Bulan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

Bulan 1

BULAN

1. Pendahuluan

Bulan adalah satelit alami Bumi satu-satunya dan merupakan satelit terbesar kelima
dalam Tata Surya. Bulan juga merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya
menurut ukuran planet yang diorbitnya. Di antara satelit alami lainnya, Bulan adalah
satelit terpadat kedua setelah Io, satelit Jupiter.

Gambar 1: Penampakan Bulan di langit barat High Desert (California)

Bulan berada pada rotasi sinkron dengan Bumi, yang selalu memperlihatkan sisi
yang sama pada Bumi, dengan sisi dekat ditandai oleh mare vulkanik gelap yang
terdapat di antara dataran tinggi kerak yang terang dan kawah tubrukan yang
menonjol. Bulan adalah benda langit yang paling terang setelah Matahari. Meskipun
Bulan tampak sangat putih dan terang, permukaan Bulan sebenarnya gelap, dengan
tingkat kecerahan yang sedikit lebih tinggi dari aspal cair. Sejak zaman kuno,
posisinya yang menonjol di langit dan fasenya yang teratur telah memengaruhi
Athalah Marvian Raharjo
Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 2

banyak budaya, termasuk bahasa, penanggalan, seni, dan mitologi. Pengaruh


gravitasi Bulan menyebabkan terjadinya pasang surut di lautan dan pemanjangan
waktu pada hari di Bumi. Jarak orbit Bulan dari Bumi saat ini adalah sekitar tiga
puluh kali dari diameter Bumi, yang menyebabkan ukuran Bulan yang muncul di
langit hampir sama besar dengan ukuran Matahari, sehingga memungkinkan Bulan
untuk menutupi Matahari dan mengakibatkan terjadinya gerhana matahari total.

Bulan diperkirakan terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, tak lama setelah
pembentukan Bumi. Meskipun terdapat sejumlah hipotesis mengenai asal usul
Bulan, hipotesis yang paling diterima saat ini menjelaskan bahwa Bulan terbentuk
dari serpihan-serpihan yang terlepas setelah sebuah benda langit seukuran Mars
bertubrukan dengan Bumi.

Bulan adalah satu-satunya benda langit selain Bumi yang telah didarati oleh manusia.
Program Luna Uni Soviet adalah wahana pertama yang mencapai Bulan dengan
pesawat ruang angkasa nirawak pada tahun 1959; program Apollo NASA Amerika
Serikat merupakan misi luar angkasa berawak satu-satunya yang telah mencapai
Bulan hingga saat ini, dimulai dengan peluncuran misi berawak Apollo 8 yang
mengorbit Bulan pada tahun 1968, dan diikuti oleh enam misi pendaratan berawak
antara tahun 1969 dan 1972, yang pertama adalah Apollo 11. Misi ini kembali ke
Bumi dengan membawa 380 kg batuan Bulan, yang digunakan untuk
mengembangkan pemahaman geologi mengenai asal usul, pembentukan struktur
dalam, dan sejarah geologi Bulan.

Setelah misi Apollo 17 pada 1972, Bulan hanya disinggahi oleh pesawat ruang
angkasa nirawak. Misi-misi tersebut pada umumnya merupakan misi orbit; sejak
tahun 2004, Jepang, Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Badan Luar Angkasa
Eropa telah meluncurkan wahana pengorbit Bulan, yang turut bersumbangsih
terhadap penemuan es air di kawah kutub Bulan. Pasca Apollo, dua negara juga
telah mengirimkan misi rover ke Bulan, yakni misi Lunokhod Soviet terakhir pada
tahun 1973, dan misi berkelanjutan Chang'e 3 RRC, yang meluncurkan rover Yutu
pada tanggal 14 Desember 2013.

Misi berawak ke Bulan pada masa depan telah direncakan oleh berbagai negara,
baik yang didanai oleh pemerintah atau swasta. Di bawah Perjanjian Luar Angkasa,
Bulan tetap bebas dijelajahi oleh semua negara untuk tujuan damai.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 3

2. Sejarah Bulan

Beberapa mekanisme yang diajukan mengenai pembentukan Bulan menyatakan


bahwa Bulan terbentuk pada sekitar 4,530 miliar tahun yang lalu, sekitar 30-50 juta
tahun setelah pembentukan Tata Surya. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Rick
Carlson menunjukkan bahwa Bulan berusia sekurang-kurangnya 4,4 hingga 4,45
miliar tahun.

Hipotesis yang berlaku saat ini menjelaskan bahwa sistem Bumi-Bulan terbentuk
akibat tubrukan besar, ketika benda langit seukuran Mars (bernama Theia)
bertabrakan dengan Bumi yang baru terbentuk, memuntahkan material ke orbit di
sekitarnya yang kemudian berkumpul untuk membentuk Bulan. Hipotesis ini
mungkin merupakan hipotesis yang paling menjelaskan mengenai asal usul Bulan,
meskipun penjelasannya tidak sempurna.

Tubrukan besar diperkirakan umum terjadi pada awal pembentukan Tata Surya.
Pemodelan simulasi komputer mengenai tubrukan besar sesuai dengan ukuran
momentum sudut sistem Bumi-Bulan dan ukuran inti Bulan yang kecil. Simulasi ini
juga menunjukkan bahwa sebagian besar materi pada Bulan berasal dari planet
penabrak, bukannya dari Bumi. Akan tetapi, pengujian terbaru menunjukkan bahwa
sebagian besar materi Bulan berasal dari Bumi, bukannya dari penabrak. Bukti
meteorit menunjukkan bahwa materi benda langit lainnya seperti Mars dan Vesta
memiliki oksigen dan komposisi isotop yang sangat berbeda dengan Bumi,
sedangkan Bulan dan Bumi memiliki komposisi isotop yang hampir identik.

Pada tahun 2001, tim di Carnegie Institute of Washington melaporkan penelitian


yang mereka lakukan terhadap isotop batuan Bulan. Tim ini menemukan bahwa
batuan Bulan yang dibawa ke Bumi melalui Program Apollo memiliki isotop yang
identik dengan batuan Bumi, dan berbeda dengan batuan pada kebanyakan benda
langit lainnya di Tata Surya. Karena sebagian besar materi yang lepas ke orbit dan
membentuk Bulan diduga berasal dari Theia, penemuan ini sama sekali tak terduga.
Pada tahun 2007, para peneliti dari California Institute of Technology
mengumumkan bahwa kesamaan isotop antara Bumi dengan Theia kurang dari 1%.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 4

3. Karakteristik Bulan

3.1. Struktur Dalam

Bulan tergolong benda langit yang memiliki komposisi kerak, mantel, dan inti yang
berbeda dengan benda langit lainnya. Bulan kaya akan besi padat di bagian inti
dalam, dengan radius sekitar 240 km, dan cairan di bagian inti luar, terutama yang
terbuat dari besi cair, dengan radius sekitar 300 km. Di sekitar bagian inti Bulan
terdapat lapisan pembatas berbentuk cair dengan radius sekitar 500 km. Struktur
ini diperkirakan terbentuk akibat kristalisasi fraksional pada lautan magma sesaat
setelah pembentukan Bulan 4,5 miliar tahun yang lalu. Teknik geofisika menjelaskan
bahwa ketebalan rata-rata kerak Bulan adalah sekitar 50 km.

Bulan adalah satelit terpadat kedua di Tata Surya setelah Io. Akan tetapi, inti dalam
Bulan tergolong kecil, dengan radius sekitar 350 km atau kurang; ukuran ini hanya
~20% dari ukuran Bulan secara keseluruhan, berbeda dengan benda langit
kebumian lainnya, yang ukuran inti dalamnya hampir 50% dari ukuran keseluruhan.
Komposisi Bulan belum diketahui secara pasti, namun diduga perpaduan dari besi
metalik dengan sejumlah kecil sulfur dan nikel; analisis mengenai waktu rotasi
variabel Bulan menunjukkan bahwa sebagian inti Bulan berbentuk cair.

3.2. Struktur Luar

Topografi Bulan telah diukur dengan menggunakan metode altimetri laser dan
analisis gambar stereo. Bentuk topografi yang paling jelas terlihat adalah basin
Kutub Selatan Aitken di sisi jauh, dengan diameter sekitar sekitar 2.240 km, yang
merupakan kawah terbesar di Bulan serta kawah terbesar yang pernah ditemukan
di Tata Surya. Titik terendah pada permukaan Bulan berada pada kedalaman 13
km. Sedangkan titik tertinggi terdapat di bagian timur laut, yang diduga mengalami
penebalan akibat pembentukan basin Kutub Selatan Aitken. Basin raksasa lainnya,
seperti Imbrium, Serenitatis, Crisium, Smythii, dan Orientale, memiliki lebar dan
ketinggian yang lebih rendah. Ketinggian rata-rata sisi jauh Bulan kira-kira 1,9 km
lebih tinggi jika dibandingkan dengan sisi dekat.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 5

Gambar 2: Struktur Bulan

Dataran Bulan yang berwarna gelap dan bisa diamati dengan mata telanjang disebut
dengan maria (bahasa Latin untuk "laut"; atau mare dalam bentuk tunggal), karena
dahulu kala para astronom mengira bahwa dataran ini dipenuhi oleh air. Dataran
ini berupa kolam besar yang terbentuk dari lava basal. Meskipun serupa dengan
basal kebumian, basal mare memiliki kandungan besi yang lebih tinggi dan
kandungan mineral yang kurang. Sebagian besar lava ini meletus atau mengalir
melalui proses yang bersamaan dengan pembentukan kawah tubrukan. Beberapa
bentuk geologi permukaan Bulan seperti gunung berapi perisai dan kubah vulkanis
bisa ditemukan di maria di sisi dekat Bulan.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 6

Wilayah yang berwarna lebih terang pada Bulan disebut dengan terrae, atau
dataran tinggi secara umum, karena wilayah ini lebih tinggi dari kebanyakan maria.
Berdasarkan penanggalan radiometri, dataran tinggi Bulan terbentuk sekitar 4,4
miliar tahun yang lalu, dan diduga merupakan kumulasi plagioklas dari lautan magma
Bulan. Berbeda dengan Bumi, tak ada gunung di Bulan yang diyakini terbentuk
akibat peristiwa tektonik.

Air cair tidak bisa bertahan di permukaan Bulan. Saat terkena radiasi Matahari, air
dengan cepat akan terurai melalui proses yang dikenal dengan fotodisosiasi dan
lenyap ke luar angkasa. Namun, sejak tahun 1960-an, para ilmuwan memperkirakan
bahwa air es yang diangkut oleh komet saat terjadinya tubrukan atau yang
dihasilkan oleh reaksi batuan Bulan yang kaya oksigen, dan hidrogen dari angin
surya, meninggalkan jejak air yang mungkin bisa bertahan di kawah kutub selatan
Bulan yang dingin dan gelap secara permanen. Simulasi komputer menunjukkan
bahwa hampir 14.000 km2 permukaan Bulan berada pada bagian kutub yang gelap
permanen. Ketersediaan air di Bulan dalam jumlah yang cukup adalah faktor
penting dalam merencanakan proses kolonisasi Bulan karena akan menghemat
biaya; rencana altenatif untuk mengangkut air dari Bumi akan menghabiskan biaya
yang sangat besar.

3.3. Permukaan Bulan

Kita dapat melihat Bulan dari Bumi dengan cukup jelas tanpa teleskop dan
binokular. Dapat dilihat bahwa Bulan memiliki permukaan yang kecerahannya tidak
sama, tedapat bagian yang terang dan bagian yang gelap.

Secara kasat mata, Bulan seperti memiliki permukaan yang halus. Namun hal itu
terbantahkan karena Galileo mendapati bahwa permukaan Bulan tidaklah rata,
tetapi berbukit-bukit dan memiliki banyak kawah.

Dan karakteristik permukaan Bulan itu juga berhubungan dengan kecerahannya.


Daerah yang tampak terang memiliki permukaan yang berbukit-bukit (dataran
tinggi) dan penuh kawah, sedangkan daerah yang tampak lebih gelap adalah
permukaan yang memiliki sedikit kawah.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 7

3.4. Atmosfer Bulan

Jika Bumi memiliki atmosfer maka Bulan sangat berbeda dengan bumi karena tidak
memiliki atmosfer. Hal ini disebabkan karena bagian dalam Bulan terlalu dingin
untuk hadirnya aktivitas vulkanik. Aktivitas vulkanik termasuk salah satu penghasil
gas dan pembentuk atmosfer di masa awal pembentukannya. Penyebab lain adalah
karena massa Bulan terlalu kecil sehingga gaya gravitasi yang dihasilkan tidak cukup
untuk menahan gas-gas yang terbentuk.

Gambar 3: Permukaan Sisi Dekat Bulan

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 8

Kecepatan lepas di Bulan hanyalah 2,4 km/detik, bandingkan dengan kecepatan


lepas di Bumi yang sebesar 11,2 km/detik. Dengan kecepatan lepas sekecil itu, gas
yang ada di Bulan dapat bergerak lepas dari pengaruh gravitasi Bulan, sehingga tidak
ada udara di permukaannya.

4. Fase-Fase Bulan

4.1. Fase Bulan Baru (New Moon)

Pada fase ini sisi Bulan yang menghadap Bumi tidak menerima cahaya dari matahari,
sehingga Bulan tidak dapat terlihat dari bumi. Fase ini terjadi di hari pertama, ketika
Bulan berada di posisi 0 derajat.

4.2. Fase Sabit Muda (Waxing Crescent)

Pada fase ini, kurang dari setengah bagian dari Bulan yang menyala. Selama fase ini
berlangsung bagian bulan yang terlihat dari bumi semakin lama akan semakin besar.

Fase ini terjadi pada hari keempat ketika Bulan berada di posisi 45 derajat. Jika
dilihat dari Bumi, maka terlihat penampakan bulan yang melengkung seperti sabit.

4.3. Fase Kuartal III (Third Quarter)

Pada fase ini bulan tampak seperti setengah lingkaran. Fase ini terjadi di hari ke
delapan ketika Bulan berada di posisi 90 derajat.

4.4. Fase IV (Waxing Gibous)

Fase ini dimulai dengan setengah bagian yang tampak akan lebih besar. Jika
diperhatikan dari bumi akan terlihat seperti cakram yang biasa disebut dengan
bulan cembung. Fase ini terjadi pada hari kesebelas, ketika bulan berada pada posisi
135 derajat.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 9

Gambar 4: Fase-Fase Bulan

4.5. Fase Bulan Purnama (Full Moon)

Pada fase ini, Bulan berada pada sisi berlawanan dengan Bumi, sehingga cahaya
Matahari sepenuhnya terkirim ke Bulan.

Fase ini terjadi di hari ke empat belas, ketika Bulan berada pada posisi 180 derajat.
Fase ini bulan terlihat seperti lingkaran penuh atau sering dikenal dengan istilah
bulan purnama.

4.6. Fase VI (Wanning Gibous)

Pada fase ini bagian bulan yang dari bumi akan semakin kecil secara bertahap. Fase
ini terjadi di hari ketujuh belas, ketika Bulan berada pada posisi 225 derajat.
Penampakannya kembali seperti cakram.

4.7. Fase Kuartal I (First Quarter)

Pada fase ini kembali terihat setengah bagian dari Bulan terlihat. Fase ini terjadi di
hari kedua puluh satu, ketika bulan berada tepat pada posisi 270 derajat.
Penampakannya sama seperti Bulan pada fase Kuartil III.

4.8. Fase Sabit Tua (Waning Crescent)

Pada fase ini Sebagian kecil dari bulan terlihat. Fase ini terjadi di hari kedua puluh
lima, ketika Bulan berada pada posisi 315 derajat. Penampakan pada fase bulan
terlihat sama seperti pada posisi 45 derajat. Bulan tampak seperti sabit.
Athalah Marvian Raharjo
Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 10

5. Hubungan Bulan dan Bumi

Bulan menyelesaikan orbit lengkap mengelilingi Bumi setiap 27,3 hari sekali. Tanpa
Bulan, Bumi berputar 10 jam sehari. Bumi berputar 23,5 derajat karena adanya
Bulan. Jika tidak ada Bulan, maka Bumi berputar dalam bentuk tegak lurus.
Seandainya tidak ada Bulan, negara Inggris hanya punya dua macam musim, yaitu
musim semi dan musim gugur. Di daerah kutub utara dan selatan, matahari tidak
bisa terlihat di langit.

Gambar 5: Skema Sistem Bumi - Bulan

Ukuran Bulan relatif besar jika dibandingkan dengan ukuran Bumi, yakni
seperempat dari diameter dan 1/81 dari massa Bumi. Bulan adalah satelit alami
terbesar di Tata Surya menurut ukuran planet yang diorbitnya.

Jarak antara Bulan dengan Bumi bervariasi, berkisar dari 356.400 km hingga
406.700 km pada titik terdekat dan titik terjauh. Pada tanggal 19 Maret 2011, Bulan
saat fase penuh berada pada jarak terdekat dengan Bumi, terdekat sejak tahun
1993, yakni 14% lebih dekat dari posisi terjauhnya. Fenomena ini disebut dengan
Athalah Marvian Raharjo
Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 11

"bulan super", yang berlangsung selama satu jam pada saat bulan purnama, dan 30%
lebih terang daripada biasanya. Bulan makin menjauh 3,8 cm setiap tahun karena
Bumi berputar lebih lambat 16 detik tiap sejuta tahun.

Pasang surut di Bumi sebagian besar disebabkan oleh daya tarik gravitasi Bulan
pada permukaan Bumi. Selain itu, pasang surut di Bumi sebagian kecil disebebkan
oleh gravitasi Matahari. Gravitasi kedua benda langit ini berperan penting dalam
menyebabkan pasang surut di Bumi. Tanpa Bulan, tidak akan muncul makhluk hidup
di daratan bumi. Pasang surut air menyebabkan makhluk air belajar hidup di darat.

Gambar 6: Bulan yang berwarna merah dan jingga, terlihat dari Bumi saat gerhana Bulan, ketika
Bumi berada di antara Bulan dan Matahari

Gerhana bisa terjadi saat Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus.
Gerhana matahari terjadi ketika bulan baru, saat Bulan berada di antara Matahari
dan Bulan. Sebaliknya, gerhana bulan terjadi saat bulan purnama, ketika Bumi
berada di antara Matahari dan Bulan. Ukuran Bulan yang terlihat dari Bumi kira-kira
sama dengan ukuran Matahari (yang sebenarnya berukuran jauh lebih besar.)

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 12

6. Penjelajahan Manusia di Bulan

6.1. Misi Uni Sovyet

Perang Dingin mendorong terjadinya Perlombaan Angkasa antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat, yang menyebabkan adanya akselerasi kepentingan dalam
penjelajahan Bulan. Setelah peluncur memiliki kemampuan yang diperlukan, kedua
negara ini mengirim wahana tak berawak melalui misi orbit ataupun misi
pendaratan di Bulan. Wahana buatan Soviet, Luna, adalah wahana pertama yang
berhasil mencapai tujuan. Setelah meluncurkan tiga misi nirawak dan mengalami
kegagalan pada tahun 1958, benda buatan manusia pertama yang keluar dari
gravitasi Bumi dan melintas di dekat Bulan adalah Luna 1; benda buatan manusia
pertama yang menabrak permukaan Bulan adalah Luna 2, dan foto pertama sisi jauh
Bulan dipotret oleh Luna 3, semuanya dilakukan pada tahun 1959.

Wahana antariksa pertama yang berhasil melakukan pendaratan lunak di


permukaan Bulan adalah Luna 9, dan wahana nirawak pertama yang mengorbit
Bulan adalah Luna 10, keduanya terjadi pada tahun 1966. Sampel tanah dan batuan
Bulan dibawa ke Bumi oleh tiga misi pengembalian sampel Luna, yakni Luna 16
pada 1970, Luna 20 pada 1972, dan Luna 24 pada 1976, yang berhasil membawa
0,3 kg batuan dan tanah Bulan. Dua rover robotika perintis mendarat di Bulan pada
tahun 1970 dan 1973 sebagai bagian dari program Lunokhod Soviet.

6.2. Misi Amerika Serikat

Amerika Serikat meluncurkan wahana tak berawak untuk mengembangkan


pemahaman mengenai permukaan Bulan demi kepentingan pendaratan berawak di
kemudian hari; program Surveyor Jet Propulsion Laboratory mendaratkan wahana
pertamanya empat bulan setelah peluncuran Luna 9. Program Apollo berawak
NASA dikembangkan secara paralel; setelah serangkaian pengujian tak berawak
dan berawak pada wahana Apollo di orbit Bumi, dan didorong oleh rencana
peluncuran penerbangan Bulan Soviet, Apollo 8 mengirimkan misi berawak
pertama ke orbit Bulan pada tahun 1968. Misi berikutnya berhasil mendaratkan
manusia untuk pertama kalinya di permukaan Bulan, yang dipandang oleh banyak
pihak sebagai puncak Perlombaan Angkasa. Neil Armstrong menjadi manusia
pertama yang berjalan di permukaan Bulan sebagai pemimpin misi Apollo 11
Athalah Marvian Raharjo
Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 13

Amerika Serikat; ia menjejakkan langkah pertamanya di permukaan Bulan pada


pukul 02:56 UTC tanggal 21 Juli 1969. Misi Apollo 11 hingga 17 (kecuali Apollo 13,
yang pendaratannya dibatalkan) berhasil kembali ke Bumi dengan membawa 382 kg
tanah dan batuan Bulan dalam 2.196 sampel terpisah. Pendaratan Bulan Amerika
Serikat dipicu oleh kemajuan teknologi yang cukup pesat pada akhir 1960-an,
misalnya kimia ablasi, rekayasa perangkat lunak, dan teknologi penetrasi atmosfer,
serta manajemen yang sangat kompeten sehubungan dengan upaya teknis yang
besar.

Gambar 7: Neil Armstrong, manusia pertama yang mendarat di Bulan.

Sejumlah instrumen ilmiah dipasang di permukaan Bulan selama misi pendaratan


Apollo. Stasiun instrumen berumur panjang, termasuk kapsul beraliran panas,
seismometer, dan magnetometer, dipasang di lokasi pendaratan Apollo 12, 14, 15,
16, dan 17. Transmisi data langsung ke Bumi di akhiri pada tahun 1977 karena
pertimbangan anggaran, tetapi setelah stasiun rentang laser Bulan menjadi
instrumen pasif, transmisi data masih terus dilakukan. Komunikasi jarak di stasiun
secara rutin diterima oleh stasiun Bumi dengan akurasi beberapa sentimeter, dan
data dari eksperimen ini digunakan untuk menentukan ukuran inti Bulan.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 14

6.3. Eksplorasi Bulan Saat Ini

Pasca-Apollo dan Luna, semakin banyak negara yang terlibat dalam penjelajahan
Bulan secara langsung. Pada tahun 1990, Jepang menjadi negara ketiga yang
mengirimkan pesawat luar angkasa ke orbit Bulan dengan meluncurkan wahana
Hiten. Wahana ini diluncurkan dengan kapsul yang lebih kecil bernama Hagoromo
di orbit Bulan, tetapi transmisi data gagal dilakukan, sehingga misi ini dihentikan.
Pada tahun 1994, Amerika Serikat meluncurkan wahana Clementine ke orbit
Bulan, yang merupakan misi gabungan antara Departemen Pertahanan dan NASA.
Misi ini berhasil memotret peta topografi Bulan dalam jarak dekat dan mengambil
foto multispektral permukaan Bulan untuk pertama kalinya. Misi ini diikuti oleh
misi Lunar Prospector pada tahun 1998, yang berhasil menemukan adanya
kelebihan hidrogen di kutub Bulan, yang diduga disebabkan oleh keberadaan air es
beberapa meter di atas regolith di dalam kawah gelap permanen.

SMART-1, pesawat luar angkasa Eropa yang merupakan wahana bertenaga ion
kedua, berada di orbit Bulan sejak tanggal 15 November 2004, dan dihentikan
setelah pengendalinya menabrak Bulan pada tanggal 3 September 2006. Misi ini
merupakan misi pertama yang berhasil menyurvei secara rinci unsur kimia di
permukaan Bulan.

Tiongkok juga sangat berambisi untuk meluncurkan program penjelajahan Bulan,


dimulai dengan Chang'e 1, yang berhasil mengorbit Bulan dari tanggal 5 November
2007 hingga akhirnya menabrak Bulan tanggal 1 Maret 2009. Dalam misi selama
enam belas bulan, wahana ini berhasil mengambil foto Bulan secara keseluruhan.
Tiongkok melanjutkan keberhasilan ini dengan meluncurkan Chang'e 2 pada bulan
Oktober 2010, yang mencapai Bulan dua kali lebih cepat daripada Chang'e 1. Misi
ini berhasil memetakan Bulan dalam resolusi yang lebih tinggi dalam waktu sekitar
delapan bulan, kemudian meninggalkan orbit Bulan untuk mengamati perluasan titik
Lagrangian L2 Bumi-Matahari. Wahana ini terbang melintasi asteroid 4179 Toutatis
pada 13 Desember 2012, dan kemudian lenyap ke angkasa luar. Pada tanggal 14
Desember 2013, Chang'e 3 melanjutkan misi pendahulunya dengan mengirimkan
sebuah pendarat ke permukaan Bulan, yang pada akhirnya meluncurkan sebuah
penjelajah Bulan bernama Yutu (Mandarin: 玉兔; secara harfiah "Kelinci"). Dengan
demikian, Chang'e 3 merupakan wahana pertama yang melakukan pendaratan lunak
di permukaan Bulan sejak Luna 24 pada tahun 1976, dan juga misi pertama yang
meluncurkan penjelajah sejak Lunokhod 2 pada 1973.
Athalah Marvian Raharjo
Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 15

Gambar 8: Pesawat tanpa awak Yutu diatas permukaan Bulan


sebagai bagian dari Misi Chang’e 3.

Antara tanggal 4 Oktober 2007 dan 10 Juni 2009, Badan Penjelajahan Antariksa
Jepang meluncurkan misi Kaguya (Selene), pengorbit Bulan yang dilengkapi dengan
kamera video berdefinisi tinggi dan dua satelit pemancar radio kecil. Misi ini
berhasil memperoleh data geofisika Bulan dan mengambil video berdefinisi tinggi
dari luar orbit Bumi untuk pertama kalinya.[Misi penjelajahan Bulan pertama India,
Chandrayaan I, mengorbit Bulan dari tanggal 8 November 2008 sampai kehilangan
kontak pada 27 Agustus 2009, yang melakukan pemetaan fotogeologi dan
mineralogi permukaan Bulan dalam resolusi tinggi. Misi ini juga menemukan
keberadaan molekul-molekul air di dalam tanah Bulan. Indian Space Research
Organisation berencana untuk meluncurkan Chandrayaan II pada tahun 2013, yang
juga disertai dengan sebuah robot penjelajah Bulan milik Rusia. Akan tetapi,
kegagalan misi Fobos-Grunt Rusia menyebabkan proyek ini mengalami penundaan.

Misi Bulan masa depan lainnya adalah Luna-Glob Rusia; yang meliputi sebuah
pendarat tak berawak, rangkaian seismometer, dan pengorbit yang serupa dengan
misi Fobos-Grunt Mars yang gagal. Penjelajahan Bulan yang didanai swasta
dikembangkan oleh Google Lunar X Prize, diumumkan pada 13 September 2007,
yang menawarkan uang senilai US$20 juta bagi siapa saja yang bisa mendaratkan
Athalah Marvian Raharjo
Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 16

sebuah robot penjelajah di Bulan dan yang memenuhi kriteria tertentu lainnya.
Shackleton Energy Company sedang mengembangkan sebuah program untuk
melakukan operasi di kutub selatan Bulan dalam rangka mengumpulkan air untuk
memasok Propellant Depot milik mereka.

NASA berencana untuk melanjutkan misi berawak setelah adanya seruan dari
Presiden AS George W. Bush pada tanggal 14 Januari 2004 untuk meluncurkan
misi berawak ke Bulan pada tahun 2019, serta membangun sebuah pangkalan di
Bulan pada tahun 2024. Akan tetapi, program tersebut dibatalkan demi rencana
pendaratan berawak di sebuah asteroid pada tahun 2025 dan misi pengorbit Mars
berawak yang rencananya akan diluncurkan pada tahun 2035. India juga
menyatakan niatnya untuk mengirimkan misi berawak ke Bulan pada tahun 2020.

============================

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung
Bulan 17

Referensi

Wieczorek, M.; et al. (2006). "The constitution and structure of the lunar interior".
Reviews in Mineralogy and Geochemistry.
Lang, Kenneth R. (2011); The Cambridge Guide to the Solar System, 2nd ed.,
Cambridge University Press
Williams, Dr. David R. (2 February 2006). "Moon Fact Sheet". NASA (National
Space Science Data Center).
Matthews, Grant (2008). "Celestial body irradiance determination from an
underfilled satellite radiometer: application to albedo and thermal emission
measurements of the Moon using CERES". Applied Optics.
A.R. Vasavada, D.A. Paige, and S.E. Wood (1999). "Near-Surface Temperatures on
Mercury and the Moon and the Stability of Polar Ice Deposits". Icarus.
Lucey, P.; Korotev, Randy L.; et al. (2006). "Understanding the lunar surface and
space-Moon interactions". Reviews in Mineralogy and Geochemistry.
Morais, M.H.M. (2002). "The Population of Near-Earth Asteroids in Coorbital
Motion with the Earth". Icarus.
"Naming Astronomical Objects: Spelling of Names". International Astronomical
Union.
"Gazetteer of Planetary Nomenclature: Planetary Nomenclature FAQ". USGS
Astrogeology Research Program.

Athalah Marvian Raharjo


Kelas VI E SDN 077 Sejahtera Kota Bandung

Anda mungkin juga menyukai