LANDASAN TEORI
PT. Askes (Persero) Regional I”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
Bidang Operasional (Bidang Askes Sosial dan Bidang KP-JKPBI) dan Pegawai
Bidang Penunjang (Bidang SDM Dan Umum, Bidang Keuangan dan Akuntansi, serta
pertama adalah kemampuan, yang terdiri dari kemampuan fisik, dan kemampuan
Regional I serta hipotesis kedua terdapat perbedaan pengaruh kemampuan fisik, dan
kemampuan mental antara Pegawai Bidang Operasional (Bidang Askes Sosial dan
Bidang KP-JKPBI) dan Pegawai Bidang Penunjang (Bidang SDM Dan Umum,
Bidang Keuangan dan Akuntansi, serta Bidang Informasi dan Perencanaan) di PT.
Askes (Persero) Regional I. Teori yang digunakan adalah teori tentang kemampuan
kerja yang mempengaruhi individu, teori karakteristik individu yang terdiri dari
karakteristik biografis (umur, jenis kelamin, status kawin dan masa kerja) serta
teori kemampuan fisik, teori kemampuan mental, serta teori kinerja. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh Pegawai dilingkungan internal kantor
PT. Askes (Persero) Regional I baik yang berstatus Pegawai tetap maupun kontrak
(Tenaga Kerja Waktu Terbatas) yang berjumlah 30 orang dan sekaligus dijadikan
sampel. Hasil uji hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linier berganda,
dengan uji secara serempak (uji F) dan parsial (uji t). Hasil uji F, variabel
kemampuan fisik, dan kemampuan mental berpengaruh secara serempak dan sangat
nyata (highly significant) terhadap kinerja karyawan. Hasil uji t diperoleh gambaran
terhadap kinerja pegawai. Hasil uji hipotesis kedua menggunakan uji beda Mann-
Whitney, diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh kemampuan fisik, dan
kemampuan mental antara Pegawai Bidang Operasional (Bidang Askes Sosial dan
Bidang KP-JKPBI) dan Pegawai Bidang Penunjang (Bidang SDM dan Umum,
Bidang Keuangan dan Akuntansi, serta Bidang Informasi dan Perencanaan) di PT.
Karyawan yang memiliki kemampuan tinggi sangat menunjang tercapainya visi dan
yang diharapkan di tempat kerja, dan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan sikap
yang dalam penerapannya harus konsisten dan sesuai standar kinerja yang
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
tersebut paling tidak ditentukan oleh tiga aspek kondisi dasar yaitu; kondisi sensoris
dan kognitif, pengetahuan tentang cara respon yang benar, dan kemampuan
Menurut Schumacher dalam Sinamo (2002), ada tiga komponen penting yang
1) Keterampilannya
2) Kemampuannya
3) Etos kerjanya.
1) Keterampilannya
2) Kemampuannya
3) Etos kerjanya.
Etos kerja dihubungkan dengan sikap dan motivasi pegawai dalam bekerja.
Prinsip yang tidak kenal lelah dalam bekerja sebagai dasar etos kerja yang
daya tetap terpendam, tidak dapat dimanfaatkan, dan tetap merupakan potensi belaka.
Jika di simak ketiga komponen yang tidak kelihatan tersebut memang berada dalam
human abilities).
terwujudnya sinergi kemampuan konstruktif seluruh potensi yang ada dalam diri
manusia berupa kekuatan fisik, akal pikiran, jiwa, hati nurani (spiritualitas) dan etika
untuk menjalankan kegiatan mental. Tes IQ, misalnya, dirancang untuk memastikan
universitas yang populer seperti SAT ACT serta tes masuk pascasarjana dalam bisnis
(GMAT), dalam ilmu hukum (LSAT). dalam kedokteran (MCAT). Tujuh dimensi
yang paling sering dikutip yang memberi kemampuan intelektual adalah kemahiran
pekerjaan itu dengan sukes, Tentu saja. IQ yang tinggi tidaklah merupakan prasyarat
untuk semua pekerjaan. Memang bagi banyak pekerjaan di mana perilaku karyawan
bahwa tes-tes yang menilai kemampuan verbal, numerik, dan perseptual merupakan
peramal valid terhadap kemampuan pekerjaan pada semua tingkat pekerjaan. Jadi tes
yang mengukur dimensi kecerdasan yang khusus merupakan alat peramal yang kuat
dari kinerja.
1. Kecerdasan numerik
2. Pemahaman verbal
3. Kecepatan perseptual
4. Penalaran induktif
5. Penalaran deduktif
6. Visualisasi ruang
7. Ingatan
tepat
didengar.
masa lalu
Dilema utama yang dihadapi oleh para majikan yang menggunakan uji
kemampuan mental untuk seleksi, promosi, pelatihan, dan keputusan personalia yang
serupa adalah bahwa mereka mungkin mempunyai suatu dampak negatif pada
minoritas mendapatkan rata-rata yang lebih rendah daripada orang kulit putih sampai
sebanyak satu deviasi dar pada tes kemampuan verbal. numerik, dan ruang.
kurang menuntut keterampilan dan yang lebih terbakukan dengan sukses. Misalnya,
tungkai. Atau bakat serupa menuntut manajemen untuk mengenali kapabilitas fisik
seorang karyawan.
hubungan antara kemampuan-kemampuan ini juga kecil, skor yang tinggi pada
kemampuan bukanlah jaminan skor yang tinggi pada kemampuan yang lain.
Kemungkinan besar kinerja karyawan yang tinggi dicapai bila manajemen telah
Ramalan-ramalan apakah yang dapat kita buat bila kesesuaian itu buruk?
disyaratkan, kemungkinan besar mereka akan gagal. Jika Anda dipekerjakan sebagai
seorang pemroses kata dan anda tidak dapat memenuhi persyaratan mengetik yang
dasar, kinerja Anda akan buruk tak peduli betapa positif sikap Anda atau betapa
karena karyawan itu mempunyai kemampuan yang jauh melampaui persyaratan dari
pekerjaan itu, ramalan kami akan sangat berlainan. Kemungkinan besar kinerja akan
tingkat keterampilan tertinggi yang dimiliki para karyawan, jika kemampuan seorang
berada jauh di atas yang disyaratkan dapat juga mengurangi kepuasan kerja karyawan
itu bila karyawan itu sangat berhasrat menggunakan kemampuannya dan ia akan
Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi juga sesuatu yang
terbuka terhadap dunia sekitarnya. Pandangan ini lebih menekankan segi etika dan
rohaniah, sedangkan segi fisik kurang mendapat perhatian. Dalam kepribadian selalu
termuat pula elemen etis dan moral, yakni suatu perasaan keharusan pada manusia
individu. Menurut Lamb dkk (2001): Kepribadian merupakan suatu konsep yang
luas dan dapat diartikan sebagai suatu cara mengumpulkan dan mengelompokkan
konsistenan organisasi dan reaksi khas individu terhadap situasi yang terjadi.
mereka.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2007): ”Teori kepribadian yang utama terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: (1) teori Freud, (2) teori neo—Freud, dan (3) teori
sifat”.
2) Id, Superego dan Ego. Id sebagai gudang dari dorongan primitive dan
moral dan kode ertika yang berlaku dalam masyarakat. Ego merupakan
3) Teori Freud dan kepribadian produk. Para peneliti yang menerapkan teori
pada manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa para konsumen
b. Teori Neo-Freud
pengukuran kualitatif yang menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan neo-
didefinisikan sebagai "cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat
membedakan seorang individu dari individu lain” Para pakar teori sifat
(yang hanya menguktir satu sifat, seperti rasa percaya diri) disusun terutama
untuk dipakai dalam studi perilaku konsumen. Tes kepribadian yang sangat
a. Ekstraversi
b. Sifat menyenangkan
d. Kemantapan emosional
terjamin (positif), lawan tegang gelisah, murung, dan tak kokoh (negatif).
antara kepribadian dan minat pekerjaan, mengemukakan bahwa ada 6 (enam) tipe
1. Tipe realistik
sistematis, seperti mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya
membutuhkan keterampilan, komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi dia
memiliki fisik yang kuat. Bidang karier yang cocok, yaitu perburuhan, pertanian,
2. Tipe intelektual/investigative
hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium penelitian, seperti
3. Tipe sosial
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan
Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja sosial, guide, dan
bartender.
4. Tipe konvensional
dengan aturan ertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing, serta
akuntan.
5. Tipe usaha/enterprising
mempromosikan produk atau gagasan. Tipe ini sesuai bekerja sebagai sales, politikus,
6. Tipe artistik
Karier yang sesuai, yaitu sebagai musisi, seniman, dekorator, penari, dan penulis.
menurut Mangkunegara (2000) yaitu: “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja
karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:
(1) kuantitas dari hasil, (2) kualitas dari hasil, (3) ketepatan waktu dari hasil, (4)
Sedangkan menurut Hasibuan (2002): “Kinerja adalah suatu hasil kerja yang
tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau
hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan”. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
2002).
tiga faktor penting yakni kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang
pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor kemampuan, maka semakin besarlah kinerja
Untuk mencapai kinerja yang baik, unsur yang paling dominan adalah sumber
daya manusia, walaupun perencanaan telah tersusun dengan baik dan rapi tetapi
apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak berkualitas dan tidak memiliki
semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan yang telah disusun tersebut akan
sia-sia.
organisasi dan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu
maupun tujuan korporasi dapat bertemu. Proses manajemaen kinerja yang beroperasi
1) Tujuan yang jelas bagi organisasi dalam proses yang benar untuk
tersebut.
standar.
budaya belajar.
7) Suatu organisasi yang dapat membuat sesuatu terjadi dan mencapai hasil.
1) Faktor Kemampuan
2) Faktor Motivasi
1) Faktor Kemampuan
yang sesuai dengan keahliannya (The Right Man, On The Right Place, The
2) Faktor Motivasi
karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama
kemampuan didasarkan atas potensi yang dimiliki oleh seorang dalam menjalankan
mereka tidakiah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua
yaitu:
lainnya.
2. Variabel situasional:
a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdin dari; mctode kcrja, kondisi dan desain
organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
yang bersangkutan, umur dan jenis kelamin. Ahli lain menyebutkan faktor-faktor
penentu kinerja adalah kemampuan, motivasi, dan persepsi terhadap peran. Uraian
yang lebih lengkap menyebutkan variabel individual dan variabel situasional sebagai
dua faktor penentu kinerja secara umum. Variabel individual antara lain meliputi
pendidikan dan pengalaman. Variabel situasional terdiri dari variabel fisik dan
variabel pekerjaan, serta variabel organisasional dan sosial. Variabel fisik dan
pekerjaan meliputi metode kerja, perencanaan kerja dan lingkungan fisik. Variabel
tujuan pekerjaan, isi dan struktur kegiatan kerja, kemampuan, dan imbalan. Faktor
karyawan mengetahui arah usahanya, macam pekerjaan yang harus diselesaikan dan
mengetahui cara-cara menyelesaikan pekerjaan itu. Faktor kedua yaitu isi dan struktur
kegiatan kerja, meliputi desain kerja, struktur organisasi dan hubungan kerja. Faktor
keempat yaitu imbalan, meliputi insentif dan penghargaan terhadap kinerja karyawan.
Hubungan antara umur dan kinerja telah banyak diuraikan oleh banyak ahli. Menurut
umur justru menunjukkan kinerja yang lebih baik. Ahli lain berpendapat bahwa tidak
ada pengaruh terhadap kinerja. Prestasi kerja adalah suatu hasil yang telah dicapai
sebagai akibat dari perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan (Faustino,2005).
Sedangkan pakar lain mengatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil yang dicapai oleh
pengertianbahwa prestasi kerja adalah hasil yang telah dicapai oleh seorang karyawan
pengertian prestasi kerja telah mencakup pelaksanaan kerja dan hasil kerja.
Prestasi individu adalah dasar prestasi organisasi, oleh karena itu maka prestasi
pegawai yang tinggi sangat penting artinya bagi keberhasilan organisasi. Dalam hal
masalah efektifitas organisasi kita analisa dari sudut pandang individu para pekerja,
akan terlihat jelas betapa pentingnya prestasi kerja yang baik. Tanpa prestasi yang
menjadi sesuatu yang sangat sulit atau bahkan mustahil. Selanjutnya untuk
mengetahui prestasi kerja karyawan tersebut maka perlu adanya penilaian. Adapun
kenyataan yang telah dilakukannya. Penilaian terhadap prestasi kerja ini dapat
dilakukan oleh atasan langsung dari para bawahan atau oleh pihak- pihak yang diberi
itu ada cara lain untuk mengadakan penelitian ini, yaitu dengan mengajak para
bawahan atau karyawan untuk melakukan penilaian terhadap diri mereka sendiri.
a. Pada tahapan identifikasi, dapat disebut sebagai input penilaian prestasi kerja
(karyawan yang akan dinilai). Suatu sikap terhadap penilaian prestasi kerja pada
saat melakukan aktivitas pekerjaan di organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini,
penilaian prestasi kerja melalui Graphic Rating Scale. Metode ini menfokuskan
pada penilaian orang yang melakukan pekerjaan pada sejumlah karakteristik atau
seseorang. Penilaian prestasi kerja pada graphic rating scale ini penilaiannya
berkisar 5 –7 skala poin, dan sejumlah tingkatan faktor antara 5 hingga 20.
b. Pada tahapan pengukuran, proses penilaian prestasi kerja yang fokus utamanya
berbagai item atau standarnya diuraikan atau digambarkan dalam bentuk perilaku
yang diharapkan dari seorang karyawan. Menurut Flippo (2004), BARS meliputi
banyak gambaran perilaku yang spesifik untuk memberikan poin pada skala
tipe-tipe karakter yang efektif dan yang tidak efektif dalam pekerjaannya
diklasifikasikan.
Garis besar model penilaian dengan metode BARS menurut Flippo (2004)
untuk setiap dimensi. Dasar atau patokan perilaku tersebut tidak boleh
kemudian diberi skala dalam arti prestasi yang baik, rata-rata, dan di bawah
rata-rata.
3) Semua dasar yang dihasilkan disusun dengan urutan acak, kemudian dibagi
4) Dilakukan percobaan terhadap daftar yang telah tersusun untuk dipilih yang
5) Terakhir, semua dasar yang terpilih dipakai untuk setiap dimensi, diberi
peringkat dalam urutan yang digunakan dan dibentuk suatu skala. Hasilnya
berbasiskan pencapaian sasaran kerja individu. Hal ini dapat disebut sebagai
objectives (MBO).
Dari ketiga tahapan bentuk penilaian prestasi kerja di atas, metode penilaian
yang digunakan lebih cenderung pada tahapan yang kedua karena dinilai lebih efektif
hubungan dengan pekerjaan (job related) dan adanya standar pelaksanaan kerja
pekerja
Sesuai dengan analisis dimensi penilaian prestasi kerja yang diinginkan dalam
penelitian ini, maka tidak semua proses penilaiannya yang telah disebutkan
karakteristik pekerja ke dalam bentuk perilaku yang dapat diukur (As’ad, 2000).
bentuk perilaku yang dapat diukur tersebut dapat diklasifikasikan menurut penjelasan
disebut juga sebagai karakteristik inti yang berlaku bagi semua orang yang bekerja di
perusahaan perbankan, yaitu: teliti, akurat, taat aturan dan prosedur, gesit/cepat,
pengetahuan kerja, motivasi, hubungan antar individu, dan supervisi. Dari beberapa
pendapat di atas, ada 29 dimensi penilaian prestasi kerja yang terkait dengan sifat
kepribadian, perilaku, dan hasil kerja yang berhubungan dengan pekerjaan sehingga
dapat untuk disesuaikan dengan cara kerja atau operasional perusahaan perbankan.
lain:
transaksi.
dinilai menurut faktor kualitas kerja, keandalan, pemecahan masalah, dan inisiatif.
seterusnya.
kedisiplinan.
dan keahliannya untuk saling mendukung dalam tim kerja agar dapat
informasi secara singkat dan jelas sehingga dapat dipahami dan ditindaklanjuti
secara benar.
masuk kerja.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk menentukan faktor yang relevan
berdasarkan dimensi penilaian prestasi kerja, terdapat sepuluh faktor penilaian yang
faktor penilaian yang ada untuk diuji ketepatan dan keandalannya. Kesepuluh faktor
a. Transaksi harian, merupakan proses kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam
dan melakukan jurnal transaksi dengan teliti. menyediakan kebutuhan data dan
c. Kualitas kerja, merupakan suatu kondisi peningkatan hasil kerja dari waktu ke
perawatan peralatan kantor, keandalan, ulet dan pantang menyerah dalam usaha,
f. Kerja sama, merupakan usaha yang saling mendukung antar sesame karyawan
dalam bekerja, dengan indikatornya: mampu bekerja aktif dalam tim, memahami
dan melaksanakan tugas dalam tim dengan baik dan tepat, menerima dan