Oleh :
1
Budi Hadi Narendra
ABSTRAK
Kata kunci : alih fungsi, debit sungai, erosi, sedimentasi dan teknik konservasi
I. PENDAHULUAN
1
Staf Peneliti Balai Penelitian Kehutanan Mataram
103
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
104
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
tahun 2004 – 2006 yang digeneralisasi menjadi data tahun 2005. Hasilnya
menunjukan bahwa tutupan hutan seluruh wilayah Indonesia berkurang
menjadi sekitar 83 juta hektar.
105
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
106
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
107
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
108
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
menyatakan untuk daerah yang lebih banyak dipengaruhi oleh iklim laut,
perubahan tutupan hutan efeknya tidak sebesar efek perubahan suhu
permukaan air laut (Bruijnzeel, 2004).
Di masa lalu, fungsi hidrologis hutan sempat menjadi topik diskusi
yang hangat. Kelompok pertama yang berpegang pada teori spon (sponge
theory) menyatakan bahwa hutan melalui akar pohon, seresah, dan tanah
mampu menyimpan air hujan dan melepaskannya secara perlahan.
Kelompok lain pemegang teori infiltrasi menyatakan bahwa tata air di
hutan lebih banyak dipengaruhi oleh komponen geologis berupa tipe
batuan atau tanah hutan, dibandingkan dengan ada atau tidak adanya
tutupan hutan. Sedangkan kelompok yang netral lebih menekankan fungsi
hutan dalam mencegah erosi dan banjir. Kini para ahli lebih memandang
akar pepohonan lebih sesuai sebagai ”pompa air” dibandingkan sebagai
spon, dan di musim kemarau akar tidak melepaskan air ke tanah tetapi
melepas air ke udara dalam proses transpirasi. Mereka juga menyatakan
bahwa banjir terjadi akibat tingginya intensitas curah hujan, atau hujan
berlangsung dalam waktu lama serta tutupan lahan tidak mampu lagi
menginfiltrasi air hujan secara optimal, dan kapasitas penyimpanan tanah
telah terlampaui sehingga kelebihan air melimpas ke aliran sungai
(Hamilton dan King, 1983). Dengan kata lain kejadian banjir tidak semata-
mata hanya dipengaruhi kondisi penutupan lahan, tetapi juga tergantung
faktor iklim dan geologi.
Pada proses pengkonversian tutupan hutan, fungsi ”spon” pada
hutan menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Efek yang dihasilkan
perlu dipisahkan antara total hasil air tahunan dengan distribusi debit air
musiman atau bulanan. Dengan berkurangnya tutupan hutan, hasil air
tahunan cenderung meningkat karena tidak ada atau berkurangnya
jumlah air yang dilepaskan melalui transpirasi. Jika tutupan hutan yang
dikonversi tidak terlalu besar, jumlah air yang disimpan masih dapat
dilepaskan sepanjang tahun secara kontinyu sebagai aliran dasar.
Sebaliknya, jika hutan dikonversi secara besar-besaran atau secara total,
jumlah air yang tersimpan sebagai air tanah sangat minim jumlahnya
sehingga pada saat musim kemarau suplai air ke alur sungai atau mata air
sangat terbatas.
Beberapa penelitian telah menghasilkan kesimpulan yang men-
dukung pernyataan di atas. Penelitian dengan keakuratan tinggi dilakukan
melalui pengamatan terhadap sub DAS yang berpasangan. Dengan cara ini
kesalahan akibat perbedaan kondisi iklim dan lahan dapat diminimalisir
hingga < 20%. Penelitian semacam ini pernah dilakukan Bruijnzeel (1990)
yang menunjukkan adanya pengurangan tutupan hutan lebih dari 33%,
secara signifikan akan meningkatkan aliran tahunan selama 3 tahun
pertama. Peningkatan ini berkisar dari 145 hingga 820 mm/tahun,
109
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
110
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
minimnya atau hilangnya debit mata air atau debit air sungai. Pembukaan
tutupan hutan yang biasanya diikuti dengan pemadatan permukaan tanah
oleh alat-alat berat, pembangunan sarana jalan, gedung, atau
infrastruktur lain, atau pengalihan fungsi menjadi areal budi daya
pertanian, perkebunan atau hutan tanaman tanpa tindakan konservasi
yang memadai akan menurunkan kemampuan tanah menginfiltrasi air
hujan. Akibatnya di saat musim hujan daerah tangkapan air akan
menghasilkan limpasan permukaan yang lebih besar, sedangkan
simpanan air tanah sebagai pemasok mata air dan aliran dasar akan
menurun. Dengan kata lain efek spon dari keberadaan hutan telah hilang
dan ketika luasan hutan yang dialihfungsikan mencapai titik kritis, jumlah
cadangan air dalam tanah diperkirakan tidak akan mencukupi suplai
sepanjang musim kemarau, seperti yang terjadi di Selorejo, Jawa Timur.
Gambar 1 menunjukkan perubahan distribusi debit air bulanan pada
periode sebelum dan setelah 33% luasan hutan dialihfungsikan menjadi
pemukiman dan lahan pertanian kering (Bruijnzeel, 2004).
200
Debit aliran (mm/bulan)
150
1919-1943
100
1961-1972
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bulan
111
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
Efek negatif lain yang dapat terjadi dari proses alih fungsi kawasan
hutan adalah meningkatnya erosi dan sedimentasi. Penilaian besarnya
erosi yang dilakukan dengan mengamati sedimen pada aliran sungai harus
dilakukan secara seksama. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kesalahan penentuan sumber sedimen, apakah berasal dari erosi
permukaan, erosi parit (gully erosion), atau dari longsoran. Sebanyak 80
penelitian yang dirangkum Wiersum (1984) mengenai erosi permukaan
pada hutan tropis dan sistem agroforestry menunjukkan bahwa erosi
permukaan dapat diminimalkan jika permukaan tanah mendapat cukup
perlindungan, baik oleh tajuk vegetasi maupun oleh serasah di permukaan
tanah. Kondisi tajuk hutan yang baik, bila tanpa disertai adanya seresah
dan bahan organik pada tanah permukaan akan meningkatkan erosi
secara drastis. Hasil penelitian Widianto, dkk. (2004) menunjukkan hutan
yang dialihfungsikan menjadi tanaman kopi monokultur akan
meningkatkan nilai erosi, terutama pada tanaman kopi umur 1 tahun.
Demikian pula dengan gangguan pada permukaan tanah seperti
112
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
Alih fungsi kawasan hutan pada masa sekarang sudah sulit untuk
dihindarkan. Jika alih fungsi kawasan hutan sudah tidak dapat dihindari,
tindakan yang perlu diambil adalah menjaga agar alih fungsi tersebut
tidak sampai menimbulkan kerusakan drastis pada tatanan proses
hidrologis atau menekan seminimal mungkin dampak yang ditimbulkan
khususnya pada aspek hidrologi dan konservasi tanah. Caranya adalah
dengan menjaga agar proses infiltrasi air hujan tetap terwadahi sehingga
limpasan permukaan dapat ditekan melalui tindakan konservasi tanah
dan aplikasi teknik-teknik pemanenan air. Tindakan ini dapat diaplikasi-
kan pada setiap jenis penggunaan lahan yang mengantikan penutupan
hutan. Namun perlu diperhatikan bahwa perananan hutan alam secara
keseluruhan tidak dapat digantikan secara utuh oleh tipe penutupan lahan
lahan lainnya.
Pada kegiatan pertanian, telah banyak contoh teknik konservasi
tanah yang dapat diaplikasikan dengan tujuan meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah dan mengurangi erosi, seperti pembuatan teras, rorak,
113
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
125
Debit aliran (mm/bulan)
100
75
Hutan
Pertanian+konservasi
50
25
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bulan
114
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Blackie, J.R., 1979. The water balance of the Kimakia catchments. E. Afr.
Agric. For. J. 43, pp. 155–174. dalam Bruijnzeel. L.A. 2004.
Hydrological functions of tropical forests: not seeing the soil for the
trees? Agric. Ecos. Env. 104 (2004), pp. 185–228.
Bruijnzeel, L.A. 1990. Hydrology of Moist Tropical Forest and Effects of
Conversion: A State of Knowledge Review. UNESCO, Paris, and Vrije
Universiteit, Amsterdam, The Netherlands, 226 pp.
115
Prosiding Fungsi Kawasan Hutan
116
Alih Fungsi (Konservasi) .......... (Budi Hadi Narendra)
117