Anda di halaman 1dari 11

Metode Dakwah Nabi Muhammad SAW

Oleh : Nadila Latifah Dewi , NPM : 1906295220

BAB I
PENDAHULUAN

Kebiasaaan bangsa Arab sebelum Islam hadir ialah suka menyembah berhala,
berzina, berjudi, mabuk bahkan menganiaya dan membunuh kaum yang lemah.
Sejak diutusnya nabi Muhammad menjadi rasul pada tanggal 17 Ramadhan 610 M
di Gua Hira’ yang membawa ajaran islam (berkebalikan dengan kebiasaan
mereka), hal ini dapat mengubah paradigma dan kebiasaan bangsa Arab, sehingga
kaum Quraisy terancam kesejahteraannya. Pasalnya, selama ini kaum Quraisy
mendapatkan penghasilan dari kebiasaan menyembah berhala dan mendapat
kekuasaan atas orang-orang lemah atau budak-budak.

Berbagai cara dilakukan kaum Quraisy untuk mencegah dan menghentikan


penyebaran ajaran agama islam yang dibawakan oleh nabi Muhammad. Mulai dari
cacian, makian, menganiaya bahkan membunuh kaum muslim meskipun itu sanak
keluarganya sendiri, mereka lakukan. Untuk memerangi masa kegelapan dan
kebodohan, setelah nabi Muhammad mendapatkan wahyu keempat, maka nabi
Muhammad langsung menyerukan dakwah.

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
dunia dan akhirat ( Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana), 2004. hlm.
21 ). Dakwah sejatinya adalah menyeru atau mengajak manusia dari (alam)
kegelapan menuju (alam) terang benderang. Mengajak manusia kepada jalan-Nya
(dakwah) adalah perbuatan mulia dan luhur. Dakwah juga berarti membimbing
dan mengarahkan umat atau mad’u (orang yang diseru, diajak) untuk
meningkatkan derajat kemanusiaannya dan bukan sebaliknya, menghinakan serta
memperbudak mereka. Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang
paling banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku
dengan kawasan yang luas, yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan
budaya).Dakwah itu sendiri secara filologi ialah ialah lebih kurang-bermakna
mengajak kepada jalan (agama) Allah azza wa jalla. Al-Quran surat An-Nahl:125
menjelaskan:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dalam surat An-Nahl ayat 125 mengandung tiga metode dakwah yang
terkenal, yaitu dengan Hikmah, Mauidhah Hasanah, dan Mujadalah. Penyampaian
nasehat ataupun pelajaran yang baik itu bisa dalam bentuk lisan (verbal advice)
dan juga secara tulisan (written advice).Dakwah dikatakan sangat efektif dalam
menyampaikan pesan dari da’i kepada mad’u apabila menggunakan sarana atau
media dakwah. Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwah Islam
menggunakan berbagai macam metode antara lain: metode sembunyi-sembunyi,
dakwah secara terang-terangan, politik pemerintah, surat-menyurat, peperangan,
pendidikan dan pengajaran agama.Dakwah melaui tulisan (Dakwah Bil Al-Qalam)
merupakan salah satu metode dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk
mengajak beriman bagi kaum tertentu. Dakwah melalui tulisan bukanlah cara
yang baru dalam tradisi dakwah Islam, justru yang menjadi agent of change
adalah Nabi Muhammad SAW yang pertama mengenalkan metode dakwah
melalui tulisan yang ditujukan kepada para penguasa non-muslim saat itu. Secara
tidak langsung Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada umatnya tentang
dakwah beliau dalam mempengaruhi orang yang kafir agar menjadi muslim dan
orang yang buruk tingkah lakunya menjadi baik.

Mengingat kemuliaan dakwah itu, agama kita mengharamkan segala bentuk


praktik kotor dengan mengatasnamakan dakwah, misalnya memanipulasi atau
menjual ayat-ayat Allah demi keuntungan sesaat, mengeksploitasi potensi umat
demi kepentingan pribadi atau melakukan pemaksaan dan tindakan anarkis atas
nama agama. Oleh karenanya, sangat salah dan sesat pandangan yang mengatakan
bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan darah. Ajaran Islam tidaklah identik
dengan terorisme dan anarkisme, karena keduanya banyak menimbulkan
mudharat bagi masyarakat.
BAB II

ISI

1. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi


Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40 dari usia nabi Muhammad ( tahun
Gajah ) / 6 Agustus 611 M, ia melihat cahaya terang benderang memenuhi ruang
gua Hira’. Tiba-tiba suatu makhluk unik berada di depannya lalu memerintah :
“iqra” ! (bacalah). Muhammad menjawab , “Saya tak pandai membaca ”.
Setelah tiga kali diulang, Muhammad menjawab serupa, makhluk unik yang
kemudian diketahui sebagai malaikat Jibril itu memeluk Muhammad SAW erat-
erat, lalu menyampaikan wahyu sebagaimana tertera dalam QS.96 ( Al-‘Alaq) : 1-
5:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”. (QS. Al-‘Alaq [ 96 ]
: 1-5)
Dalam penyampaian wahyu keempat, yaitu QS.74 ( Al-Muddatsir ) : 1-7 , surat
dalam Al-quran ini memerintahkan Nabi untuk bangkit menyampaikan dakwah :
Artinya :” Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah
peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! , dan pakaianmu bersihkanlah, dan
perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah.”
Surah Al-Muddatsir ayat 1-7 tersebut merupakan jalan Rasulullah SAW mulai
berdakwah. Pertama-tama ia melakukannya secara diam-diam di lingkungan
rumah dan keluarganya sendiri serta di kalangan rekan-rekannya. Dakwah yang
dilakukan Nabi secara sembunyi-sembunyi adalah dakwah yang terjadi pada
periode Mekkah, pada tiga tahun pertama
(Amin:2010:65).Oleh karena itu, dakwah yang
dilakukan Rasulullah SAW mendapatkan respon
yang positif di lingkungan terdekat nabi, seperti
Khadijah, istrinya. Dialah wanita yang pertama
kali masuk islam, menyusul setelah itu adalah Ali
bin Abi Thalib , dialah pemuda muslim pertama.
Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak
masa kanak-kanak. Ia merupakan pria dewasa
yang pertama masuk Islam. Lalu menyusul Zaid bin Haritsah, bekas budak yang
telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad
SAW sejak ibunya masih hidup.

Selain itu, sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar


Ash-Shiddiq, merupakan tonggak mata rantai
Islamnya sahabat yang dikenal dengan julukan
Assabiqunal Awwalun ( orang-orang yang lebih
dahulu masuk Islam ), mereka adalah Utsman bin
Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Abdul Rahman bin ‘Auf, Talhah bin
Ubaidillah, Abu ‘Ubaidillah bin Jarrah, dan al-
Arqam bin Abil Arqam , yang rumahnya dijadikan
markas untuk berdakwah ( rumah Arqam ) (Amin
: 2010 : 66 ).
Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa teman dekatnya,
seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdur Rahman bin ‘Auf , Sa’d bin
Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah. Mereka diajak Abu Bakar langsung
menemui Nabi Muhammad SAW, dengan cara diam-diam ini, belasan orang telah
masuk islam.

Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul selama dakwah secara


sembunyi-sembunyi, ialah :
1. Metode Personal
Metode semacam ini terjadi dengan cara individual, yaitu antara Dai dan
Mad’u. langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan
langsung diterima, dan biasanya reaksi yang ditimbulkan mad’u langsung
diketahui. 2 Pendekatan ini Rasul lakukan untuk mencegah guncangan
reaksioner di kalangan masyarakat Quraisy, yang pada saat itu masih
percaya dengan kepercayaan animisme warisan leluhur mereka.

2. Metode Pendidikan,
Pada zaman rasul pendidikan ini dicontohkan dengan mendatangkan rumah ke
rumah. Atau menjadikan salah satu rumah sahabat untuk dijadikan tempat
pemberian materi-materi Islam. Seperti rumah Al-Arqam bin Abi Arqam yang
dijadikan tempat pertama menyampaikan materi-materi pendidikan Islam.

3. Metode Diskusi,
Metode diskusi Dai sebagai narasumber sedangkan Mad’u sebagai audience.
Tujuannya ialah untuk pemecahan problematika yang ada kaitaannya dengan
dakwah, sehingga apa yang menjadikan permasalahan dapat ditemukan jalan
keluarnya. Pada masa sembunyi-sembunyi diskusi masih dalam seputar ke-
tauhidan, atau apa-apa saja ajaran Islam itu, dan juga mengenai kehidupan
setelah mati. Selain itu diskusi pada kondisi seperti ini tidak leluasa, karena
harus sembunyi-sembunyi.

4. Metode bi Al-Hal,
Dakwah metode ini dilakukan dengan upaya ajakan melalui upaya 3 penyatuan
elaborasi antara pemahaman atau pengetahuan (thinking) dengan keyakinan
atau perasaan (feeling). Dengan demikian, dakwah dengan metode ini dapat
dilakukan dengan mauidhah hasanah (memberi contoh teladan).
2. Dakwah Secara Terang-Terangan

Setelah beberapa lama Nabi Muhammad SAW menjalankan dakwah secara diam-
diam, turunlah perintah agar Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara terang-
terangan. Turunnya ayat 94 Surat Al-Hijr, adalah perintah kepada Nabi Muhammad SAW
untuk memulai berdakwah secara terang-terangan ( Amin : 2010 : 66 ) :

Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang


diperintah (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS.Al-Hijr:
94)

Nabi Muhammad SAW menyampaikan agama yang beliau terima dari Allah kepada
kerabat, teman dan tetangganya bahwa beliau
diangkat oleh Allah sebagai seorang Nabi dan
Rasul. Ada sebagian kerabatnya yang menolak
secara kasar. Salah seorang yang menolak
secara kasar adalah Abu Lahab, yaitu paman
Nabi. Langkah dakwah selanjutnya yang
diambil Nabi Muhammad SAW adalah
pertemuan yang lebih besar. Nabi Muhammad
SAW pergi ke bukit Shafa, dekat Ka’bah. Di
atas bukit itu, Nabi Muhammad SAW berdiri
dan berteriak memanggil orang banyak.

Nabi Muhammad menaiki bukit Shafa dan mengumpulkan orang-orang dengan


berteriak “Ya Sabaakha! Ya Sabaakha!”, panggilan ini adalah suatu cara bangsa arab
yang dipakai jika ada sesuatu yang penting. Karena itulah kaum Quraisy yang mendengar
panggilan tersebut segera berkumpul dan tidak dapat terpaksa mengirimkan orang
untuk mendengarkan apa yang dikatakan rasul. Setelah mereka berkumpul, Rasul
berkata :

“Hai Banu Abdul Muthalib, Hai Banu Fihr, Hai Banu Kaab! Bagamainakah pendapatmu
jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang
datang akan membinasakan kamu, apakah kamu percaya apa yang aku katakana?”
Jawab Mereka : “Ya, kami akan percaya karena tidak ada keraguan bagi kami untuk
tidak mempercayaimu”. Kata Rasul : “Ketahuilah oleh kamu sekalian bahwa aku adalah
seorang pemberi peringatan kepadamu tentang datangya siksa oleh Allah”

Semua orang yang hadir ditempat itu diam saja sambil merenung apa yang dikatakan
oleh Rasul, kecuali Abu Lahab, setelah ia mendengar ucapan Rasul ia memprotes :

“Sesungguhnya celaka kamu sepanjang hari ini, hanya inikah kamu mengumpulkan
kita?”
Setelah rasul mensyiarkan Islam secara terang-terangan di kalangan kaum Quraisy,
beliau keluar berdakwah ke tengah masyarakat Quraisy untuk mengajak mereka ke
dalam Islam, hampir di setiap tempat di setiap saat, beliau berani maju ke tengah
kaumnya untuk menerangkan hakikat Islam. Mereka diajak untuk menyembah Allah
Yang Maha Esa dengan meninggalkan segala macam persembahan selain kepada Allah.

Setiap harinya Rasul selalu mendatangi mereka baik yang berkumpul dekat Ka’bah
maupun yang berada di pasar. Dakwah Rasul ini banyak diterima oleh orang-orang yang
bersih hatinya atau mereka yang sudah muak dengan segala macam persembahan dan
tata cara hidup jahiliyah yang buruk. Setiap harinya ada saja yang masuk Islam baik itu
laki-laki ataupun perempuan. Namun yang paling banyak adalah dari golongan lemah
ekonominya atau budak-budak. Karena dakwah Islamiyah tidak membedakan
kedudukan orang dalam masyarakat.

Perkembangan agama Islam yang demikian pesat ini, membuat kaum Quraisy
khawatir, takut kalau agama nenek moyangnya makin lama makin terancam dengan
kehadiran Islam. Selama berdakwahnya Rasul selalu menyadarkan kaum Quraisy akan
kelemahan berhala yang mereka sembah. Karena itulah mereka mulai benci terhadap
perkembangan Islam, karena menganggap Rasul selalu mencaci maki agama mereka.

Ketika bangsa Quraisy melihat perlunya langkah yang harus diambil demi
kelanggengan agama nenek moyang mereka, maka mereka pergi ke rumah Abu Thalib
untuk melaporkan kepada beliau bahwa keponakannya telah menyiarkan agama Islam
dan mengancam kelanggengan agama nenek moyang. Mereka meminta kepada Abu
Thalib untuk mencegah kegiatan berdakwah Rasul. Mereka berkata :

“Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu (keponakan) telah mencaci maki
terhadap tuhan-tuhan kami dan mengejek nenek moyang kami. Karena itu kami harap
agar engkau mencegah dia atau biarkan kami yang menghadpinya sendiri. Dan engkau
termasuk orang yang satu agama dan kepercayaan dengan kami”

Keluhan mereka yang sekeras itu dihadapi oleh Abu Thalib dengan sabar dan beliau
menenangkan hati mereka dengan kata-kata yang manis, sampai mereka kembali
dengan puas hati. Penyiaran Islam di kota Mekkah berkembang pesat, dengan
melanjutkan dan mengembangkan metode-metode yang dipakai Rasulullah selama
berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Sehingga hal ini membuat kaum Quraisy marah
dan mendatangkan kembali Abu Thalib

“Hai Abu Thalib, sesungguhnya engkau adalah orang tua dan terpandang di tengah
kami. Kami telah meminta kamu untuk mencegah keponakan mu, namun tidak engkau
lakukan. Sungguh kami tak dapat bersabar lebih dari ini, kami tak dapat membiarkan
keponakanmu mencaci maki tuhan kami. Kami harap kamu cegah dia atau kami sendiri
yang menghadapinya sampai salah satu, apakah kami ataukah dia yang akan binasa”.

Keluhan kaum Quraisy tersebut membuat Abu Thalib bimbang, karena harus memilih
diantara dua pilihan yang sulit. Untuk itu ia memanggil Rasul dan berkata :

“Hai keponakan ku, kaum ku telah datang kepadaku dan mengeluh begini,begitu.
Janganlah kamu membebani berat kepadaku, yang tak dapat ku tanggung”. Rasul
menjawab : “Hai Pamanku, demi Allah jika mereka meletakkan matahari di kananku,
dan bulan di kiriku agar aku meninggalkan dakwah Islamiyah ini, pasti tak akan ku
tinggalkan. Sebelum aku diberikan sukses oleh Allah atau aku binasa karena-Nya”.

Rasul menjawab ucapan pamannya tersebut dengan penuh semangat dan menangis
karena harus membebani pamannya tercinta. Ketika pamannya melihat betapa beratnya
apa yang ditanggung oleh Rasul dan kegigihan Rasul dalam dakwah Islami, lantas ia
memanggil kembali keponakannya tersebut dan berkata :

“Hai keponakan ku, teruskanlah apa yang telah kamu kerjakan sekehendak hatimu,
Demi Tuhan aku tidak akan menyerahkan mu kepada mereka sedikitpun”.

Setelah mendapat persetujan dan perlindungan dari pamannya, Rasul semakin


bersemangat dalam menjalankan tugas Dakwah Islamiyahnya. Hal ini membuat kaum
Quaraisy geram karena terus melihat perkembangan pesat umat yang masuk Islam.
Kaum Quaraisy melakukan berbagai cara untuk membatasi atau mencegah kaumnya
masuk Islam, mereka menyiksa dengan sangat sadis bahkan membunuh kaum muslimin,
terutama dari kalangan budak muslim. Seperti Bilal bin Rabah dan Yasir serta
keluarganya yang mati karena harus mempertahankan aqidah mereka.

Perjalanan dakwah Rasul pada periode terang-terangan ini, mengalami berbagai


banyak hal, baik itu perkembangan pesat umat muslim dan juga ancaman serta siksaan
dari kaum Quraisy yang semakin menjadi-jadi. Apalagi saat wafatnya Khadijah (Istri
Rasul) dan Abu Thalib (paman Rasul) yang selama ini membantu dan melindungi
rasulullah dalam berdakwah.

Tidak terhitung berapa jumlah harta Khadijah yang digunakan dalam berdakwah
Rasul. Sebagai saudagar yang kaya raya, Khadijah sangat dihargai di kalangan kaum
Quraisy sehingga mereka sangat senggan terhadap Rasul selama Khadijah hidup. Apalagi
Abu Thalib yang menjadi pemuka kaum Quraisy dari kalangan Bani Abu Muthalib, yang
juga kakek Rasul. Namun semenjak kepergian mereka di tahun yang sama, kaum Quraisy
merasa mendapatkan kesempatan dan peluang yang besar untuk menghentikan dakwah
rasul dengan berbagai cara.

Meskipun begitu, rasul tetap gigih dan sabar dalam menjalankan dakwahnya. Tidak
sedikitpun rasul membalas perbuatan mereka yang keji, beliau hanya bisa bersabar,
berdoa dan menyusun strategi dari permasalahannya yang lebih kompleks ini.

Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul saat berdakwah secara terang-
terangan adalah :

1.1. Politik Pemerintahan


Dakwah di Mekkah semakin terasa berat, karena perlakuan orang Quraisy
terhadap Rasul dan umatnya semakin sadis, bahkan
sampai mengancam nyawa dan raganya. Oleh karena itu
demi keselamatan nyawa dan keselamatan umat
muslim. Maka, rasul dan sahabat-sahabatnya
memutuskan untuk hijrah ke luar daerah. Contohnya
ialah ketika ia hijrah ke Madinah. Keputusan hijrah ke
Madinah ini bukanlah semata-mata atas kehendaknya
sendiri, melainkan memang atas perintah orang
Madinah Sendiri, sehingga kebanyakan penduduk Madinah secara terbuka
menerima ajaran-ajaran agama Rasul. Di Madinah, Rasul mendapat sahabat
(Anshor) yang makin hari makin bertambah, sehingga Rasul menggunakan
politik pemerintahannya, yakni mendirikan Negara Islam. Yang mana semua
urusan ekonomi,
hukum, tata ekonomi, sosial dan sebagainya berasaskan Islam. Hal ini berarti
dakwah Islamiyahnya sebagai tujuan utama Negara.

1.2. Surat Menyurat :


Metode dakwah rasulullah bukan saja
dengan cara politik pemerintahan, akan
tetapi menggunakan pula metode surat-
menyurat. Metode ini dilakukan oleh
rasulullah kepada berbagai Negara tetangga
seperti Yaman, Syam, dsb. Adapun hasilnya
sudah barang tentu ada yang menerima
dan ada yang menolaknya. Dakwah
Rasulullah SAW melaui surat seperti ;
Dakwah Bi al-Qalam, Surat Rasulullah SAW
Kepada Kaisar Najasyi, Surat Rasulullah SAW Kepada Kaisar Persia, dan Surat
Rasulullah SAW Kepada Muqauqis.

1.3. Metode Peperangan


Perang adalah metode dakwah Rasul yang
paling terakhir, bila sudah tiada lagi jalan lain
yang ditempuh. Seperti perang Badar, Perang
Uhud, dan sebagainya. Metode dakwah
menggunakan gencatan senjata ini memang
tampaknya sangat membahayakan, karena
bala tentara rasulullah lebih sedikit
dibandingkan dengan tentara orang kafir.
Namun, sejarah Islam telah membuktikan
bahwa peperangan rasulullah dengan orang
kafir jarang sekali menemui kekalahan. Oleh
karena itu, peperangan dapat menguntungkan dan menambah tersiarnya agama
Islam ke berbagai penjuru alam.
BAB III

REFLEKSI PRIBADI

3.1. Komentar dan penarikan kesimpulan

Menurut saya, agama islam adalah agama yang damai. Islam tidak pernah memaksa
rakyat untuk memeluk Islam. Tetapi Islam hanya menyampaikan ajaran-ajarannya dan
selanjutnya terserah kepada yang bersangkutan apakah masuk Islam atau tidak masuk
Islam. Hal tersebut dibuktikan dalam metode dakwah Nabi Muhammad SAW yang tidak
menggunakan kekerasan sebagai jalan masuknya, dan penghapusan kasta ( diskriminasi
) pada setiap golongan. Metode dakwah nabi Muhammad SAW memiliki keunggulannya
tersendiri, seperti ; peduli terhadap sesame, sosialis, dan langsung menyebarkan ajaran
agama islam dari rumah ke rumah. Sehingga, menyebabkan ajaran agama ini bersifat
kekeluargaan. Sementara, apabila dibandingkan dengan metode dakwah saat ini , lebih
bersifat individualis karena kurangnya sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Mujilan , M.ag.2019.Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.


Jakarta : Midada Rahma Press.

Rosalina,Fajar Indah. 2015. Metode Dakwah Rasul.


https://www.kompasiana.com/indahfajarrosalina/5517d45b813311a0669deb2b/metod
e-dakwah-rasul?page=all ( diakses tanggal 20 Februari 2020 ).

Dalinur, M.Nur.2017. Metode Dakwah Rasulullah SAW kepada Golongan Non Muslim
di Madinah. Dakwah.vol 18(1), 87-95.

Nasution,Harun.1979. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid 1. Jakarta : UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai