Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ileus adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus
terganggu atau adanya gangguan pasase isi usus gangguan pasase usus dapat
disebabkan oleh obstruksi lumen usus yang disebut ileus obstrukif atau oleh gangguan
metabolik atau gangguan peristaltik yang disebut ileus paralitik (5).
Ada dua tipe ileus yaitu
2.1.1 Ileus Obstruktif
Ileus yang merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang mempengaruhi usus sehingga dapat menyebabkan
penyempitan atau penyumbatan lumen, hal ini yang menyebabkan pasase usu
terganggu (2).
2.1.2 Ileus Paralitik
Ileus yang terjadi karena usus yang mengalami paralisis atau masalah dalam
pergerakan peristaltic seperti pergerakan yang terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi dalam usus (3).

2.2 Anatomi (5)(6)


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.

3
Saluran pencernaan terdiri atas:
a. Mulut
b. Tenggorokan (faring)
c. Kerongkongan
d. Lambung
e. Usus halus
f. Usus besar
g. Rektum dan Anus.

2.2.1 Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari: manis, asam, asin
dan pahit.
Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang sempit atau
vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi ; 2. Bagian rongga
mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,
platum dan mandubularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Diluar
mulut ditutupi oleh kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
Kelenjar Ludah.
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama
duktus (saluran) wartoni dan stensoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar
submaksilaris (kelenjar ludah bawah rahang) yang terdapat di bawah tulang rahang
atas pada bagian tengah dan kelenjar sublingualis (Kelenjar ludah bawah lidah)
yang terdapat di bagian depan dibawah lidah. Kelenjar ludah dihasilkan didalam
rongga mulut.

4
Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
- Kelenjar parotis terdapat di bawah depan telinga diantara prosesus mastoid kiri
dan kanan os mandibular,duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis
menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator)
- Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian belakang,duktus
wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.
- Kelenjar sublingualis terletak di bawah selaput lendir dasar rongga mulut.

• Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi menjadi 3 bagian yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum
lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah belakang
terdapat epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalannya napas pada waktu
menelan makanan. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada
bagian kira-kira di tengah,jika lidah digerakkan ke atas makan akan terlihat selaput
lendir.Pada pertengahan flika sublingual terdapat saluran dari glandula parotis,
submaksilaris dan glandula sublingualis.
Fungsi Lidah:
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.

 Mekanisme sistem pencernaan di mulut


Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan
tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis.

5
2.2.2 Tenggorokan (Faring)

Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal


dari Bahasa yunani yaitu Pharynx. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari Bagian superior, bagian yang sangat tinggi dengan hidung,
bagian media, bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior, bagian
yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut
laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

2.2.3 Kerongkongan (Esofagus)


Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esophagus (dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

6
Menurut histologi esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

2.2.4 Lambung

Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus halus.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
o Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah
o Fundus pada bagian puncak
o Antrum di bagian bawah

Bagian lambung terdiri dari:


 Fundus Ventrikuli adalah bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri
osteum kardium dan biasaya berisi gas.
 Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah kurbatura minor.
 Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk sfingter pylorus.
 Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung,terbentang dari osteum
kardiakm sampai ke pylorus.
 Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum
gastrolienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.

7
 Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
 Cara Kerja Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara


ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
 Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim yaitu:


1) Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus
2) Pepsin membantu pemecahan protein
3) Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan anak)
4) Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium
menyebabkan koagulasi susu, sehingga lebih lama berada di lambung
untuk dicerna.

8
2.2.5 Usus halus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang
dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 2-8 m.
Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang
sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan
ileum.
 Duodeneum
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum.
Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan
berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung).
 Jejunum dan Ileum
Kira-kira dua perlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri,
sedangkan ileum cenderung terletak di regio abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai
pada junctura duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai
messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai
peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah
dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena
mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang memgbentuk
messenterium.
Pada usus halus, arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat dibawah arteri
seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang sebagian atas
duodenum adalah arteri pancreaticoduodenalis superior, suatu cabang arteri
gastroduodenalis. Sedangkan bagian bawah duodenum diperdarahi oleh arteri
pancreaticoduodenalis inferior, suatu cabang arteri mesenterica superior. Pembuluh-
pembuluh darah yang memperdarahi jejunum dan ileum ini beranastomosis satu sama
lain untuk membentuk serangkaian arcade. Bagian ileum yang terbawah juga

9
diperdarahi oleh arteri ileocolica. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika superior
yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe ke atas
melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi lymphatici gastroduodenalis
dan kemudian ke nodi lymphatic coeliacus: dan ke bawah, melalui nodi lymphatici
pancreoticoduodenalis ke nodi lyphatici mesentericus superior sekitar pangkal arteri
mesenterica superior.
Pembuluh limfe jejenum dan ileum berjalan melalui banyak nodi lymphatici
mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus suprior, yang
terletak sekitar pangkal arteri mesentericus superior.
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari
pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejenum
dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus
mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitas sekresi dan
pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-
serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut
parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi
motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis,
dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.

10
2.2.6 Usus besar
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar
dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus
dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum,
desendens dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan
hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon
ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik).
Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli
Dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah
limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis)
untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas
panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah
dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum
di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas
dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan
pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus
dalan perineum.
Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan
(sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum) dengan
cabangnya yaitu ; arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, arteri kolika media, serta arteri
pancreaticoduodenalis inferior dan arteri mesenterika inferior memperdarahi bagian
kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian
proksimal rektum) melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoidalis, dan arteri
hemoroidalis superior.
Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici mesentericus dan
akhirnya mencapai nodi lymphatici msentericus superior Pembuluh limfe untuk kolon
mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak di sepanjang perjalanan arteri

11
vena kolika. Untuk kolon ascendens dan dua pertiga dari kolon transversum cairan
limfenya akan masuk ke nodi limphatici mesentericus superior, sedangkan yang berasal
dari sepertiga distal kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi
limphatici mesentericus inferior.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf ototonom dengan perkecualian
sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon
ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari
pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon transversum dipersarafi oleh saraf
simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan
dari pleksus mesentericus superior dan inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya
mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh
saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi
serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf parasimpatis
nervus pelvikus. Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan
kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis
mempunyai efek berlawanan

12
2.3 Histologi
Dinding usus halus dibagi kedalam empat lapisan:
2.3.1 Tunica Serosa.
Tunica serosa atau lapisan
peritoneum, tak lengkap di
atas duodenum, hampir
lengkap di dalam usus halus
mesenterica, kekecualian pada
sebagian kecil, tempat
lembaran visera dan
mesenterica peritoneum
bersatu pada tepi usus.
2.3.2 Tunica Muscularis.
Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica muscularis usus halus. Ia paling
tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya stratum
longitudinale dan lapisan dalamnya stratum circulare. Yang terakhir membentuk massa
dinding usus. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak diantara
kedua
lapisan otot.
2.3.3. Tela Submucosa.
Tela submucosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara tunica
muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak di bawah mukosa.
Dalam ruangan ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh limfe. Di
samping itu, di sini ditemukan neuroplexus meissner.
2.3.4. Tunica Mucosa.
Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun dalam lipatan
sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa. Masing-masing lipatan
ini ditutup dengan tonjolan, villi.

13
2.4 Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin,
asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam
sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja
enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase
pankreas.
Proses pencernaan dibantu oleh sejumnlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu
ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai
kontinu isi lambung.
Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:
1) Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran
pencernaan sehingga berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana
gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda tingkat kecepatannya sesuai
dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya gerakan propulsif
yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi
sebaliknya di usus halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan
penyerapan makanan bergerak sangat lambat.
2) Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur
makanan dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.

14
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan
protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus
ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel tubuh. Selain itu air,
elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan
mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti.
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas ;
hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian
memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi,
melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus dan asam lemak serta
monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali trigliserida dan
digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein untuk membentuk
kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal. Asam lemak kecil dapat
memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam empedu
diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan
5gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5gram hilang setiap
hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis.
Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi
tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein,
menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa
dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk diabsorpsi.
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati menjadi
maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini,
bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi
monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan
isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili ’brush border’ sel
epitel. Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu berkontak dengan
mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan,
monosakarida, glukosa, galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dalam
darah porta.
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum
menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secara
osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan
khlorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif.

15
Bikarbonat diabsorpsi secara pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi
melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon
parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi secara difusi pasif.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan
air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua,
kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5
liter/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang
umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik
panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan
defekasi.
Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob > aerob.
Bakteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Sumber penting vitamin K.
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi intralumen.
Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen
dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari
Fungsi motorik pada saluran pencernaan tergantung pada kontraksi sel otot
polos dan integrasi dan modulasi oleh saraf enterik dan ekstrinsik. Kontraksi yang
terjadi sepanjang saluran pencernaan dikendalikan oleh myogenic, mekanisme saraf
dan kimia. Kekacauan mekanisme yang mengatur fungsi motorik pencernaan ini dapat
menyebabkan motilitas usus berubah.
1. Neurogenik.
Modulator motilitas gastrointestinal meliputi sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom,
dan sistem saraf enterik (ENS). ENS merupakan cabang bebas dari sistem saraf
perifer, terdiri dari sekitar 100 juta neuron dibagi dalam dua pleksus ganglion.

16
Pleksus myenteric yang lebih besar, juga dikenal sebagai pleksus Auerbach, terletak
di antara lapisan otot longitudinal dan sirkular dari externa muskularis; pleksus ini
berisi neuron yang bertanggung jawab atas motilitas gastrointestinal dan regulasi
output enzimatik dari organ-organ yang berdekatan. Pleksus submukosa yang lebih
kecil disebut sebagai pleksus Meissner's. ENS berhubungan langsung dengan usus
sel otot polos, tetapi juga memainkan peran penting dalam fungsi aferen visceral.
2. Myogenic
mekanisme kontrol termasuk faktor yang terlibat dalam mengatur aktivitas listrik
yang dihasilkan oleh sel otot polos pada saluran pencernaan. Sebuah komponen
penting dari sistem kontrol myogenic adalah kegiatan pacu listrik yang berasal dari
sel-sel interstisial dari Cajal (ICC). ICC membentuk sistem alat pacu jantung
nonneural terletak di antara lapisan otot sirkuler dan longitudinal dari usus kecil.
Yang mana-mana gelombang lambat dari usus kecil, biasanya disebut sebagai
aktivitas kontrol listrik (ECA) dan potensi perintis (PP), berasal dari jaringan ICC
berhubungan dengan pleksus Auerbach. Selain menghasilkan alat pacu jantung
kegiatan, ICC tampaknya berfungsi sebagai perantara antara neurogenik (ENS) dan
myogenic sistem kontrol karena mereka secara luas dipersarafi dan berada di dekat
sel otot polos gastrointestinal.
3. Kimia
kontrol mengacu pada pengamatan kontraksi otot polos gastrointestinal selama
periode depolarisasi dari membran potensial, hanya terjadi jika ada neurotransmiter
seperti asetilkolin. Jarak terjadinya kontraksi tergantung dari banyaknya panjang
dari segmen yang menunjukkan aktivitas kontrol listrik dan panjang segmen
neurokimia bersebelahan yang diaktifkan kontrol saraf ekstrinsik dari fungsi motorik
gastrointestinal dapat dibagi lagi menjadi aliran parasimpatis kranial dan sakral dan
pasokan torakolumbalis simpatik. Saraf kranial terutama melalui saraf vagus, yang
mempersarafi saluran pencernaan dari lambung ke usus besar kanan dan terdiri dari
serat preganglionik kolinergik yang bersinaps dengan ENS. Pasokan serat simpatis
ke perut dan usus kecil muncul dari tingkat T5 sampai T10 dari kolom
intermediolateral sumsum tulang belakang. The celiac prevertebral, mesenterika
superior, dan mesenterika inferior ganglia simpatis memainkan peran penting dalam
integrasi impuls aferen antara usus dan SSP. (7)(8)

17
2.5 Ileus Obstruksi

2.5.1 Etiologi

a. Adhesi(Perlekatanusus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, se-


kitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen.
b. Hernia inkarserata eksternal(inguinal,femoral,umbilikal,insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.
Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow)
juga bisa menyebabkan hernia.
c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat
menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor
intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
f. Volvulussering disebabkanoleh adhesi atau kelainan kongenital,seperti malrotasi
usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
i. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.

18
j. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littrel.
k. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan
kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.(1)(4)(8)

19
2.5.2 Klasifikasi (2)(5)
2.5.2.1 Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga
kelompok :
 Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, batu empedu.
 Lesi-lesi intrinsik, misalnya malignansi atau inflamasi.
 Lesi-lesi ekstrinsik, misalnya adhesi, hernia, volvulus.

2.5.2.2 Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :


a. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah.
b. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
c. Ileus obstruktif jenis parsial, dimana terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa lewat walaupun sediki, dapat flatus, dan defekasi sedikit

2.5.2.3 Untuk keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif
dibagi dua :
a. Ileus obstruktif usus halus, yaitu obstruksi letak tinggi dimana mengenai
duodenum, jejunum dan ileum
b. Ileus obstruktif usus besar, yaitu obstruksi letak rendah yang mengenai
kolon, sigmoid dan rectum.

2.5.2.5 Luas dari sumbatan dapat berupa :

a. obstruksi parsial yaitu suatu kondisi dimana gas, cairan, atau feses masih
dapat melewati daerah usus yang sempit
b. Dan obstruksi total yaitu suatu kondisi dimana tidak ada substansi yang bisa
lewat.

20
2.5.3 Patofisiologi
Perbedaan yang tampak pada ileus obstruktif maupun paralitik adalah
ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non mekanik atau paralitik maka
peristaltik usus akan terhambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena
penyebab mekanik atau obstruktif maka peristaltik mula-mula kuat kemudian
bertambah pelan sampai akhirnya hilang.
Semua etiologi ileus menyebabkan usus di bagian distal kolaps,
sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang tersumbat awalnya
berperistaltik lebih keras sebagai usaha dan akhirnya pasase usus jadi melemah
dan hilang. Usus yang berdilatasi menampung cairan dan gas yang merupakan
hasil akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan distensi usus. Distensi usus
tidak hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke daerah proksimal.
Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga
suplai darah berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.
Usaha usus untuk mengeluarkan gaya peristaltik disaat adanya sumbatan
menghasilkan nyeri kolik abdomen dan penumpukan kuman dalam usus yang
kemudian akan merangsang muntah.
Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat sebagai
kompensasi adanya sumbatan atau hambatan. Bila obstruksi terus berlanjut
dan terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus
tidak berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan
hilang. Pada obstruksi usus dengan stranguasi, terdapat penjepitan yang
menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis
kemudian gangren. Gangren ini kemudian menyebabkan tanda toksis yang
terjadi pada sepsis yaitu takikardia, syok septik dengan leukositosis.
Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif
fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan
cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah
distensi. Dinding caecum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena
itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Bila terjadi ruptur maka akan timbul
perforasi yang memperberat keadaan pasien.(10)

21
2.6 Manifestasi klinis
2.6.1 Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin
frekuen.Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.
Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
dengan timbulnya nyeri padaobstruksi di daerah distal.(10)(11)
2.6.2 Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat.Halyang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.
2.6.3 Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat
keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah
gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila
katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian.Pada keadaan valvula Bauchini yang
paten, terjadi distensi hebat dan seringmengakibatkan perforasi sekum

22
karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada
pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar
metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi. (10)(11)

2.7 Pemeriksaan Fisik


Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan
dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi
dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang-kadang dapat
meningkat.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:
 Inspeksi
 Abdomen tampak distensi
 Dapat ditemukan Darm Contour (gambaran usus) dan Darm
Steifung (gambaran gerakan usus)
 Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum
menunjukkan suatu hernia inkarserata
 Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis
 Bila ada bekas luka operasi sebelumnya dapat dicurigai adanya
adhesi
 Auskultasi

Hiperperistaltik, berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum)


menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada fase lanjut bising
usus dan peristaltik melemah dampai hilang.

 Perkusi

Hipertimpani. Pada obstruksi usus dengan strangulasi dapat ditemukan


ascites.

 Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia. Dan
pada obstruksi usus dengan strangulasi dapat ditemukan ascites.

23
Pada obstruksi usus dengan strangulasi didapatkan adanya rasa
nyeri abdomen yang hebat dan bersifat menetap makin lama makin
hebat, demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi,
didapatkan ascites dan peristaltik meningkat (bunyi Borborigmi).
Pada tahap lanjut di mana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan
melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada
pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan
intusepsi.(1)(9)
2.8 Diagnosis Banding
 Ileus paralitik
Merupakan suatu gawat abdomen berupa distensi abdomen karena usus
tidak berkontraksi akibat adanya gangguan motilitas di mana peristaltik
usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Manifestasi kliniknya
berupa distensi perut, tidak dapat flatus maupun defekasi dan dapat
disertai muntah serta perut terasa kembung. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan distensi abdomen, bising usus menurun atau bahkan
menghilang, tidak terdapat nyeri tekan dan perkusi timpani di seluruh
lapang abdomen. Pada pemeriksaan radiologi, foto polos abdomen
didapatkan gambaran dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai
rectum. (3)
 Appendisitis akut
Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada
epigastrium yang kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah,
demam, mual, dan muntah. (9)
 Pankreatitis akut

Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke punggung.


Gejala ini dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik. Pada
pankreatitis akut, amilase kadarnya akan sangat tinggi bila
dibandingkan ileus obstruksi.(10)

24
 Gastroenteritis akut

Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah. Diare
pada penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada
auskultasi .Namun dapat dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi
dan hilangnya suara atau sedikitnya aktifitas usus.(2)

 Lainnya:
Torsio ovarium, dysmenorrhea, endometriosis, Kolesistitis,
koleliathiasis, dan kolik bilier, dan Konstipasi

2.9 Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat
hernia. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.
Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan diusus,
hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik
tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus
dan pada auskultasi sewaktuserangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas
sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu
kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi.
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya
nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala
permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar
terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada
perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak
pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yanghebat
sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.
Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena
bagian ini mudah membesar.(2)(3)
Pada auskultasi dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari fungsi usus
(bising usus). Dengan adanya obstruksi, bising usus mungkin terdengar
sangat keras dan bernada tinggi seperti gemerincing logam (metallic sound),
atau tidak terdengar sama sekali.(9)(10)

25
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan
radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus
menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi
dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya
obstruksi mekanis dan letaknya.
2.9.1 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan
adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit
meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah ter jadi peritonitis. Kimia
darah sering adanya gangguan elektrolit.(2)
2.9.2 Xray(9)(10)(12)
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara
mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu
pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan.
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu:
1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertikal
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila
memungkinkan,
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus), dengan arah
horizontal.

Hal – hal yang dapat dinilai pada foto – foto di atas ialah:

1. Posisi terlentang (supine)


o Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak
preperitoneal kanan dan kiri baik atau menghilang.
o Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau
adanya pelembungan (bulging).
o Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang
radioopak.
o Gambaran soft tissue
o Kontur ginjal kanan dan kiri

26
o Gambaran udara usus :
 Normal
 Pelebaran lambung, usus halus, kolon
 Penyebaran dari usus – usus yang melebar
 Keadaan dinding usus
 Jarak antara dua dinding usus yang
berdampingan
2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
o Gambaran udara bebas di bawah diafragma
3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
o Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas
letaknya antara hati dengan dinding abdomen

2.9.2.1 Radiologi pada Ileus Obstruktif

Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :


1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu
pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan
dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring Bone
Appearance) dan coil spring appearance. Gambaran ini
didapat dari pengumpulan gas dalam lumen usus yang
melebar.
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis
didapatkan adanya air fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan
pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak
tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan
gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diafragma dan air fluid level dan terlihat step
ladder appearance.

Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran


usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level.

27
Ileus obstruktif letak tinggi

Gambar 1. Foto posisi supine, adanya herring bone appearance dan coiled
spring appearance

Gambar 2. Foto posisi erect, menampakkan step ladder appearance (air fluid
level yang bervariasi tinggi nya)

28
Gambar 3. Foto posisi left lateral decubitus menampakkan step ladder
appearance

Gambar 4. String of Pearls

Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak


dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal
junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan. Obstruksi usus halus
dapat didiagnosis jika usus kecil melebar lebih dari >2,5 cm (dinding luar
ke dinding luar). Perut juga bisa melebar. Adanya air fluid level berbeda
dengan jarak 5 mm dari satu sama lain dalam lingkaran yang sama dari
usus kecil pada foto tegak mendukung diagnosis obstruksi usus kecil
mekanis.6

29
Selain itu bisa juga ditemukan tanda string of pearls yang
merupakan barisan gelembung gas kecil, yang mewakili kantong kecil gas
di sepanjang dinding superior usus halus yang terperangkap di antara
valvulae conniventes. Margin inferior dari gelembung-gelembung ini
memiliki penampilan berbentuk bulat karena efek meniscal dari cairan
intraluminal.
Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang
menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan).
Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk
seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang mengalami distensi.

Ileus obstruktif letak rendah

Gambar 1. Posisi supine, large bowel obstruction (Dilatasi Usus Besar)

30
Gambar 2. Sigmoid volvulus, coffee bean sign

Gambar 3. Cecal volvulus


Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal
sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal
sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding
usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran
vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran
penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.

31
Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk
seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level
yang panjang-panjang di kolon.

2.9.3 Barium Enema


Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan
dalam pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4).
Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak mudah larut
dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu
sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada
pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat
kliasma pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).
Sina x-ray tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga
menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum
suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya sampai
masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto – foto dalam posisi yang
di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai
suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian
Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah
yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.

Gambar 1. Barium enema, coil spring appearance

32
2.9.4 CT-Scan
CT (Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana sinar
X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur jumlah
sinar x yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya. Komputer
akan segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk potongan
cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun di cetak
dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto
polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan
mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.(12)

Gambar 1. CT-scan dari Small bowel obstruction

33
Gambar 2. CT-scan dari small bowel obstruction

Gambar 3. CT-Scan dari Large bowel obstruction dikarenakan


adanya tumor pada colon

34
2.10 Epidemiologi

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar
44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang
mengalami strangulasi.Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah
hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi
usus strangulasi(63%). Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada
permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme
trauma lainnya.(4)

2.11 Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat
obstruktif usus. Isi dari lumen usus merupakan campuran bakteri yang
mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang
mengalamai strangulasi mungkin mengalami perforasi dan mengluarkan materi
tersebut ke dalam rongga poritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami
perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke
dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan syok
septik. (4)

2.12 Tatalaksana (4)

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami


obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh adhesi.
1. Persiapan
Dasar pengobatan obstruktif usus meliputi :
a. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam usus lumen
sampai pencapaian tingkat normal hidrasi dan konsentrasielektrolit
bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin (melalui kateter),
tanda vital, tekanan vena dan pemeriksaan laboratorium berurutan.

35
b. Pemasangan foley kateter (pasang DC)  monitor urin output
c. Dekompresi traktur gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan
intralumen dengan tujuan untuk dekompersi lambung sehingga
memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan membatasi
masuknya udara yang ditelan kedalam saluran pencernaan, sehingga
mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan
tekanan intalumen.
d. Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan
sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi
gejala mual muntah.

2. Operasi
Operasi dilakukan rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparatomi kemudia disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparatomi. Jika
obstruktifnya berhubungan dengan suatu simple obstruktif atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruktif stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan.
Pada umunya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus.9
a. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan
bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya
pada hernia inkarserata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
b. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran baru yang “melewati”
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intraluminal,
Chron’s disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan
sebagainya.Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan

36
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri
maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid
obstruktif,mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis

3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup

2.13 Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi


dapat segera dilakukan.Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas
sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
dilakukan dengan cepat (1)(2)

2.14 Ileus Paralitik

2.14.1 Etiologi

Ileus paralitik dapat disebabkan oleh:


a. Trauma abdomen
b. Pembedahan abdomen (laparotomy) dan saluran cerna
c. Serum elektrolit abnormal (hipokalemia, hyponatremia)
d. Infeksi, inflamsi
- Intrathorak (pneumonia)
- Intrapelvic (penyakit radang panggul)
- Rongga perut (peritonitis,appedicitis, diverticulitis,
nefrolitiasis, kolesistitis, pankreatitis, perforasi ulkus
duodenus)
e. Iskemia usus (mesenterika emboli, trombosis iskemia)

37
f. Atoni usus dan perenggangan gas sering timbul menyertai berbagai
kondisi traumatik (fraktur costae, fraktur tulang belakang, trauma
medulla spinalis)
g. Obat-obatan (narkotika, fenotiazin, diltiazem atau verapamil,
clozapine, obat antikolinergik) (3)

2.14.2 Patofisiologi

Patofisiologi bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang terdiri dari :


1. Neurogenic + hormonal
 Cathecolamin
Zat ini meningkat pada pasca operasi
 Overaktivitas dari simpatetik
Adanya reflex dari afferent inhibitory neural yang disebabkan
oleh insisi pada area pencernaan dan kulit, reflex dari efferent
inhibitory neural yang menghalangi pelepasan dari ACh
 Corticotropin-releasing factor
Terlepas sebagai respon dari stress
 Nitric oxide
Sebagai inhibitor untuk neurotransmitter
2. Inflamasi
 Makrofag
Adanya leukosit pada lapisan muscular, adanya aktivasi dari
manipulasi pencernaan, adanya pelepasan dari sitokin proinflamasi,
prostaglandin secara langsung menghalangi kontraksi dari otot halus
intestinal dengan mengblok COX- 2 yang bisa menaikan
kontraktilitas dari otot

38
3. Farmakologi
 Opioid
Mempunyai efek menghalangi dengan blok presynaptic dari
neuron excitatory yang mempersarafi otot halus intestinal
 Anastesi
Hanya bereaksi sebentar short half-life dan tidak ada bukti bisa
memperpanjang disfungsi dari usus
 Cairan dan elektrolit
Hypokalemia, hiponatremia

2.14.3 Manifestasi klinis dan Pemeriksaan Fisik


Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang
disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang
berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus
akan kembali normal pada: usus kecil 24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),
anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah bisa disertai atau tidak ada. Keluhan perut
kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung
pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung,
tidak disertai nyeri kolik abdomen.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama
sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada
perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif) Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defence muscular’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.
Perkusi hipertimpani. Auskultasi, bising usus lemah atau tidak ada sama sekali
(silent abdomen) dan borborigmi.(3)(8)

39
2.14.4 Diagnosis Banding
 Ileus obstruksi
Harus dibedakan pada pemeriksaan fisik seperti suara bising usus,
apakah ada metallic sound, serta dari segi radiologi
 Ogilvie sindrom (pseudo-obstruction)
Penyebab dari sindrom ini karena ada ketidakseimbangan dari
elektrolit sehingga mempengaruhi autonomic nervous system
dengan adanya peningkatan dari tonus simpatetik pada kolon, serta
tidak ditemukan lesi seperti pada obstruksi mekanik dan melibatkan
usus besar saja.

2.14.5 Diagnosis
- Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa
penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit
darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah dan amylase (3)
- X-ray
Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada
ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar.
Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini
berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan
gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan pemeriksaan
foto polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen
dengan mempergunakan kontras. (8)(12)

40
Gambar 1. Generalized ileus supine

Gambar 2. Erect position, generalized ileus. (air fluid level Nampak sejajar)

41
2.14.6 CT Scan
Pada ileus paralitik, gambaran CT scan yang bisa ditemukan ialah
dilatasi pada seluruh usus. Selain itu, CT scan juga baik digunakan untuk
mengeksklusi adanya obstruksi mekanik, terutama apabila pasien baru saja
menjalani operasi. (13)

Gambar 1. Gambaran Ileus Paralitik dengan Penebalan Jejunum

2.14.7 Tatalaksana
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif.
1. Konservatif
a. Penderita dirawat di rumah sakit
b. Penderita dipuasakan
c. Kontrol status airway, breathing and circulation.
d. Dekompresi dengan nasogastric tube.
e. Intravenous fluids and electrolyte
f. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

42
2. Farmakologis
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.
c. Prokinetik: Metaklopromide, cisapride
d. Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin
e. Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis
3. Operatif
Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan
peritonitis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi
nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
 Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
 Reseksi usus dengan anastomosis.
 Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi (10)

2.14.8 Prognosis
Bila ileus hasil dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat sementara
dan berlangsung sekitar 24-72 jam, Prognosis memburuk pada kasus-kasus
tetentu dimana kematian jaringan usus terjadi, Bila penyebab primer dari ileus
cepat tertangani maka prognosis menjadi lebih baik.(11)

2.14.9 Localized Ileus


Pada radiografi konvensional, akan tampak satu atau dua loop usus halus
terdilatasi secara persisten. Persisten berarti adanya loop yang sama ini tetap
melebar pada beberapa posisi foto abdomen (supine, prone, erect) ataupun pada
foto serial yang dilakukan selama waktu tertentu. Dilatasi berarti loop usus
halus secara persisten berdiameter >2,5 cm.
Loop usus halus yang terlibat dalam ileus fungsional biasanya tidak
membesar sebanyak bila dibandingkan dengan obstruksi mekanis. Terkadang,
loop sentinel bisa berupa usus besar, bukan usus halus. Ini terutama bisa terjadi
di sekum, dengan penyakit seperti apendisitis.(3)

43
Gambar 1. Localized ileus, supine position Gambar 2. Localized ileus, erect position

Tabel 1. Etiologi Penyebab Sentinel Loop


Lokasi Sentinel Loop Etiologi
Kuadran Kanan Atas Kolesistitis
Kuadran Kiri Atas Pankreatitis
Kuadran Kanan Bawah Apendisitis
Kuadran Kiri Bawah Divertikulitis
Midabdomen Ulkus, kalkulus renal atau ureter

44

Anda mungkin juga menyukai