Anda di halaman 1dari 4

Jelaskan aspek pajak atas Operating lease!

Selamat Siang Bu Maya Safira Dewi, S.E., M.AK., M.SI., CA


Berikut jawaban saya atas sharing diskusi diatas,

Operating lease merupakan leasing tanpa memberikan hak opsi atas objek leasing kepada lessee
pada akhir masa kontrak.
Pajak Penghasilan transaksi Sewa-Guna-Usaha
KMK No. 1169/KMK.01/1991 memberikan panduan tentang pajak penghasilan untuk sewa guna
usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi, yang berlaku pada pihak Lessor maupun Lessee.
Berikut adalah kutipan ketentuan PPh dalam KMK tersebut.
1. Pemajakan Lessor
 Seluruh pembayaran SGU yang diterima/diperoleh oleh lessor merupakan penghasilan (objek
PPh).
 Lessor berhak menyusutkan aktifa yang diSGUkan yang dimulai pada tahun pajak barang
modal tersebut diSGUkan (Penyusutan sesuai ketentuan fiskal). Khusus atas tanah yang
berstatus hak milik, HGB, HGU dan hak pakai baik harga perolehannya maupun biaya
pengurusan pertama kali tidak boleh disusutkan, sedangkan biaya perpanjangannya dapat
disusutkan sesuai masa berlakunya.
 Pasal 9(1)(c) angka 1 UUPPh menyatakan bahwa yang dapat membentuk cadangan piutang
tak tertagih hanya SGU dengan hak opsi. Karenanya pengusaha operating lease tidak boleh
membentuk dan memupuk cadangan piutang SGU yang tidak tertagih. Secara komersial
piutang SGU yang tidak dapat ditagih merupakan pengurang penghasilan.
 Kalau dapat merujuk pada PMK Nomor 105/PMK.03/2009 jo.57/PMK.03/2010, yang
diterbitkan berdasarkan Pasal 4 (1)(k) UUPPh, jumlah utang SGU dari lesee kecil paling
banyak Rp 5 juta.
 Namun, jika dari piutang SGU yang sudah dihapus tersebut ada yang dibayar oleh lessee (bad
debt recovery) dikemudian hari, maka pada tahun pembayaran harus diakui sebagai
penghasilan kena pajak.
 Karena dipersamakan dengan kegiatan persewaan harta, maka atas penyerahan jasa SGU,
Lessor wajib memungut PPN dari lessee.
2. Pemajakan Lessee
 Jumlah sewa yang dibayar atau terutang pada tahun yang bersangkutan merupakan biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense).
 Lessee tidak berhak menyusutkan aktiva yang disewanya.
 Jika terjadi penghapusan utang SGU, kecuali piutang lessee kecil yang menurut PMK
105/PMK.03/2009 sejumlah maksimal Rp5 Juta, berdasarkan Pasal 4(1)(k) UUPPh lessee
harus mengakui dan melaporkan sebagai penghasilan karena keuntungan dari pembebasan
utang.
 Lessee (WP badan dan WPOP yang ditunjuk sebagai pemotong
 PPh Pasal 23) wajib memotong PPh Pasal 23 atas sewa sebesar jumlah bruto berdasarkan
tariff yang berlaku, karena operating leasen dipersamakan dengan kegiatan persewaan harta.
Berdasar KMK 1169/KMK.01/1991 pengaturan PPN atas SGU tanpa hak opsi (operating lease)

 Penyerahan jasa leasing tanpa hak opsi merupakan JKP yang harus di pungut PPN oleh lessor
 Lessor sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak)
 Perpindahan barang tidak terjadi perpindahan kepemilikan
 PPN 10% dari imbalan SGU
 Lessor -> pajak keluaran
 Lessee -> pajak masukan
 Jika terjadi sale & lease back maka PM yg dikreditkan harus dibayar kembali

Jelaskan aspek perpajakan atas financial lease!


Selamat Siang Bu Maya Safira Dewi, S.E., M.AK., M.SI., CA

Berikut jawaban saya atas sharing diskusi diatas,


Finance lease merupakan leasing dengan memberikan opsi kepada lessee untuk membeli objek
leasing pada akhir masa kontrak berdasarkan nilai sisa yang disepakati.

Pajak Penghasilan transaksi Sewa-Guna-Usaha


KMK No. 1169/KMK.01/1991 memberikan panduan tentang pajak penghasilan untuk sewa guna
usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi, yang berlaku pada pihak Lessor maupun Lessee.
Berikut adalah kutipan ketentuan PPh dalam KMK tersebut.
1. Pemajakan Lessor
 Penghasilan lessor (objek PPh) adalah sebagian dari imbalan jasa SGU, yaitu seluruh
pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok (atau sebesar pendapatan bunga).Atas SGU
sindikasi, imbalan jasa bagi tiap lessor anggota dihitung secara proporsional sesuai dengan
perjanjian antar anggota.
 Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan harta objek leasing, karena sesuai dengan
ketentuan Pasal 11(1) UUPPh penyusutan dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, memelihara dan menagih
penghasilan.
 Lessor dapat membentuk dan memupuk dana cadangan piutang tak tertagih yang dapat
dibiayakan, maksimum sebesar 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang SGU
(Jumlah seluruh SGU yang meliputi angsuran pokok dan bunga.
 Jika dari piutang SGU yang sudah dihapus dan dibebankan pada cadangan piutang ternyata
ada yang dibayar oleh lessee (bad debt recovery), sesuai dengan PMK 105/PMK.03/2009
jo.57/PMK.03/2010 harus diakui sebagai penghasilan objek pajak.
 Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan Laporan Keuangan Triwulanan yang
disetahunkan dibagi dua belas. Jika Lessor juga menjalankan usaha leasing tanpa hak opsi,
maka laporan keuangan dimaksud adalah laporan keuangan gabungan (combined
statement).
 Sebagai transaksi pembiayaan dari lembaga keuangan lainnya, maka pembayaran SGU tidak
dikenakan PPN.
2. Pemajakan Lessee
 Lessee tidak boleh menyusutkan aktiva tetap objek leasing, karena walau digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan namun harta tersebut secara hukum
bukan miliknya (formover substance).
 Angsuran SGU yang dibayar atau terutang baik angsuran pokok maupun bunga diakui
sebagai biaya dan, seperti industri perbankan karena merupakan dasar penghitungan
angsuran PPh Pasal 25 lessor agar tidak mengurangi modal kerjanya maka bukan objek
pemotongan PPh Pasal 23. Berbeda dengan perlakuan pajak, dalam akuntansi komersial
angsuran pokok SGU diperlakukan sebagai pembayaran (pelunasan) utang SGU, sedangkan
bunganya merupakan biaya (expense).
 Karena itu, untuk tujuan akuntansi pajak, lessee harus melakukan koreksi fiskal (Corelative
adjustment) atas laporan Keuangan komersialnya sebagai berikut :
- Melakukan koreksi biaya penyusutan, yaitu tidak membebankan biaya penyusutan
atas aktiva tetap SGU.
- Melakukan koreksi biaya angsuran SGU, yaitu dengan memasukkan angsuran pokok
SGU sebagai biaya (pengurang penghasilan bruto).
- Biaya bunga tetap dapat diakui sebagai biaya (sama antara akuntansi komersial dengan
akuntansi fiscal)
 Kecuali pengusaha bergerak dibidang persewaan harta, lessee tidak diperbolehkan meng-
SGU-kan kembali objek leasing (releasing).
Berdasar KMK 1169/KMK.01/1991 pengaturan PPN atas SGU dengan hak opsi (finance lease)
a. Antara lessor dan lessee tidak terdapat hubungan istimewa
- Bisa dalam bentuk penyerahan jasa dan barang modal
- Penyerahan jasa dikecualikan PPN
- Pengalihan BKP dari pemasok atau lessor kepada pembeli/lesse merupakan penyerahan
barang kena pajak
b. Terdapat hubungan istimewa antara lessor dan lesse
- Imbalan SGU dihitung atas dasar harga psar wajar pada saat penyerahan JKP
- Hanya berlaku untuk transaksi luar negeri dan penyerahan BKP yang menjadi objek PPnBM

BErikan contoh kasus dan perhitungan pajak atas leasing beserta jawabannya!

Pada tahun 2016 PT Bina Cita (lessee) menyewa sebuah mesin produksi dari PT Cipta Karya (lessor)
dengan kesepakatan bentuk sewa adalah operating lease. Masa manfaat mesin adalah 5 tahun dan PT
Bina Cita hanya menyewa selama satu tahun saja dengan nilai sewa Rp24.000.000,- per tahun. Uang sewa
untuk setahun penuh dibayarkan kepada PT Cipta Karya pada setiap awal tahun (Januari 2016). Penjelasan
dan analisis mengenai aspek akuntansi dan perpajakan yang harus dilakukan oleh PT Bina Cita jika kedua
pihak tetap melakukan pengakuan pendapatan dan beban untuk setiap bulan di pembukuan masing –
masing.

Terhadap ilustrasi diatas, maka dari sisi akuntansi dan perpajakan PT Bina Cita harus mencatat biaya yang
dibayarkan kepada PT Cipta Karya sebagai beban sewa. Tetapi disaat yang sama ketika melakukan
pembayaran, maka PT Bina Cita harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari nilai sewa. PPh Pasal 23
yang telah dipotong ini akan menjadi utang yang wajib disetorkan ke Kas Negara sesuai batas waktu yang
ditentukan. Aspek lain yang harus diperhatikan PT Bina Cita adalah sehubungan dengan pembayaran yang
dilakukan pada awal tahun sehingga saat dilakukan pembayaran, PT Bina Cita memperoleh hak untuk
memanfaatkan sampai dengan akhir tahun (Sewa Dibayar Dimuka) sebesar Rp24.000.000,- atau setara
dengan Rp2.000.000,- per bulan. Sehingga ayat jurnal yang perlu dicatat oleh PT Bina Cita untuk periode
Januari 2016 adalah sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Beban Sewa Rp2.000.000 –
Sewa Dibayar Dimuka Rp22.000.000
Kas – Rp23.520.000
Utang PPh Pasal 23 – Rp480.000
Ketika PPh Pasal 23 sudah disetor ke Kas Negara maka PT Bina Cipta melakukan pencatatan
sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Utang PPh Pasal 23 Rp480.000 –
Kas – Rp480.000

Anda mungkin juga menyukai