jerami padi, sekam, pupuk
kandang, dedak halus, serbuk kayu) lalu diaduk secara merata.
3. Siramkan larutan mikroba, secara perlahan kedalam campuran, sampai mencapai 30-40%
atau dengan cara dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan. Apabila kepalan
tangan dibuka, adonan akan mekar
4. Adonan digundukkan sampai ketinggian 20-50cm kemudian ditutup tipis dengan lapisan
tanah, lapisan atas, dan disungkup dengan terpal plastik
5. Periksa suhu adonan setiap hari, pertahankan suhu kisaran 40-50˚C.Jika lebih adonan
diaduk hingga suhu turun dan diaduk kembali
6. Setelah 10 hari, adonan sudah menjadi pupuk padat yang siap digunakan
2.6 Diagram Alir Pembuatan Pupuk Cair Dan Pupuk Padat
A. Pupuk Padat
B. Pupuk Cair
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Nata de coco, pupuk cair, dan pupuk padat merupakan produk hasil fermentasi mikroba
yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Selain itu, tidak semua mikroba selalu
merugikan manusia ada yang membantu pekerjaan manusia. Dan untuk pembuatan masing –
masing produk inidapat dilakukan dan diterapkan di rumah, tidak harus dalam skala industri.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisuwito, Sukamto, 2007, Membuat Pupuk Kompos Cair, Cetakan ketiga, Agromedia Pustaka, Jakarta.