Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Nahor Murani Hutapea, M. Pd

Disusun Oleh
Norzilawati (1805195441)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS RIAU
2020
KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA

A. Pengertian Kemampuan Pemahaman Matematika


Pemahaman matematis diterjemahkan dari istilah mathematical understanding
merupakan kemampuan matematis yang sangat penting dan harus dimiliki siswa dalam
belajar matematika. Rasional pentingnya pemilikan kemampuan pemahaman
matematis diantaranya adalah kemampuan tercantum dalam tujuan pembelajaaran
matematika Kurikulum Matematika SM (KTSP 2006 dan kurikulum 2013) dan dalam
NCTM (1989). Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pendapat Hudoyo (2003) yang
menyatakaan: “Tujuan mengajar Matematika aadalaah agar pengetahuaan yang
disampaikan dan dipahami peserta didik”. Pendidikan yang baik adalah usaha yang
berhasil membawa siswaa kepada tujuan yang ingin dicappai yaitu agar bahan yang
disampaikan dipahami sepenuhnya oleh siswa.
Beberapa pengertian pemahaman juga dikemukakan oleh beberapa penulis
lainnya. Pemahaman menurut Hamalik ( 2003) adalah kemampuan melihat hubungan
antara berbagai factor ataau unsur dalam situasi yang problematis. Jadi, simpulannya
pemahaman adalah suatu proses atau cara mengartikan situasi serta fakta yang
diketahuinya berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliknya. Sementara Mulyasa (
2005 ) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Pengertian pemahaman yang lebih dalam dikemukakan Abidin
(2009 ) bahwa pemahaman merupakan kemampuan menerangkan dan menginterpretasi
sesuatu. Pemahaman bukan sekedar mengetahui atau sebatas mengingat kembali
pengalaman dan mengemukakan ulang apa yang telah dipelajari. Pemahaman lebih dari
sekedar mengetahui atau mengingat fakta-fakta yang terpisah-pisah tapi pemahaman
melibatkan proses mental yang dinamis sehingga benar-benar tercapaai belajar
bermaknaa. Dengan kata lain, siswa memahami dengan benar materi pelajaran yang
diterimanya, misalnya mampu menyusun kalimat yang berbeda dengan kandungan
makna yang sama, mampu menerjemahkan atau menginterpretasikan, mengeksploitasi,
melakukan aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ausubel (Sumarmo 2010 )
melukiskan kondisi seperti diatas dengan istilah pemahaman bermakna yaitu individu
dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki. Dengan
kata lain, dikatakan individu mencapai pemahaman yang bermakna bila ia dapat
mengubah informasi yang adala dalam pikirannya dalam bentuk lain yang lebih berarti.
Dari uraian pendapaat sejumlah para ahlimengenai pemahaman matematik di
atas, dapat dirangkum bahwa pemahaman matematis merupakan kompetensi dasar
dalam belajar matematik yang meliputi: kemampuan menyerap suatu materi, mengingat
rumus dan konsep matematika serta menerapkan dalam kasus sederhana atau dalam
kasus serupa, memperkirakan kebenaran suatu pernyataan dan menerapkan rumus dan
teorema dalam penyelesaian masalaah.
B. Pentingnya kemampuan pemahaman matematika
Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan
membosankan bagi siswa. Begitu pula bagi guru, matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit untuk diajarkan sebagaimana yang diungkapkan oleh Wahyudin (
2008 : 338 ) bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk diajarkan
maupun dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikan adalah karena dalam
mempelajari materi baru dalam matematika seringkali memerlukan pengetahuan dan
pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Oleh karena itulah kita perlu mengetahui pentingnya kemampuan
pemahaman dalam matematika.
Dalam National Council of Teacher ( NCTM ) tahun 2000 disebutkan bahwa
kemampuan pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam
prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai
dengan pemahaman, hal ini merupakan tujuan dari belajar matematika.
Beberapa ahli juga mengungkap tentang pentingnya kemampuan pemahaman
matematis siswa. Dahlan ( 2004 : 46 ) mengungkap bahwa “ hampir semua teori belajar
menjadikan pemahaman sebagai tujuan dari proses pembelajaran”. Sumarmo ( 2002)
juga menyatakan bahwa pembelajaran matematika perlu diarahkan untuk pemahaman
konsep dan prinsip matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelsaikan
masalah matematika, masalah dalam disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan
sehari hari. Selaras dengan pendapat ahli tersebut, Anderson et al ( 2001 ) mengatakan
bahwa “ pemahaman terhadap suatu masalah merupakan bagian dari pemecahan
masalah “.
Pentingnya pemilikan pemahaman oleh siswa juga dikemukakan Santrock
(2008) bahwa pemahaman konsep adalah aspek kunci dari pelajaran. Demikian pula,
pemahaman matematis merupakan landasan penting untuk berpikir dalam
menyelesaikan persoalaan-persoalan matematika maupun masalah kehidupan nyata.
Selain itu, kemampuan pemahaman matematiss sangat mendukung pada
pengembangan kemampuan matematis lainnya, yaitu komunikasi, pemecahan masalah,
penalaran, koneksi, representasi, berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis serta
kemampuan matematis lainnya. Pendapat serupa dikemukakan Wiharno (
Ompusunggu, 2014 ) bahwa kemampuan pemahaman matematis merupakan suatu
kekuatan yang harus diperhatikan selama proses pembelajaran matematika, terutama
untuk memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna.

C. Jenis Kemampuan Pemahaman


Merujuk pada pendapaat beberapa pakar, Sumarmo (1987,2010,2012)
mengemukakan jenis dan tingkat pemahaman matematis sebagai berikut. Polya
(Sumarmo, 1987,2010,2012) mengatakan ada empat tingkat pemahaman yaitu
pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman rasional dan pemahaman
intuitif. Seseorang dikatakan mempunyai pemahaman mekanikal jika ia dapat
mengingat dan menerapkan suatu konsep secara benar. Seseorang dikatakan
mempunyai pemahaman induktif jika ia menunjukan konsep itu berlaku dalam kasus
sederhana dan yakin bahwa konsep itu berlaku dalam kasus serupa. Seseorang
dikatakan mempunyai kemampuan pemahaman rasional jika ia dapat membuktikan
kebenarannya. Kemudian seseorang dapat dikatakan mempunyai pemahaman intuitif
jika ia yakin akan kebenaran konsep tersebut tanpa ada keraguan.
Pakar lain, Skemp ( Sumarmo, 1987, 2010, 2012) menyatakan bahwa terdapat
dua jenis kemampuan pemahaman yaitu:
a) Pemahaman instrumental yang artinya hafal sesuatu secara terpisah atau dapat
menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu
secara algoritma.
b) Pemahaman relasional yang berarti dapat melakukan perhitungan secaara
bermaakna pada permasalahan permasalahan yang lebih luas, termuat skema
atau terstruktur yang dapat digunakan pada penyelesaiann yang memuat
masalah yang lebih luas, dapat mengaikan suatu konsep/prinsip lainnya dan
sifat pemakaiannya lebih bermakna.

Serupa dengan Skemp, Polattsek ( Sumarmo, 1987,2010,2012), membedakan


dua jenis pemahaman yaitu:
a) Pemahaman kompuasional yang setar dengan pemahaman instrumental dari
Skemp yaitu dapat menerapkan konsep atau rumus pada perhitungan rutin /
sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja
b) Pemahaman fungsional yang serupa dengan dengan pemahaman relasional dari
Skemp, yaitu dapat mengkaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya secara
benar dan menyadari proses yang dilakukan.

Serupa dengan Skemp dan Polattsek, Copeland ( Sumarmo. 1987, 2010, 2012)
mengemukakan dua jenis pemahaman matematis yaitu:

a) Knowing how to yang setara dengan pemahaman komputasional dan


pemahaman instrumental yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara
rutin/algoritmik
b) Knowing yang setara dengan pemahaman relasional dan pemahaman fungsional
yaitu dapat mengerjakan kegiatan matematis secara sadar akan proses yang
dikerjakannyaa. Lebih lanjut Michener ( Sumarmo, 1987, 2010, 2012 )
mengemukakan pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu objek
matematika secara mendalam bila ia mengetahui:
a. Objek itu sendiri
b. Relasinya dengan objek lain yang sejenis
c. Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis
d. Relasi-dual dengan objeknya yang sejenis
e. Relasi dengan objek dalam teori lainnya.

Ruseffendi ( 2006) mengemukakan terdapat tiga macam pemahaman sebagai


berikut:

a) Pengubahan ( translation ) yaitu mengubah suatu peersamaan menjadi suatu


grafik, mengubah soal berbentuk kata-kata atau menyatakan suatu situasi
menjadi bentuk symbol atau sebaliknya.
b) Interpretasi ( interpretation ) yaitu menggunakan konsep- konsep yang tepat
dalam menyelesaikan soal, mengartikan suatu kesamaan.
c) Ekstrapolasi (extrapolation ), yaitu menerapkan konsep-konsep dalam
perhitungan matematis, dan memperkirakan kecendrungan suatu diagram..

Hendriana dan Sumarmo ( 2014 ) mengemukakan bahwa dalam taksonomi


tujuan belajar, Bloom mengklasifikasikan pemahamaan ( Comprehension ) ke dalam
jenjang kognitif kedua yang menggambaarkan dapat menerapkan rumus dalam
perhitungan rutin atau secara algoritmis. Tingkat pemahaman ( Comprehension ) di
atas, tergolong pada tingkat rendah yang setara dengan pemahaman mekanikal dari
Polya, pemahaman komputasional dari Polattsek, pemahaman instrumental dari Skem
dan pemahaman knowing how dari Copeland.

Depdiknas ( 2004 ) merinci kemampuan pemahaman sebagai berikut:

a) Menyatakan ulang sebuah konsep.


b) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
c) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dam pemecahan masalah matematis.

D. Indikator Pemahaman Matematis


Berdasarkan uraian mengenai pemahaman matematis pada bagian A, berikut ini
dirincikan indicator pemahaman matematis dari beberapa penulis dan Lembaga. Bila
dicermati secara mendalam,terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan rincian
indicator tang dikemukakan para penulis dan Lembaga yang bersangkutan.
NCTM (1989) merinci indicator pemahaman matematis kedalam kegiatan
sebagai berikut
a. Mengidentifikasi konsep secara verbal dan tulisanan
b. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh
c. Menggunakan model,diagram daan symbol-simbol untuk mempresentasikan
suatu konsep.
d. Mengubah suatu bentuk representasi kebentuk representasi lainnya.
e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan
suatu konsep.
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Penulis lain, Sanjaya (2009) merinci indicator pemahaman konsep diantaranya:


a) Mampu menerangkan secara verbal mengenai konsep yang dipelajarinya.
b) Mampu menyajikan situasi matematika ke dalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan dan kesamaanya.
c) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang memenuhi konsep tersebut.
d) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
e) Mampu memeberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
f) Mampu menerapkan konsep secara algorotma.
g) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, merinnci indicator


pemahaman konsep matematis adalah mampu;

a) Menyatakan ulang sebuah konsep.


b) Mengklasifikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan sifatnyaa.
c) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.
d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk reprsentasi matematis.
e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
f) Menggunakan dan memanfaatkan serta mmilih prosedur atau opeerasi tertentu.
g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahaan masalah.

Hendriana dan Sumarmo (2014), membedakan dua tingkat pemahamaan


sebagai berikut:

a) Pemahamaan tingkat rendah yaitu pemahaman mekanikal, komputasional,


instrumental, dan induktif yang meliputi kegiatan: mengingat dan
menerapkanrumus secara rutin atau dalam perhitungan sederhana.
b) Pemahaman tingkat tingkat tinggi yaitu pemahaman rasional, fungsional,
relasional, dan intuitif yang meliputi: mengkait suatu konsep / prinsip dengan
konsep / prinsip lainnya, menyadari proses yang dikerjakan dan membuat
perkiraan yang benar.

Indicator pemahaman konsep matematik dalam kurikulum 2013 adalah:

a) Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.


b) Mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipeenuhi tidaknya persyaratan yang
membentuk konsep tersebut.
c) Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep.
d) Menerapkan konsep secara logis.
e) Memberikan contoh atau contoh kontra ( lawan contoh ) dari konsep yang
dipelajari.
f) Menyajikan konsep dalam berbagaimacam beentuk representasi matematik
(table, grafik, sketsa, model matematika atau cara lainnya)
g) Mengaitkan berbaagaai konsep dalam matematika maaupun diluar matematika.
h) Mengembangkan syaraat perlu dan ataau syarat cukup suatu konsep.

E. Pengertian Rubrik
Kata “rubrik” berasal dari bahasa Latin rubra yang artinya merah. Dalam
perkembangannya, Kamus online Merriam-Webster mendefinisikan makna rubric yang
pertama sebagai “suatu peraturan otoritatif”. Selanjutnya, pada makna keempat, rubric
dimaknai sebagai “panduan yang mencantumkan kriteria khusus untuk menilai atau
menskor makalah akademis, proyek, atau tes”. Brookhart (2013:3) dan Ülkü Ayhan dan M.
Uğur Türkyılmaz (2015) menjelaskan proses pergeseran makna kata rubrik dari “merah”
menjadi “peraturan dan panduan” seperti berikut ini. Pada abad pertengahan dalam tradisi
gereja, aturan untuk pelaksanaan ibadah liturgis sering ditulis dengan warna merah pada
bagian pinggir buku liturgi. Catatan tangan berwarna merah ini dianggap penting karena
berisi perturan-peraturan tentang liturgi. Hal itu menjadi kebiasaan yang berlangsung lama
dan dipahami oleh banyak orang. Berdasarkan pada tradisi ini, kata rubra dalam bahasa
Latin, yang awalnya bermakna “merah”, setelah diserap ke dalam bahasa Inggris rubric,
maknanya bergeser menjadi “peraturan dan panduan”.
Rubrik menurut Kenneth Wolf† dan Ellen Stevens (2007) adalah panduan penilaian
multi guna untuk menilai produk atau karya dan kinerja peserta didik. Panduan ini
mencantumkan kriteria khusus untuk produk atau karya dan kinerja peserta didik. Kriteria
tersebut membantu peserta didik untuk memiliki pemahaman dan visualisasi konkret
tentang "apa yang penting". Setiap kriteria juga mencakup skala gradasi kualitas. Skala
penilaian bisa berupa numerik, kualitatif, atau kombinasi dari keduanya.
Selanjutnya, rubrik menurut Brookhart (2013:4) adalah seperangkat kriteria yang
koheren untuk pekerjaan peserta didik yang mencakup deskripsi tingkat kualitas kinerja
berdasarkan kriteria. Dalam bentuk aslinya, rubrik lebih bersifat deskriptif dan bukan
evaluatif. Tentu saja rubrik bisa digunakan untuk mengevaluasi, tapi prinsip operasinya
adalah kesesuaian dengan deskripsi dan bukan menilainya.
Selain itu, menurut Hafner dan Hafner (2003) kata 'rubrik' umumnya dipahami
untuk mengkonotasi alat penilaian sederhana yang menggambarkan tingkat kinerja pada
tugas tertentu dan ini digunakan untuk menilai hasil kinerja peserta didik dalam konteks
TK sampai perguruan (K-16). Rubrik, dalam hal ini, memberitahu instruktur dan peserta
didik tentang apa yang dianggap penting dan apa yang harus dicari ketika menilai (lihat
Arter dan McTighe, 2001).
Dalam bidang penilaian, tujuan utama dari rubrik adalah untuk menilai kinerja.
Penilaian kinerja membutuhkan rubrik karena dua alasan berikut. Pertama, penilaian
kinerja dari peserta didik harus dinilai secara langsung dalam dalam bentuk pengamatan
proses unjuk kerja dan atau pengamatan suatu produk atau karya yang dihasilkan oleh
peserta didik. Berikut ini disajikan tipe kinerja.

Tipe Kinerja (performance) Contoh


Proses
(1) keterampilan fisik  memainkan suatu alat musik
(2) mendemontrasikan  melakukan senam ritmik
(3) memerankan  percobaan di laboratorium
(4) menggunakan alat  menyiapkan slide untuk microscope
(5) komunikasi lisan  memberikan pidato, sambutan,
(6) kebiasaan kerja pengumuman di kelas
 bermain peran
 membaca indah
 bekerja secara mandiri
Produk
(1) objek (benda) yang dibuat,  rak buku dari kayu
dibangun, disusun,  lukisan cat air
dirangkai, dsb  laporan praktik di laboratorium
(2) tulisan esai, laporan,  makalah hasil studi pustaka
makalah  peta konsep
(3) produk akademis lainnya  diagram batang, diagram garis
yang menunjukkan  tabel rangkuman data
pengertian konsep
Kedua, pengamatan proses kinerja atau produk hasil karya peserta didik rentan dengan
subjektivitas penilai. Ada banyak faktor yang menyebabkannya, seperti (1) kedekatan
hubungan antara penilai dan peserta didik yang dinilai, (2) suasana hati penilai yang mudah
berubah, dan (3) menghindari penilaian yang berdasarkan kesan umum atau common sense dan
menghindari fakta.
Bagi pengajar yang akan menilai kinerja peserta didik, rubrik penilaian memberikan
struktur, tuntunan, atau panduan untuk pengamatan sehingga pengajar dapat fokus pada aspek-
aspek dari kinerja maupun produk yang dinilai. Sebaliknya, bagi peserta didik, rubrik menjadi
acuan dalam merencanakan bahan yang diperlukan, langkah-langkah kerja, dan melaksanakan
unjuk kerjanya, maupun dalam menghasilkan produk. Selain itu, mencocokkan pengamatan
dengan kinerja atau karya peserta didik dengan deskripsi yang ada di rubrik, membuat pengajar
dapat menepis sisi subjektivitas dari pengamatan.
Menurut Anders Jonsson dan Gunilla Svingby (2007), rubrik memperbaiki pengajaran,
memberikan umpan balik kepada siswa, berkontribusi terhadap penilaian yang lebih baik, dan
merupakan sumber informasi penting untuk perbaikan program, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pandangan tersebut selaras dengan pandangan Kenneth Wolf† and Ellen
Stevens (2007) yang menyajikan empat kelebihan penggunaan rubrik, yakni berkontribusi pada
peningkatan kualitas pembelajaran dengan adanya target pembelajaran yang lebih jelas,
memandu desain dan penyampaian instruksional, membuat proses penilaian lebih akurat dan
adil, dan memberikan peserta didik alat untuk penilaian diri dan umpan balik rekan. Namun
demikian Porath (2010) menyuarakan bahwa di samping kelebihan dari rubrik ini, terpampang
kelemahannya, yakni membatasi kreativitas peserta didik hanya seperti yang terdapat dalam
rubrik.
DAFTAR PUSTAKA
Hendriana,Heris. Euis Eti Rohaeti dan Utari Sumarmo.2017. HARD SKILLS dan SOFT
SKILLS MATEMATIKA SMA. Bandung: PT Refika Aditama
www.unhas.ac.id (18 februari 2020)
Mulyati.2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematis Siswa SMA
Melalui Strategi Preview-Question-Read-Reflekst-Recite-Review. Universitas
Pendidikan Indonesia ( http://repository.upy.edu/578/4/t
MTK1102516 CHAPTER1.pdf), diakses tanggal 18 februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai