Anda di halaman 1dari 11

Penghancuran Sumber Daya Alam (SDA)

1. Malapetaka Bhopal
Bencana Bhopal (Bhopal Disaster) adalah kecelakaan industri yang terjadi pada tanggal 3
Desember 1984, di Bhopal, India. Banyak orang menganggap bahwa Bencana Bhopal merupakan
kecelakaan industri terburuk dalam sejarah. Klaim ini didukung fakta tingginya angka kematian
bersama dengan dampak dahsyat pada lingkungan yang diakibatkannya.

Peristiwa di Bhopal juga mendapatkan kritikan internasional mengenai praktik kerja


industri di negara-negara berkembang yang berkaitan dengan keamanan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan pekerja. Pada larut malam tanggal 3 Desember 1984, para pekerja di pabrik kimia
Union Carbide di Bhopal sedang membilas pipa dengan air bersih.

Karena suatu sebab, air memasuki tangki yang terisi dengan gas metil isosianat (MIC),
suatu gas yang digunakan dalam produksi pestisida. Air memicu reaksi kimia yang menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam tangki, memaksa pekerja membuka tangki agar tidak meledak.
Hanya saja, pembukaan tangki mengakibatkan sejumlah besar gas mematikan terlepas ke Bhopal.

Hampir segera, sirene peringatan berbunyi, tetapi kemudian berhenti, membuat sebagian
besar warga Bhopal tidak menyadari adanya bahaya besar yang mengintai. Volume gas yang
dilepaskan saat Tragedi Bhopal tidak diketahui pasti, namun diperkiraan antara 20 hingga 40 ton.
Selain MIC, sejumlah gas lain juga dilepaskan termasuk fosgen dan hidrogen sianida.

Banyak pekerja di pabrik yang langsung tewas saat gas merembes keluar ke Bhopal. Selain
itu, banyak warga yang baru terbangun segera terpapar dan merasa seperti tersedak akibat paparan
gas beracun. Ketika mencoba melarikan diri, banyak warga malah bergerak ke arah awan gas,
membuat kondisi mereka semakin memburuk, dan banyak orang terinjak-injak akibat kepanikan
yang terjadi.

Diperkirakan 2.000-8.000 orang tewas dalam beberapa hari setelah Bencana Bhopal.
Sebagian besar dari mereka merasa tercekik karena menghirup gas, mengalami gejala nyeri
pernapasan, sakit mata, dan pembengkakan otak sebelum kematiannya. Setelah bencana, sulit
untuk melacak berapa banyak orang yang terpengaruh karena banyak mayat segera dikubur
sebelum sempat didata.

Diperkirakan terdapat tambahan 8.000 orang meninggal karena efek paparan gas
berkepanjangan di tahun-tahun setelah Bencana Bhopal, dan hingga 100.000 orang mengalami
berbagai gangguan kesehatan seperti masalah pernafasan kronis, cacat lahir, masalah neurologis,
penurunan sistem kekebalan tubuh, dan kerusakan jantung.

Pada tahun 1993, Komisi Medis Internasional Bhopal didirikan untuk membantu
mengatasi berbagai masalah serta menangani efek pasca bencana yang berkepanjangan. Hasil
penyelidikan bencana Bhopal menyatakan bahwa Union Carbide dinilai tidak memiliki langkah-
langkah keamanan yang memadai untuk mencegah bencana seperti itu, dan bahwa kondisi
peralatan pabrik yang kurang terawat membuat kecelakaan hampir tak terelakkan.

Perusahaan ini dituduh melakukan pemotongan biaya dan kurang memperhatikan


keselamatan pekerja dan masyarakat sekitar. Namun pihak perusahaan membantah dan
menyatakan bahwa bencana diakibatkan oleh sabotase. Hanya saja, pihak penyelidik membalas
bahwa jika sistem keselamatan berjalan baik, efek bencana tidak akan sebesar itu meskipun terjadi
sabotase.

Union Carbide akhirnya harus membayar ganti rugi besar kepada warga Bhopal dan
pemerintah India juga menuntut CEO perusahaan atas tuduhan pembunuhan, meskipun belum
pernah dilakukan persidangan untuk tuduhan itu. Daerah bencana terus terkontaminasi, dengan
tanah dan air yang beracun sehingga membahayakan jika dikonsumsi. Dow Chemical, yang
mengakuisisi Union Carbide pada tahun 2001, menyatakan tidak bertanggung jawab atas masalah
yang telah berlangsung di Bhopal.

2. Chernobyl : Malapetaka Nuklir Terburuk di Dunia


Beberapa tahun lalu, sebuah bencana nuklir terbesar di dunia terjadi ketika Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl meledak. Meledaknya PLTN yang berada di kota
Pripyat, Ukraina, yang saat itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet, melepaskan partikel
radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer bumi yang kemudian menyebar ke wilayah lain Uni
Soviet dan Eropa.
Bencana Chernobyl adalah insiden nuklir terburuk di dunia dalam hal kerugian finansial
dan korban jiwa. Bencana ini menewaskan 31 orang dan membutuhkan 500.000 orang pekerja
untuk upaya pemulihan. Selain itu, bencana ini mengakibatkan kerugian material sebesar 18 miliar
rubel atau setara dengan Rp 3,5 triliun dan efek jangka panjang radiasi terhadap manusia masih
terus diselidiki hingga kini.
Bencana ini diawali saat sebuah uji coba sistem dilakukan pada 26 April 1986 di reaktor
nomor 4 Chernobyl yang terletak di kota Pripyat, tak jauh dari perbatasan dengan Belarus dan
Sungai Dnieper. Tiba-tiba, terjadi lonjakan daya dan saat prosedur darurat untuk mematikan
reaktor dilakukan, terjadi gelombang daya yang lebih besar yang memicu pecahnya reaktor dan
serangkaian ledakan.
Api yang dihasilkan ledakan reaktor itu mengirim debu radioaktif ke udara dan
mengirimnya ke sebagian besar wilayah Uni Soviet dan Eropa. Akibatnya, dari 1986-2000 atau
selama 14 tahun, sebanyak 350.400 orang dievakuasi dan dipindahkan dari daerah-daerah yang
paling terkontaminasi di Belarus, Rusia, dan Ukraina sebanyak 31 orang dinyatakan tewas, di
antaranya adalah pegawai PLTN dan para petugas penyelamat.
Namun, Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) pada 2008 menyebut
korban tewas bencana Chernobyl adalah 64 orang. Sementara itu, Chernobyl Forum
memperkirakan, korban tewas akibat radiasi nuklir bisa mencapai 4.000 orang, terutama dari
ratusan ribu anggota tim penyelamat serta warga kota-kota yang paling terkontaminasi. Angka ini
belum termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan yang lebih luas, yang kemudian
menderita kanker akibat radiasi.
Dari 50.000 penderita kanker itu, separuhnya meninggal dunia. Pasca-tragedi Chernobyl,
pertanyaan yang muncul kemudian adalah masa depan PLTN tersebut. Semua pembangunan
reaktor 5 dan 6 dihentikan tiga tahun setelah bencana terjadi. Namun, masalah Chernobyl tak
berhenti setelah meledaknya reaktor nomor 4. Reaktor yang hancur itu "disegel" dengan
menggunakan 200 meter kubik beton yang ditempatkan di antara lokasi bencana dan bangunan
operasional.

Meski demikian, Pemerintah Ukraina tetap mengoperasikan tiga reaktor tersisa karena
terbatasnya sumber listrik di negeri tersebut. Pada 1991, turbin reaktor nomor 2 terbakar dan
Pemerintah Ukraina mengumumkan reaktor itu tak bisa diperbaiki lagi dan dimatikan. Reaktor
nomor 1 dimatikan pada November 1996 sebagai bagian kesepakatan antara Ukraina dan beberapa
organisasi internasional, termasuk IAEA, untuk mengakhiri operasional Chernobyl. Pada 15
Desember 2000, Presiden Ukraina Leonid Kuchma mematikan sendiri reaktor nomor 3 dalam
sebuah seremoni yang sekaligus mengakhiri riwayat PLTN Chernobyl.

3. Tumpahan Minyak di Alaska


Pada tanggal 24 Maret 1989, Exxon Valdez, sebuah kapal tanker minyak menuju Long
Beach, California, menghantam karang di Bligh Reef di Prince William Sound, Alaska dan
menumpahkan 260.000 hingga 750.000 barel(41.000 hingga 119.000 m3 ) minyak mentah. Hal
ini dianggap sebagai salah satu bencana lingkungan paling dahsyat yang disebabkan oleh manusia.
Peristiwa Exxon Valdez adalah yang terbesar yang pernah di perairan AS sampai 2010 tumpahan
minyak Horizon Deepwater, dalam hal volume tumpahan.

Namun, lokasi terpencil Prince William Sound, dapat diakses hanya dengan helikopter,
pesawat, atau perahu, Upaya respon pemerintah dan industri sulit dan berat dilakukan
karena pajak rencana yang ada untuk respon cukup tinggi. Daerah ini merupakan habitat salmon,
berang-berang laut, anjing laut dan burung laut. Minyak yang awalnya diekstraksi di ladang
minyak Teluk Prudhoe, pada akhirnya menutupi 1.300 mil (2.100 km) dari garis pantai, dan
11.000 mil persegi (28.000 km2) dari laut. CEO Exxon, Lawrence Rawl, membentuk tim respon
perusahaan.

Menurut laporan resmi, kapal itu membawa sekitar 55 juta US galon (210.000 m3) minyak,
di mana sekitar 10,1-11.000.000 US galon (240.000 – 260.000 barel, 38.000 – 42.000 m3). Yang
tumpah ke Prince William Sound, nilai 11 juta US galon (260.000 barel, 42.000 m3) adalah
perkiraan volume tumpahan yang diterima secara umum dan telah digunakan oleh State of
Alaska’s Exxon Valdez Oil Spill Trustee Council, the National Oceanic and Atmospheric
Administration dan kelompok lingkungan seperti Greenpeace dan Sierra Club.

Beberapa kelompok, seperti Defenders of Wildlife, mempertanyakan perkiraan resmi


mengenai volume tumpahan, yang dihitung dengan mengurangkan volume tumpahan dari volume
kargo tangki kapal, Dilaporkan perhitungan Alternatif, didasarkan pada asumsi jumlah air laut
telah masuk ke dalam tangki yang rusak,. didapat total di 25-32 juta US galon (600.000 – 760.000
barel, 95.000 – 120.000 m3). Tumpahan minyak (area biru) akhirnya diperpanjang 470 km sebelah
barat daya dari Bligh Reef. Daerah tumpahan mencapai 11.000 mil persegi. (Sumber:Exxon Valdez
Oil Spill Trustee Council).

Identifikasi Penyebab.

Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai kontribusi terhadap insiden tersebut, yaitu :
 Exxon Shipping Company gagal untuk mengawasi nakhoda dan memberikan istirahat yang
cukup untuk kru Exxon Valdez. NTSB menemukan hal ini tersebar luas di seluruh industri,
mendorong rekomendasi keamanan untuk Exxon dan industri lain.
 Juru Kemudi gagal untuk melakukan manuver kapal, kemungkinan karena beban kerja yang
berlebihan atau kelelahan.
 Exxon Shipping Company gagal untuk mempertahankan Raytheon Collision Avoidance
System (RAYCAS) radar yang jika berfungsi akan menunjukkan kepada Juru Kemudi tabrakan
yang akan datang dengan Bligh Reef dengan mendeteksi “radar reflektor”, ditempatkan pada
daratan Bligh Reef untuk tujuan menjaga perahu tetap ada pada jalurnya melalui radar.

Bencana ini mengakibatkan International Maritime Organization memperkenalkan aturan


pencegahan pencemaran laut yang komprehensif (MARPOL) melalui berbagai konvensi. Aturan
diratifikasi oleh negara anggota dan, di bawah aturan Ship Management International, dengan
tujuan untuk “kapal yang lebih aman dan lautan bersih”. Saat hari
pertama tumpahan, kilauan minyak menutupi sebagian besar permukaan Prince William Sound.

Exxon Valdez juga memicu peningkatan besar dalam pencegahan tumpahan minyak dan
perencanaan respon.

1. US Coast Guard sekarang memantau sepenuhnya sarat tanker melalui satelit saat mereka
melewati Valdez Narrows, cruise oleh Bligh Island, dan keluar Prince William Sound di
Hinchinbrook Entrance. Pada tahun 1989, Coast Guard menyaksikan kapal tanker hanya
melalui Valdez Narrows dan Valdez Arm.
2. Dua kapal escort menemani setiap tanker saat melewati seluruh kanal. Mereka tidak hanya
mengawasi kapal tanker, tapi mampu membantu mereka dalam keadaan darurat, seperti
kehilangan kekuasaan atau hilangnya kontrol kemudi. Lima belas tahun lalu, hanya ada satu
pengawalan kapal melalui Valdez Narrows.
3. Nahkoda yang terlatih, dengan pengalaman yg dapat diandalkan di Prince William Sound,
kapal tanker dari anjungan di Bligh Reef dan akan menepi dari 25 miles ke 70 miles melalui
kanal. Keadaan cuaca untuk kemanan navigasi harus secara tegas diberikan.
4. Kongres memberlakukan undang-undang yang mengharuskan semua kapal tanker di Prince
William Sound menjadi double-hulled pada tahun 2015. Diperkirakan bahwa jika Exxon
Valdez telah memiliki struktur double-hull, jumlah tumpahan akan telah berkurang lebih dari
setengah. Sekarang ada tiga double-hulled dan dua belas tanker double-bottomed
memindahkan minyak melalui Prince William Sound.
5. Perencanaan kontingensi untuk tumpahan minyak di Prince William Sound sekarang harus
menyertakan skenario untuk tumpahan 12,6 juta galon. Latihan yang diadakan di kanal setiap
tahun.
6. Gabungan kemampuan sistem skimming untuk menghilangkan minyak dari air sekarang 10
kali lebih besar dari itu pada tahun 1989, dengan peralatan di posisi mampu memulihkan lebih
dari 300.000 barel minyak di 72 jam.
7. Di sini sekarang, 40 km dari bendungan booming di Prince William Sound, tujuh kali jumlah
yang tersedia pada saat tumpahan Exxon Valdez.
8. Dispersan sekarang ditimbun untuk digunakan dan sistem di tempat untuk menerapkannya
dari helikopter, pesawat terbang, dan kapal.

4. Terorisme Ekologi dalam Perang Teluk


1. Perang Teluk 1
A. Penyebab Terjadinya

Perang Teluk 1 terjadi karena adanya hubungan Irak - Iran yang meningkat pada periode
tahun 1975. Irak dianggap melanggar perjanjian perbatasan yang sebelumnya telah disepakati
diantara kedua negara. Pejabat Irak mengatakan bahwa Iran telah menyerang instalasi ekonomi
Irak di Sungai Shatt al-Arab. Lopran lain mengatakan bawa Iran menembak cadangan minyak di
wilayah Basra, selatan Irak dan membakarnya.

Bagian selatan sungai Shatt al-Arab adalah perbatasan antara Irak dan Iran, sungai ini
merupakan salah satu jalan menuju teluk dan menjadi jalur pasokan minyak utama menuju barat.
Perbatasan ini menjadi perebutan diantara Irak dan Iran karena keberadaannya yang strategis dan
sangat berpotensi terjadi konflik. Disamping itu ada kekhawatiran Saddam Hussein, pemimpin
Irak yang melakukan perlawanan terhadap Syiah yang dianut presiden Iran, Khomeini. Perang
terbuka akhirnya meletus pada tanggal 22 September 1980. Sebelumnya selama tiga minggu telah
terjadi pertempuran diperbatasan kedua belah pihak. Irak melakukan pengeboman kepada pesawat
Iran yang ada di pangkalan dan memporak - porandakan logistik Iran termasuk bandara
internasional Teheran.

Adapun penyebab terjadinya perang antara Irak dan Iran, diantaranya :

1. Adanya persengketaan Irak dan Iran yang sebenarnya masih terikat sejarah kedua belah pihak
Konflik diantara Iran dan Irak suda terjadi sejak masa kerajaan Mesopotamia (terletak di
lembah sungai Tigris dan Eufrat yang kini menjadi negara Irak modern) dengan kerajaan
Persia atau negara Iran modern. Yang pertama adalah persaingan antara bangsa Arab dan
bangsa Parsi, yang saling tidak menerima keunggulan atau dominasi diantara keduanya.
Yang kedua adalah permasalahan etnis, pada zaman Shah Iran mendukung perjuangan
otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak mendukung etnis Arab di Iran untuk kebebasan
dan pemisahan dari Iran. Yang ketiga adalah perbedaan orientasi politik luar negeri, Irak pro
Uni Soviet sedangkan Iran pro Barat.

2. Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh kedua Negara


Shatt al-Arab merupakan wilayah penting bagi Irak karena merupakan satu - satunya jalan
keluar menuju laut. Dari letaknya yang strategis ini, wilayah Shatt al-Arab menjadi perebutan
diantara Irak dan Iran. Sebelum Perang Teluk 1 meletus, sebelumnya sudah ada perjanjian
Algiers yang mengatur wilayah Shatt al-Arab. Kedua yaitu Provinsi Khuzestan yang kaya
minyak. Wilayah ini milik Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim kepemilikan atas
tanah Khuzestan dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris.
Dengan demikian, maka kedua negara saling mengklaim wilayah ini sebagai kepemilikan
masing - masing.

3. Munculnya Revolusi Islam oleh Iran


Pemerintahan Khomeini di Iran juga berusaha mengekspor revolusi Islamnya ke negara
lain. Irak merupakan negara pertama yang bersinggungan langsung dari segi wilayah
dengan Iran. Irak yang merupakan minoritas Sunni dan menindas mayoritas Syiah dan
minoritas Kurdi yang secara etnis linguistik dekat dengan bangsa Persi. Disisi lain,
Khomeini menaruh dendam kepada rezim di Baghdad karena telah mengusirnya pada
tahun 1978 ketika ia berkampanye melawan pemerintahan Shah. Sehubungan hal tersebut,
Iran menghasut orang Syiah dan Kurdi di Irak untuk memberontak dan mendirikan
pemerintahan baru yang sama dengan pola di Iran. Dilain pihak, Baghdad menghasut
minoritas Kurdi di Irak untuk mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan
otonominya dan membantu sejumlah jenderal Iran dan pengikut - pengikutnya Bakhtiar di
pengasingan untuk menyusun kekuatan guna menumbangkan kekuasaan rezim Khomeini.

Irak yang pada saat itu dipimpin Saddam Husein dan partai Baath memiliki ambisi menjadi
kekuatan yang mendominasi di wilayah Arab dibawah bendera pan Arabisme sejak
meningganya presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang digaungkan Iran
dianggap menjadi penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler
Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revousi Islam, Irak juga berusaha mengambil
keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revousi Islam untuk
merebut wilayah - wilayah sengketa diantara Irak dan Iran serta menambah sumber minyak
Irak. Dengan kekhawatiran - kekhawatiran tersebut maka tak heran jika ketegangan di
wilayah perbatasan di Irak dan Iran menimbulkan konflik yaitu Perang Teluk 1.

4. Percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak


Pada pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan Deputi Perdana mentri Irak,
Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap orang - orang yang dianggap terlibat
dalam pembunuhan tersebut serta mendeportasi ribuan warga Syiah yang berdarah Iran
untuk keluar dari Irak. Saddam Husein menganggap bahwa ada agen Iran yang menjadi
dalang dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor
meletusnya Perang Irak - Iran.

5. Penyebab khusus terjadinya Perang Teluk I


o Serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap Perdana Menteri Irak Tariq
Aziz yang diduga merupakan aksi survesi terhadap Iran.
o Pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam Husein, serta pembatalan perjanjian
Algiers. Disisi lain, Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji menumbangkan rezim
Baath yang berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatik diantara kedua
negara.
o Irak dan Iran masaing - masing menempatkan pasukan di sepanjang daerah
perbatasan dengan jumlah yang cukup besar.
o Terjadinya perang pers dan media diantara Irak dan Iran.
o Pembatalan perjanjian Algiers (1975) pada tanggal 17 September 1980. Saddam
Husein menganggap bahwa Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak karena posisi
Irak tidak diuntungkan mengingat pihak yang kalah adalah Iran. Selanjutnya, Iran
melihat pembatalan perjanjian Algiers tersebut sebagai pernyataan perang yang
meletus pada tahun 20 September 1980.

Sebagian besar pengamat meyakini bahwa ada dua faktor yang menyebabkan invasi Saddam
Husein ke Iran yaitu adanya kekhawatiran dikalangan penguasa negara Arab terhadap menularnya
revolusi Islam Iran dan adanya ambisi Saddam Hussein untuk tampil menjadi pemimpin Arab.

B. Dampak Perang Teluk 1

Dampak Negatif
1. Dalam bidang ekonomi

 Blokade ekonomi dan sanksi PBB menyebabkan ekonomi Irak hancur


 Kerugian di masing - masing pihak yang ditaksir mencapai 500 juta dollar AS
 Jumlah kerugian terbesar ada pada Irak karena selama perang berlangsung Irak mencari
pinjaman untuk menambah persenjataan
 Terhambatnya pembangunan ekonomi diantara kedua negara
 Produksi minyak menurun drastis akibat tersendatnya pasokan minyak terutama di dunia
Barat dan Jepang
 Rusaknya ladang minyak diantara kedua negara, Irak di daerah Kirkuk, Basra dan Fao,
sedangkan Iran mengalami kerusakan di Pulau Kharg dan Abadan

2. Dalam bidang sosial

 Korban jiwa pada Irak mencapai 200.000 jiwa lebih sementara dipihak Iran mencapai 1
juta jiwa lebih akibat taktik jihad.
 Perpecahan di negara Arab yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan suasana kehidupan
sehari - hari menjadi tegang dan tercekang yang disebabkan ancaman peperangan
 Irak menuduh Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Deputi Perdana Menter
Irak sehingga langsung mendeportasi ribuan warga Syi'ah berdarah Irak keluar Irak

3. Dampak Politik

 Pengaruh Amerika Serikat yang semakin kuat di wilayah Timur Tengah


 Munculnya sikap anti Amerika dari pihak Irak
 proses jalannya pemerintahan terhambat karena adanya perang

4. Dampak bidang kemiliteran

 Banyaknya korban peperangan baik dari sipil maupun non sipil terutama dari kemiliteran
dari kedua negara
 Banyak persenjataan yan rusak berat dan tidak bisa dipergunakan lagi pada akhir perang
Teluk 1
Dampak Positif

 Kembalinya wilayah konflik seperti masa awal sebelum perang, batas antara keduanya
tidak banyak berubah.
 Teknologi persenjataan semakin canggih

2. Perang Teluk 2
A. Penyebab Terjadinya Perang Teluk 2

Perang Teluk 2 dimulai ketika Irak melakukan invasi ke Kuwait pada tanggal 2 Agustus
1990. Irak dengan gerakan cepat mampu menguasai Kuwait. Invasi Irak ke Kuwait disebabkan
merosotnya ekonomi Irak akibat Perang Teluk 1 yang terjadi selama delapan tahun. Akibat invasi
ini, Arab Saudi meminta bantuan kepada AS pada tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya, DK PBB
telah menjatuhkan hukuman embargo ekonomi pada tanggal 6 Agustus 1990 kepada Irak. Amerika
Serikat mengirimkan pasukannya ke Arab Saudi disusul pasukan negara Arab lain kecuali Syria,
Libya, Yordania dan Palestina. Kemudian datang pula dari negara Eropa khususnya Eropa Barat
seperti Inggris, Perancis dan Jerman Barat, serta beberapa negara dari Asia.

Irak membutuhkan petro dolar, namun pada saat itu harga minyak sangat rendah karena
Uni Emirat Arab dan Kuwait menjual minyak dalam kondisi berlebihan sehingga Saddam Hussein
berusaha menegur negara UAE, Arab dan Kuwait dengan jalan perang. Saddam Hussein
menganggap bahwa hal tersebut adalah perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak
Rumeyla sekalipun pada pasca perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan
suplai minyak secara gratis. Disisi lain, Irak mengangkat permasalahan perbatasan Irak Kuwait
yang merupakan warisan dari Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan
Utsmaniyah Turki.

Sebab Umum Terjadinya Perang

 Ambisi Saddam Hussein yang menginginkan menjadi orang yang dihormati di negara -
negara Arab
 Kuwait dituduh telah mencuri minyak di Padang Rumeila yang berada di perbatasan antara
kedua negara (dipersengketakan)
 Penolakan Kuwait atas tuntutan Saddam Hussein untuk mengganti rugi dan memberi
daerah Rumailah dan Pulau Bubiyan
 Irak mengalami kerusakan infrastruktur ekonomi dan membengkaknya utang akibat perang
teluk
 Penguasa Irak sering mengklaim bahwa Kuwait merupakan wilayah kekuasaannya, karena
perbatasan diantara kedua negara tersebut belum jelas

Sebab Khusus Terjadinya Perang

 Pelanggaran kuota minyak oleh Kuwait, Arab dan Uni Emirat Arab sehingga produksi
minyak yang melimpah menyebabkan turunnya harga minyak internasional. Padahal waktu
itu, Irak sangat mengandalkan pendapatan dari sektor minyak. Akibatnya, Irak yang saat
itu sedang membangun negaranya pasca Perang Teluk 1 sangat terpukul atas kejadian ini.
 Adanya serangan Irak terhadap Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 yang berhasil
menduduki wilayah Kuwait.

B. Proses Terjadinya Perang Teluk 2

Pada awalnya, Saddam Hussein mengira AS tidak akan mengganggu agenda Irak
mengingat dukungan AS pada Perang Teluk 1, namun diluar dugaan ternyata PBB dan AS
menuntut agar Irak hengkang dari Kuwait. Presiden Mesir, Hosni Mubarak pun mencoba menjadi
penengah antara Kuwait dan Irak namun tidak menemukan jalan keluar. Ketika diplomasi tidak
berhasil, AS hanya butuh waktu satu minggu untuk membentuk koalisi ribuan pasukan di Arab
Saudi. Pada tanggal 16 Januari 1991, tentara AS yang berkoalisi dengan PBB menyerang wilayah
Irak dan wilayah Kuwait yang diduduki Irak melalui serangan udara.

Irak menanggapi dengan meluncurkan rudal Seud menuju pos - pos musuh, serta
mengarahkan rudal pada Tel Aviv dengan maksud memancing Israel untuk ikut dalam perang. Ini
adalah siasat Saddam Hussein untuk membredel koalisi antara AS dan bangsa Arab. Dengan asumsi
bahwa apabila Israel terpancing oleh rudal Irak, maka negara - negara Arab akan melepaskan diri
dari koalisi akibat perang Arab Israel yang berlarut - larut sehingga kekuatan persekutuan AS-Arab
berkurang sebab hengkangnya dukungan Arab. Strategi ini tidak berhasil karena AS menjamin
Israel aman dari jangkauan rudal Irak. Israel tidak menggubris pancingan Irak.

Pada masa ini muncul isu bahwa Irak melancarkan serangan menggunakan senjata biologi
yang sama dengan yang digunakan ketika melawan Iran. Sebelumnya, kantor berita IRNA
menuduh Irak telah meluncurkan senjata kimia lainnya ke medan pertempuran sebelah selatan dan
melukai 600 tentara Iran.

Senjata kimia tersebut adalah bis-(2-chlorethyl)-sulfide atau yang dikenal dengan nama gas
mustard dan etil N, N-dimethylphosphoroamidocyanidate, gas saraf atau dikenal dengan Tabun.
Pada saat itu Kementrian Luar Negeri AS dalam laporannya pada tangal 5 Maret 1984 menyatakan,
"Ada bukti - bukti yang menunjukkan bahwa Irak menggunakan bahan kimia yang mematikan".
Namun Rumsfeld yang berada di Baghdad tidak membicarakan hal tersebut meskipun ada laporan
dari Kementrian Luar Negeri AS. Sebaliknya harian The New York edisi 29 Maret 1984 dari
Baghdad memberitakan, "para diplomat Amerika Serikat menyarankan agar hubungan diplomatik
secara formal dipulihkan". Berita ini kembali diangkat untuk mendesak Irak dan memancing
dukungan Iran, namun tidak berhasil.

Setelah itu AS menggempur dengan melakukan serangan darat selama 3 hari dimulai dari
tanggal 23 hingga 26 Februari 1991 yang berhasil memukul mundur pasukan Irak dari Kuwait.
Akibat kelelahan menghadapi musuh yang tak terduga ditambah dengan adanya gejolak internal
Irak yaitu pemberontakan Syi'ah dan etnis Kurdi yang memanas membuat Irak semakin terdesak.
Pada tanggal 27 Februari 1991, George W. Bush memerintahkan gencatan senjata pada Irak. Pada
tanggal 3 Maret 1991, Irak mematuhi mandat AS dan menerima Resolusi DK PBB 660, 662, dan
674 dan perangpun berakhir. Setelah kalah dalam perang menginvasi Kuwait, Irak mengalami
beberapa konskuensi di antaranya :

 Sanksi ekonomi dan perdagangan internasional


 Jumlah korban yang sangat besar
 Pelucutan senjata Irak oleh PBB
 Pemberontakan Syi'ah dan etnis Kurdi untuk mendapatkan haknya yang selama ini dikekang
oleh Saddam Hussein. Supreme Council of the Islamic Revolutin in Irak (SCIRI) mendapatkan
dukungan lisan dari AS mealui pidato George W. Bush melalui radio untuk menggulingkan
pemerintahan Saddam Hussein. Namun pada tanggal 28 Maret 1991 Saddam Hussein
mengumumkan bawa pemberontakan Syi'ah dapat dikendalikan, kemudian menyusul pada
tanggal 30 Maret 1991 pada pemberontakan Kurdi.

Sedangkan pihak aliansi yang mendukung Irak seperti Yaman dan PLO (organisasi
pembebasan Palestina) pun mengalami masa - masa sulit setelah kekalahan Irak atas Kuwait.
Hubungan Yaman dan Arab Saudi memanas dan PLO kurang mendapatkan bantuan kembali dari
dunia arab untuk memperjuangkan Palestina. Pada Perang Teluk 2 kali ini sangat jelas kemana
keberpihakan Arab dan AS. Hal ini disampaikan pada KTT Kairo pada Agustus 1990 dengan hasil
pembentukan pasukan keamanan guna membantu angkatan bersenjata Arab Saudi dan negara -
negara Teluk lainnya.

C. Dampak Terjadinya Perang Teluk 2

Perang Teluk 2 berlangsung lebih singkat jika dibandingkan dengan Perang Teluk 1 namun
membawa dampak yang tidak kalah hebat dengan Perang Teluk 1. Akibat - akibat Perang Teluk 2
di antaranya :

 Rusaknya ladang - ladang minyak Kuwait oleh serangan Irak


 Negara dan perekonomian Irak rusak berat akibat gempuran dan blokade dunia
internasional dan PBB
 Peranan AS semakin kuat di Timur Tengah
 Kekuatan Israel semakin tidak ada tandingannya
 Timbulnya semangat anti-Amerika
 Timbulnya perpecahan di negara - negara Arab
 Irak diharuskan membayar ganti rugi
 Irak harus mengizinkan PBB melakukan pemeriksaan nuklir di Irak
 Embargo ekonomi terhadap Irak

Setelah beberapa tahun terjadi konflik Irak - Kuwait, memasuki tahun 2002 terjadi konflik
antara Irak dan Amerika Serikat. Melalui PBB, AS menuduh Irak telah mengembangkan nuklir
dan senjata pemusnah massal. Beberapa penyidik bentukan PBB diturunkan di Irak guna
melakukan pemeriksaan atas tuduhan tersebut. Mereka tergabung dalam United Nations
Monitoring Verification Commision (UNMOVIC), yaitu tim inspeksi senjata PBB yang bertugas
menyelidiki usaha pengembangan senjata pemusnah massal Irak. UNMOVIC dipimpin oleh Hans
Blix.

Guna kepentingan tersebut PBB mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1441
pada tanggal 18 November 2002. Isi dari resolusi tersebut adalah bahwa menuntut untuk diberi
izin sepenuhnya kepada UNMOVIC dan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan
Energi Atom International, untuk melakukan penelitian segala hal terkait dengan persenjataan
yang dimiliki Irak.

5. Malapetaka Ekologi Terbesar Setelah Chernobyl (Runtuhnya Dinding Cadangan


Minyak Tambang Aurul di Rumania Utara)

Anda mungkin juga menyukai