Manajemen Nyeri
Manajemen Nyeri
a. Pengertian
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan
pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak
nyaman baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dibedakan nyeri akut dan nyeri kronis
(Priharjo, 1993). Nyeri juga merupakan mekanisme protektif bagi tubuh, yang timbul bila
jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri
tersebut. Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenagkan
yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi yang
digambarkan dengan kata-kata kerusakan jaringan ( Torrance, 1997).
McCaffery (1979) mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia
mengatakan tentang nyeri “ apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika
dia mengatakan hal itu ada “.
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun diri sendiri.
b. Penyebab Nyeri
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin,
misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
c.Sifat-Sifat Nyeri
1.Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
2.Nyeri bersifat subjektif dan indvidual.
3.Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
4. Perawat hanya dapat mengkaji nyri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah
laku dan dari pernyataan klien
5. Hanya klien yang tau kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
7. Nyeri merupakan tanda adanya kerusakan jaringan.
8. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
9. Perspsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal.
d. Macam-macam nyeri
Berdasarkan sumbernya nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Cutaneus superficial, yaitu nyeri yang mengenai jaringan sub kutan, biasanya bersifat
burning (seperti terbakar). Contoh : terkena ujung pisau atau gunting.
2. Deepsomatic (nyeri dalam), yaitu nyeri yang muncul dari ligamen, pembuluh darah,
tendon dan saraf, mnyebar dan lebih lama dari cutaneus. Contoh : sprain sendi.
3. Viseral (pada organ dalam), yaitu stimulasi reseptor nyeri didalam rongga abdomen,
cranium, thorax. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia.
e. Fisiologi Nyeri
Banyak teori yang berusaha menjelaskan dasar neurology dari nyeri. Untuk memudahkan
memahami fisiologis nyeri maka perlu mempelajari tiga komponen fisiologi berikut ini :
a. Reaksi : respon fisiologis dan prilaku setelah mempersepsikan nyeri resepsi.
b. Resepsi : proses perjalanan nyeri
c. Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Adanya stimulus yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia) , akan menyebabkan
pelepasan subtansi kimia, seperti histamine, bradikinin, kalium. Substansi tersebut
mnyebabkan nosi resetor bereaksi. Apabila nosi reseptor mencapai ambang nyeri, maka akan
timbul Impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Sarabut saraf perifer yang
akan membawa impuls saraf ada 2 jenis, yaitu : serabut A delta dan serabut C. impuls saraf
akan dibawa sepanjang serabut saraf sampai ke cornudorsalis medulla spinalis. Impuls saraf
tersebut akan mnyebabkan cornudorsalis melepasakan neurotransmitter ( substansi P).
substang P ini menyebabkan transmisi sinap dari saraf perifer kesaraf traktus spinotalamus.
Hal ini memngkinkan impuls saraf ditransmisikan lebih jauh kedlam system saraf pusat.
Setelah impuls saraf sampai di otak, otak akan mengolah impuls saraf kemudian akan timbul
reflek protektif. Contoh : apabila tangan terkena strika, maka akan merasakan sensasi
terbakar, tangan juga mealkukan refllek dengan mnarik tangan dari permukaan strika.
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
g. Penanganan Nyeri
Dalam penanganan nyeri, perawat terlebih dahulu mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan
pasien. Hal ini dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, sehingga perawat
harus menanyakannya secara langsung kepada klien karakteristik nyeri dengan P. Q. R. S. T.
Provoking : Penyebab
Quality : Kwalitas
Region : Lokasi
Severate : Skala
Time : Waktu
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
• Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial
• Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan nyeri yang
timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum.
Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang berhubungan dengan lokasi:
• Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
• Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
• Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir
• Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang
nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :
Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
Status kesadaran klien
Harapan klien
Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas
nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang
membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.
1.Tindakan Farmakologis
Terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara memblokade transmisi
stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal
terhadap nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah
a. Analgesik Narkotik
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri
(misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang
merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
Derivat Opiat (morphin dan codein) merupakan obat yang paling umum digunakan untuk
mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya
sangat bervariasi tergantung fisiologi klen itu sendri. Klien yang sangat muda dan sangat tua
adalah yang sensitif terhadap pemberian analgesik ini, dan hanya memerlukan dosis yang
sangat rendah untuk meringankan nyeri (long,1996).
b. Analgesik Lokal
analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung keserabut
saraf.
1. Stimulasi kulit
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot, rangsangan
masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu
memblok atau menurunkan impuls nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgesics ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat.
d. Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
yang nyeri.
2. Stimulasi electric (TENS)
TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan mnggunakan arus listrik ringan yang
dihantarkan melalui elektroda dari luar.
3. Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah lama dilakukan untuk mengobati nyeri,
jarum-jarum kecil yang ditusukkan pada kulit, bertjuan untuk menyentuh titik-titik tertentu,
tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi ke otak.
4. Plasebo
Dalam bahasa latin berarti ”saya ingin menyenangkan merupakan Zat tanpa kegiatan
farmakologik dalam bentuk yang dikenal klien sebagai obat, seperti tablet,kapsul, cairan
injeksi dan sebagainya”. Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi
keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan
daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak
mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air)
tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus
mempunyai izin dari dokter.\
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara
lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
4. Distraksi
Memfokuskan perhatian klien pada hal lain diluar nyeri.Didasari landasan teori bahwa jika
bagian retikuler ‘brain stem’ memperoleh input sensori yang cukup, akan menyebabkan
gagalnya atau blockade sensasi lain termasuk nyeri.Distraksi sangat baik dilakukan sebelum
timbul nyeri ataupun segera setelah nyeri timbul.Baik untuk nyeri dengan skala sedang
sampai berat, tetapi distraksi tidak dapat dipakai terus-menerus untuk periode lama dan dapat
menyebabkan peningkatan fatigue dan nyeri secara bersamaan. Efektif dilakukan pada anak-
anak
h. Study Kasus
Ny. E berusia 40 tahun, menderita carcinoma mamae, pada mamae bagian kanan. Ny. E
sudah pernah menjalani pembedahan untuk pengangkatan sel kanker pada bagian mamae
yang sama. Ny. E sering mengeluh nyeri hebat pada bagian mamaenya, adanya cairan yang
keluar dari puting susu dan puting eritema mengeras. Keluhan lain yang dirasakan Ny. E
adalah nyeri tulang dan menurunnya berat badan.
Dari study kasus diatas, maka masalah keperawatan yang muncul adalah :
Masalah keperawatan :
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan,
interupsi saraf, diseksi otot.
2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema,
destruksi jaringan.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan
gambaran mammae.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian
tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan
pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.
Fokus Pengkajian
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan,
interupsi saraf, diseksi otot.
a. Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.
Provoking : Penyebab : apa yang menyebabkan?
Quality : Kwalitas : apa yang dirasakan? Bagaimana kelihatannya?
Region : Lokasi : dimana dan kemana menyebarnya ?
Severate : Skala : skala 1 (tidak nyeri) sampai skala 10 (nyeri yang sangat hebat)
Time : Waktu : kapan gejala dimulai? Apakah konstan? Apakah tiba-tiba atau bertahap?
b. Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga
Kinerja ( pekerjaan ) tanggung jawab peran Keuangan Aktifitas
sehari – hari Kognitif alam perasaan Unit keluarga ( respon anggota keluarga )
Fokus pengkajian
Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae dengan keluhan nyeri.
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan,
interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993).
Kriteria evaluasi :
Pasien mengekspresikan penurunan nyeri
Intervensi :
1.Perhatikan lokasi nyeri
2. lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10)
3. perhatikan respon verbal dalam mengungkapkan nyeri
4. bantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan
seperti masase punggung
5.dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi, berikan obat sesuai pesanan
PENGERTIAN NYERI
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International
Association for Study of Plain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Respon nyeri sangat subyektif tergantung dari ambang nyeri dari setiap klien, koping klien,
pengalaman nyeri, ansietas, budaya dari klien serta dipengaruhi oleh gender dan usia. Oleh
karena itu, untuk mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan observasi respon dan perubahan
perilaku klien diantaranya menurut Zborowski (1969) ada lima kelompok umum respon klien
terhadap nyeri.
Respon seseorang terhadap nyeri bisa kombinasi antara beberapa respon diatas.
Rasa Nyeri
(Sumber : health.ghiboo.com)
FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu
pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
1. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah
ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit
(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : a) Reseptor A delta yang merupakan
serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. b)
Serabut C yang merupakan serabut komponen lambat (kecepatan 0,5 m/det) yang
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi.
2. Struktur reseptor nyeri somantik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur
reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi.
3. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetap sangat sensitif
terhadap penekanan, iskemia, inflamasi.
TIPE NYERI
Beberapa tipe nyeri antara lain :
1. Somatic pain
2. Neurophatic pain
3. Surgery Pain
4. Chemotherapeutik drugs
5. After rediation theraphy
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan
dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak
mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan
substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat
mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat melepaskan
neurotransmiter penghambat. Apabila masukan masukan yang dominan berasal dari serabut
beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.
Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung
klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsian sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.
Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu
pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.
MANAJEMEN NYERI
Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, antara lain :
Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk menghilangkan
nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
Kompres dingin
Analgetic ointments
Counteriritan, seperti plester hangat
Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
nyeri
Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain sehingga
kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan diantaranya dengan
cara :
Anticipatory Guidance
Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan informasi
yang dapat mencegah terjadinya misinterpretasi dari kejadian yang dapat menimbulkan nyeri
dan membantu pemahaman apa yang diharapkan. Informasi yang diberikan kepada klien
diantaranya :
Penyebab nyeri
Proses terjadinya nyeri
Lama dan kualitas nyeri
Berat-ringannya nyeri
Lokasi nyeri
Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien
Metode yang digunakan perawat pada klien untuk mengurangi nyeri
Hal-hal yang diharapkan klien selama prosedur
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan,
antara lain :
Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.
Menurunkan nyeri
Menolong individu untuk melupakan nyeri
Meningkatkan periode istirahat dan tidur
Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut :
SUMBER REFERENSI :
Team KDKK I. 2012. Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan I. Yogyakarta : STIKES A
YANI