Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH KIMIA DASAR

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKALAH
TERMOKIMIA DAN KINETIKA KIMIA

DI SUSUN OLEH:
KELAS C10/KELOMPOK II (DUA)

1. NABILAH HANA DWITYA P. 15020170243


2. NUR REZKI AZIS 15020190189
3. FAUZIAH AULIAH TAMSIL 15020190192
4. ADRIANA NUR FAS’YA M. 15020190195
5. NUR HASMI 15020190198
6. MUH. FARIED FAUZAN R 15020190201
7. ANDI NURUL FAIKA PRATIWI 15020190204
DOSEN PEMBIMBING: IBU MASDIANA TAHIR, S. Farm., M. Si., Apt.

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

ِِّ ‫ن‬
ِ‫َللا ِبس ِْم‬ ِِ ‫الرحْ َم‬
ّ ‫الر ِحيم‬
ّ

Pujiِ syukurِ kamiِ panjatkanِ atasِ kehadiratِ Allahِ Subhanaِ waِ ta’ala,ِ karenaِ
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah tentang “Termokimia dan Kinetika Kimia” bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami yakni Ibu Masdiana Tahir
S. Farm., M, Si., Apt. yang telah memberi kami kepercayaan untuk menyelesaikan
makalah ini, serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Makassar, 07 Desember 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Hukum Pertama Termodinamika ...................................................................


2.2 Kalor Reaksi ...................................................................................................
2.3 Hukum Hess ...................................................................................................
2.4 Reaksi Endoterm dan Eksoterm .....................................................................
2.5 Kalor Pembentukan Standar ...........................................................................
2.6 Energi Ikatan ..................................................................................................
2.7 Entropi dan Energi Bebas...............................................................................
2.8 Pengertian Kinetika Kimia .............................................................................
2.9 Laju Reaksi, Pengaruh Konsentrasi, Cara Menentukan Laju Reaksi dan
Orde Reaksi ....................................................................................................
2.10 Waktu Paruh................................................................................................
2.11 Pengaruh Suhu ............................................................................................
2.12 Pengaruh Katalis .........................................................................................

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................


3.2 Saran .............................................................................................................

Daftar Pustaka ............................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Termodinamika adalah salah satu cabang ilmu kimia yang membicarakan
tentang hubungan antara kalor dengan bentuk-bentuk energi lain, terutama yang
berhubungan dengan perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Khusus
untuk bidang kimia, kajian termodinamika berkaitan dengan bahasan-bahasan
berikut:
(1) Perubahan energi yang menyertai berlangsungnya suatu reaksi kimia atau
perubahan fase.
(2) Kondisi-kondisi tertentu yang mendukung berlangsungnya suatu reaksi kimia
atau perubahan fase secara spontan.
(3) Akhir dari suatu proses reaksi kimiapada kondisi tertentu dan letak keadaan
kesetimbangannya.

Hukum-hukum termodinamika merupakan postulat penting untuk


mengkaji dan menelaah berbagai reaksi kimia. Hokum pertama termodinamika
menyangkut masalah pertukaran energi, dan menjadi dasar bagi termokimia.
Bahasan-bahasan dalam hokum kedua berkaitan dengan arah dan banyaknya
reaksi kimia, terutama digunakan sebagai dasar untuk menurunkan tetapan-tetapan
kesetimbangan dari sifat-sifat termodinamika yang dikaji. Artinya, hokum ketiga
termodinamika akan menyingkap titik awal untuk menilai sifat-sifat
termodinamika secara eksperimen.

Konsep stokiometri membuka peluang untuk dapat meramalkan, bahkan


menghitung jumlah zat atau senyawa yang akan dihasilkan jika suatu reaksi kimia
tertentu dilakukan. Pendekatan termodinamika juga dapat digunakan untuk
meramalkan terjadinya suatu reaksi kimia. Namun, kedua prinsip tersebut tak
dapat memberi gambaran tentang waktu yang diperlukan untuk melangsungkan

1
reaksi itu. Dalam sektor industri, alternatif pilihan mungkin akan dominan pada
reaksi yang memberikan sedikit hasil tetapi berlangsung cepat ketimbang hasil
banyak namun, membutuhkan waktu yang lama dan juga sebaliknya. Kinetika
kimia adalah cabang ilmu kimia yang membahas masalah laju reaksi. (Tim Dosen
Kimia, 2006)

Oleh karena itu, pada kesempatan pembuatan makalah kali ini akan dibahas
mengenai Termodinamika dan Kinetika Kimia sebagai tugas sekaligus bahan
untuk menambah pengetahuan mengenai ilmu tersebut. Agar dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari terjadinya kerugian materil dan
non materil.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa hal
yang menjadi masalah sebagai berikut :
1.2.1 Jelaskan tentang Hukum Pertama Termodinamika?
1.2.2 Jelaskan tentang Kalor Reaksi?
1.2.3 Jelaskan tentang Hukum Hess?
1.2.4 Jelaskan tentang Reaksi Endoterm dan Eksoterm?
1.2.5 Jelaskan tentang Kalor Pembentukan Standar?
1.2.6 Jelaskan tentang Energi Ikatan?
1.2.7 Jelaskan tentang Entropi dan Energi Bebas?
1.2.8 Jelaskan tentang Pengertian Kinetika Kimia?
1.2.9 Jelaskan tentang Laju Reaksi, Pengaruh Konsentrasi, Cara Menentukan
Laju Reaksi dan Orde Reaksi?
1.2.10 Jelaskan tentang Waktu Paruh?
1.2.11 Jelaskan tentang Pengaruh Suhu?
1.2.12 Jelaskan tentang Pengaruh Katalis?

2
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari adanya makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui tentang Hukum Pertama Termodinamika
1.3.2 Untuk mengetahui tentang Kalor Reaksi
1.3.3 Untuk mengetahui tentang Hukum Hess
1.3.4 Untuk mengetahui tentang Reaksi Endoterm dan Eksoterm
1.3.5 Untuk mengetahui tentang Kalor Pembentukan Standar
1.3.6 Untuk mengetahui tentang Energi Ikatan
1.3.7 Untuk mengetahui tentang Entropi dan Energi Bebas
1.3.8 Untuk mengetahui tentang Pengertian Kinetika Kimia
1.3.9 Untuk mengetahui tentang Laju Reaksi, Pengaruh Konsentrasi, Cara
Menentukan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
1.3.10 Untuk mengetahui tentang Waktu Paruh
1.3.11 Untuk mengetahui tentang Pengaruh Suhu
1.3.12 Untuk mengetahui tentang Pengaruh Katalis

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Hukum Pertama Termodinamika


Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan ulang dari hokum
kekekalan energi, yang dalam bentuknya memperhatikan energi dalam dari suatu
sistem, dan memisahkan adanya dua bentuk dasar pengalihan energi, yaitu kalor
dan energi. Dalam sistem tersekat, energi total akan tetap sama. Lain halnya jika
sistem melakukan pertukaran kalor dan/atau kerja dengan lingkungannya, maka
negeri total dari proses ini harus memperhitungkan sistem dan lingkungannya.
Dengan kata lain, dalam kedua kasus tersebut, energi total sistem dan
lingkungannya tetap sama.
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi tak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Jika suatu sistem menyerap sejumlah kalor (q) dari
lingkungan dan sistem tersebut dikenai kerja (w) dari lingkungan, maka perubahan
energi dalam (∆𝑈) adalah:

∆𝑈= q + w

Bila taka da perubahan energi dalam, seperti dalam hal ekspansi isothermal
gas ideal, kerja yang dilakukan harus negative. Untuk menerapkan persamaan di
atas perlu diperhatikan bahwa dalam perubahan energi dalam suatu sistem dalam
proses tertentu. Kalor (q) mempunyai nilai positif (q>0) jika kalor diserap oleh
sistem, tetapi jika sistem tersebut melepaskan kalor ke lingkungan, maka nilai q
adalah negative (q<0). Untuk kerja w, akan bernilai positif (w>0) jika kerja
dilakukan oleh sistem, namun nilainya akan negative (w<0) apabila kerja diberikan
oleh lingkungan kepada sistem. (Tim Dosen Kimia, 2006)

4
2.2 Kalor Reaksi
Kalor reaksi adalah kuantitas kalor yang dipertukarkan antara sistem dan
sekelilingnya jika reaksi kimia berlangsung dalam sistem pada suhu konstan. Salah
satu reaksi yang paling umum dikaji adalah reaksi pembakaran. Reaksi ini
merupakan reaksi paling lazim yang sering kita acu untuk kalor pembakaran ketika
mendeskripsikan kalor yang dilepas oleh reaksi pembakaran. Jika suatu reaksi
terjadi dalam sistem terisolasi, artinya tidak terjadi pertukaran materi atau energi
dengan sekelilingnya, maka reaksi itu menghasilkan perubahan energi termal
sistem, dan suhu akan naik atau turun. Kalor reaksi menjadi kuantitas kalor yang
dipertukarkan antara sistem dan sekelilingnya sewaktu sistem itu kembali ke suhu
awalnya. Untuk melakukannya, thermometer diletakkan dalam sistem untuk
merekam perubahan suhu yang dihasilkan oleh reaksi. Lalu, gunakan perubahan
suhu dan data kain dari sistem ini untuk menghitung kalor reaksi yang akan terjadi
pada suhu konstan.
Kalorimeter BOM cocok untuk mengukur kalor yang timbul dalam reaksi
pembakaran. Sistem ini adalah segala sesuatu yang ada di dalam kalorimeter
dengan jaket luar berupa dinding. Kuantitas kalor ini, adalah negative dari termal
yang diperoleh kalorimeter dan isinya (qkalorim).
qreaksi = -qkalorim (dengan qkalorim = qbom + qair …)
Kapasitas kalor kalorimeter adalah kuantitas kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu rakitan calorimeter sebanyak satu derajat celcius. Jika kapasitas
kalor ini dikalikan dengan perubahan suhu yang diamati, kita dapatkan qkalorim .
qkalorim = kapasitas kalor kalorim x ∆𝑇
(Ralph H. Petrucci, dkk, 2011)
2.3 Hukum Hess
Hukum Hess dikemukakan oleh Germain Henry Hess (1802-1850), seorang
ahli kimia berkebangsaan Swiss. Hukum ini sangat berguna karena kenyataannya
tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya melalui eksperimen. Pada

5
tahunِ1840,ِHessِ menyatakanِ“perubahanِentalpiِreaksiِ hanyaِtergantungِpadaِ
keadaan awal dan keadaan akhir sistem,ِtidakِbergantungِpadaِjalannyaِreaksi”.ِ
Menurut Hess, perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama, baik berlangsung dalam
satu tahap maupun dalam beberapa tahap reaksi.
Tahapan reaksi yang berkaitan dengan entalpi reaksi dapat juga digambarkan
melalui diagram bertingkat atau siklus. Pada diagram bertingkat nilai entalpi reaksi
dinyatakan dalam skala, sedangkan tanda entalpi reaksi dinyatakan dengan arah
panah. Panah ke atas diberi tanda positif, sedangkan ke arah bawah diberi tanda
negatif.
Berikut gambar diagram siklus Hukum Hess

dari diagram tersebut didapat hubungan :


ΔH33=ΔH1+ΔH2
Berikut contoh diagram tingkat energi Hukum Hess

(Ralph H. Petrucci, dkk, 2011)

6
2.4 Reaksi Endoterm dan Eksoterm
Dua istilah yang banyak digunakan berkaitan dengan kalor reaksi adalah
reaksi eksotermik dan reaksi endotermik. Reaksi eksotermik adalah reaksi yang
menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem terisolasi atau dalam sistem tidak
terisolasi, memberikan kalor ke sekeliling. Untuk reaksi eksotermik, kalor reaksi
mempunyai kuantitas negative (qreaksi <0). Dalam reaksi endotermik, situasinya
adalah suhu turun dalam sistem terisolasi atau memperoleh kalor dari sekeliling
pada sistem tidak terisolasi. Dalam kasus ini, kalor reaksi mempunyai kuantitas
positif (qreaksi >0). Kalor reaksi ditentukan melalui percobaan dalam suatu
calorimeter, yaitu peranti untuk mengukur kuantitas kalor. (Ralph H. Petrucci, dkk,
2011)
2.5 Kalor Pembentukan Standar
Istilah kalor pembentukan standar biasa juga disebut sebagai Entalpi
pembentukan standar. Entalpi pembentukan standar suatu zat adalah perubahan
entalpi yang terjadi dalam pembentukan mol zat itu pada keadaan standar dari
bentuk acuan unsur itu pada keadaan standarnya. Bentuk acuan unsur tersebut,
yang berlaku pada semua kasus kecuali beberap kasus, adalah bentuk yang paling
stabil dari unsur tersebut pada tekanan satu bar dan suhu yang dinyatakan.
Lambing derajat menyatakan bahwa perubahan entalpi adalah perubahan entalpi
standar,ِdanِsubskripِ“f”ِmenyatakanِbahwaِreaksiِituِadalahِreaksi yang zatnya
terbentuk dari unsur-unsurnya. Berhubung pembentukan sebagian besar bentuk
paling stabil unsur dari dirinya sendiri tidak melibatkan perubahan apapun, maka
entalpi pembentukan standar suatu unsur murni dalam bentuk acuannya adalah 0.
Entalpi pembentukan standar mungkin standar mungkin bernilai positif maupun
negatif dan juga menyiratkan bahwa entalpi pembentukan standar berkait dengan
struktur molekul. (Ralph H. Petrucci, dkk, 2011)
Contoh:
C(Grafit)→C(Intan) ∆𝐻° = 1,9 𝑘𝐽

7
2.6 Energi Ikatan
Energi ikatan adalah besarnya energi yang dibutuhkan untuk memutuskan
ikatan. Semakin besar energi ikatan artinya semakin kuat ikatan tersebut. Besarnya
energi ikatan setara dengan perubahan entalpi disosiasi.
a. Energi Ikatan Rata-Rata
Energi rata-rata yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol senyawa
gasa menjadi atom-atomnya untul lebih dari tiga mol atom dalam molekulnya.
∆𝐻 = ∑𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑡𝑢𝑠𝑎𝑛 − ∑𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛
b. Energi Atomisasi

Energi yang dibutuhkan untuk memutus kompleks dalam 1 mol senyawa


menjadi atom-atom gasnya. (Tim Dosen Kimia, 2006)

2.7 Entropi dan Energi Bebas


Redistribusi partikel gas dalam wadah terjadi tanpa perubahan energi dalam
total sistem, semua susunan ekivalen. Jumlah cara komponen sistem dapat disusun
tanpa merubah energi sistem terkait erat dengan kuantitas entropi (S). Entropi
adalah ukuran ketidakteraturan sistem. Sistem dengan cara tersusun ekivalen
komponennya sedikit seperti kristal padat memiliki ketidakteraturan yang kecil
atau entropi rendah. Sistem dengan cara tersusun ekivalen komponennya banyak
seperti gas memiliki ketidakteraturan besar atau entropi tinggi.
1) Jika entropi sistem meningkat, komponen sistem menjadi semakin tidak teratur,
random dan energi sistem lebih terdistribusi pada range lebih besar Sdisorder >
Sorder
2) Seperti halnya energi dalam atau entalpi, entropi juga fungsi keadaan yaitu
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir tidak pada bagaimana proses
terjadinya
Ssis = Sfinal – Sinitial
3) Jika entropi meningkat maka Ssis akan positif, sebaliknya jika entropi turun,
maka Ssis akan negative.

8
Energi bebas Gibbs (G) adalah fungsi yang menggabungkan entalpi dan
entropi dari sistem (Gosis = Hosis - TSosis ) .Energi bebas Gibbs juga dapat dihitung
(karena ia fungsi keadaan) dari energi bebas produk dan reaktan

Gorxn = mGof(produk) - nGof(reaktan)

Catatan : Gof suatu unsur pada keadaan standarnya adalah nol

(Ralph H. Petrucci, dkk, 2011)

2.8 Pengertian Kinetika Kimia

Kinetika kimia adalah studi tentang laju reaksi, perubahan konsentrasi


reaktan atau produk sebagai fungsi dari waktu. Reaksi dapat berlangsung dengan
laju yang bervariasi, ada yang serta merta, perlu cukup waktu (pembakaran) atau
waktu yang sangat lama seperti penuaan, pembentukan batubara dan beberapa
reaksi peluruhan radioaktif. (Tim Dosen Kimia, 2006)

2.9 Laju Reaksi, Pengaruh Konsentrasi, Cara Menentukan Laju Reaksi dan Orde
Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan
waktu. Karena reaksi berlangsung ke arah pembentukan hasil, maka laju reaksi tak
lain dari pengurangan jumlah pereaksi per satuan waktu, atau pertambahan jumlah
hasil reaksi per satuan waktu. Dimensi untuk waktu umumnya digunakan menit
atau detik, sedangkan satuan untuk pereaksi dan hasil reaksi adalah konsentrasi
molar. Laju reaksi secara umum dinyatakan dalam persamaan matematik sebagai
berikut:
V= k [A]m [B]n
Dimana [A] dan [B] menyatakan konsentrasi molar pereaksi A dan B,
sedangkan pangkat m dan n adalah bilangan bulat kecil yang menunjukan orde
reaksi, dan faktor k dikenal sebagai tetapan laju, koefisien laju, atau laju reaksi
jenis.

9
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat diterangkan melalui
pendekatan teori tumbukan. Makin besar konsentrasi zat yang terlibat dalam suatu
reaksi berarti makin banyak partikel ata molekul yang bertumbukan. Akibatnya,
jumlah tumbukan persatuan luas per satuan waktu, juga mengalami kenaikan.
Dengan kata lain, pada keadaan seperti itu laju reaksi betambah cepat.
Cara menentukan laju reaksi dan orde reaksi adalah dengan menggunakan
persamaan laju reaksi yakni; V= k [A]m [B]n. Dimana [A] dan [B] menyatakan
konsentrasi molar pereaksi A dan B, sedangkan pangkat m dan n adalah bilangan
bulat kecil yang menunjukan orde reaksi, dan faktor k dikenal sebagai tetapan laju,
koefisien laju, atau laju reaksi jenis. Untuk lebih memahami cara penentuan laju
reaksi dan orde reaksi maka ditentukan dengan menggunakan kecendrungan dari
data suatu percobaan melalui pendekatan orde reaksi. (Tim Dosen Kimia, 2006)
a. Reaksi Orde Nol
Kadang-kadang laju suatu reaksi sama sekali tidak bergantung kepada
konsentrasi pereaksi. Laju seperti ini dapat ditentukan oleh parameter lain,
yang dapat diperhatikan dalam peranan intensitas cahaya dalam proses reaksi
fotokimia, atau tersedianya enzim dalam reaksi-reaksi biokimia yang dikatalis
oleh enzim, dan sebagainya. Pada reaksi seperti ini, laju reaksi akan tetap.
b. Reaksi Orde Satu
Persamaan reaksi orde satu merupakan persamaan linear berarti laju
reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksinya. Jika konsentrasi
pereaksinya dinaikkan misalnya 4 kali, maka laju reaksi akan menjadi 4 kali
lebih besar.
c. Reaksi Orde Dua
Persamaan laju reaksi untuk reaksi orde dua adalah persamaan reaksi
yang berubah secara kuadrat terhadap perubahan konsentrasinya. Apabila
konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2 kali, maka laju reaksi akan menjadi 4
kali lebih besar. (Tim Dosen Kimia, 2006)
2.10Waktu Paruh

10
Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan unsur radioaktif untuk
mengalami peluruhan sampai menjadi 1/2 kali semula (masa atau aktivitas).
Rumus:
Nt = N0 (1/2)T/t1/2

Keterangan: Nt=massa setelah peluruhan N0= massa mula-mula T = waktu


peluruhan t(1/2) = waktu paro. (Tim Dosen Kimia, 2006)

2.11Pengaruh Suhu

Pengetahuan praktis mengajarkan bahwa reaksi-reaksi kimia umumnya


cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Sebaliknya,
penurunan suhu dapat memperlambat reaksi. Hal ini dapat diamati pada reaksi-
reaksi biokimia, sperti proses pendinginan atau pembekuan makanan untuk
mencegah pembusukan. Frekuensi tumbukan seiring dengan meningkatnya suhu,
dan hal ini dapat diasumsikan sebagai faktor mempercepat reaksi kimia. (Tim
Dosen Kimia, 2006)

2.12Pengaruh Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis
dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada
dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu
bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau

11
substrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substratsubstrat menjadi lemah
sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. katan atara produk dan
katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas. Katalis homogen umumnya
bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia
yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses
yang memulihkan katalisnya. (Tim Dosen Kimia, 2006)

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah:
3.1.1 Hukum Pertama Termodinamika menyatakan bahwa energi tak dapat
diciptakan atau dimusnahkan.
3.1.2 Kalor Reaksi adalah kuantitas kalor yang dipertukarkan antara sistem
dan sekelilingnya jika reaksi kimia berlangsung dalam sistem pada suhu
konstan.
3.1.3 Hukum Hess menyatakanِ“perubahanِentalpiِreaksiِhanyaِtergantungِ
pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem, tidak bergantung pada
jalannyaِreaksi”.
3.1.4 Reaksi Endoterm adalah suhu turun dalam sistem terisolasi atau
memperoleh kalor dari sekeliling pada sistem tidak terisolasi dan Reaksi
Eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem
terisolasi atau dalam sistem tidak terisolasi, memberikan kalor ke
sekeliling.
3.1.5 Kalor Pembentukan Standar adalah perubahan entalpi yang terjadi
dalam pembentukan mol zat itu pada keadaan standar dari bentuk acuan
unsur itu pada keadaan standarnya.
3.1.6 Energi Ikatan adalah besarnya energi yang dibutuhkan untuk
memutuskan ikatan.
3.1.7 Entropi adalah ukuran ketidakteraturan sistem dan Energi Bebas adalah
fungsi yang menggabungkan entalpi dan entropi dari sistem.
3.1.8 Pengertian Kinetika Kimia adalah studi tentang laju reaksi, perubahan
konsentrasi reaktan atau produk sebagai fungsi dari waktu.
3.1.9 Laju Reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per
satuan waktu., Pengaruh Konsentrasi terhadap laju reaksi dapat

13
diterangkan melalui pendekatan teori tumbukan. Makin besar
konsentrasi zat yang terlibat dalam suatu reaksi berarti makin banyak
partikel ata molekul yang bertumbukan., Cara Menentukan Laju Reaksi
dan Orde Reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi yakni; V=
k [A]m [B]n dan ditinjau kecendrungan orde reaksinya.
3.1.10 Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan unsur radioaktif untuk
mengalami peluruhan sampai menjadi 1/2 kali semula (masa atau
aktivitas).
3.1.11 Pengaruh Suhu pada laju reaksi, reaksi kimia umumnya cenderung
berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Sebaliknya,
penurunan suhu dapat memperlambat reaksi.
3.1.12 Pengaruh Katalis pada laju reaksi adalah dengan adanya penggunaan
katalis, maka akan mempercepat laju reaksi.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk mahasiswa agar selalu mencari dan mempelajari tentang
Termodinamika dan Kinetika Reaksi agar dapat menerapkan teori
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
3.2.2 Untuk masyarakat agar tetap mengetahui tentang teori Termodinamika
dan Kinetika Reaksi sebagai pemahaman dasar dalam membuka usaha
dan sebagainya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Petrucci, H, Ralph., dkk. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Ke-
Empat Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Petrucci, H, Ralph., dkk. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Aplikasi Moder Edisi Ke-
Sembilan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tim Dosen Kimia. 2006. Kimia Dasar 1. Makassar: Universitas Hasanuddin

15

Anda mungkin juga menyukai