Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman di era globalisasi semakin pesat dikarenakan pertukaran


informasi yang juga semakin cepat, Hal ini menyebabkan pembelajaran setiap siswa di
bumi semakin mudah dalam meningkatkan pengetahuannya, Setiap negara
mempersiapkan generasinya dengan berbagai macam metode pendidikan untuk
meningkatkan kualitas bangsanya, Bukan ganya pendidikan yang meningkatkan kualitas
secara akademisnya, tetapi juga meningkatkan intelegensinya.

Intelegensi adalah hal yang sangat penting dalam persaingan global ini.
Seseorang dengan intelegensi yang lebih tinggi mampu mempengaruhi orang-orang
dengan intelegensi yang lebih rendah darinya, Intelegensi tidak dapat diukur dengan
tinggi rendahnya tingkat akademisnya, intelegensi seseorang berkembang seiring
dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah, ketika seseorang memproleh
informasi baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
maka intelegensi orang tersebut telah meningkat dan begitu seterusnya. Kreativitas,
disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan
masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, Kreativitas erat
kaitannya dengan kehidupan manusia, Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah
penemuan besar, Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati
seleksi alam, Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk
kreativitas yang bermanfaat, Maka da ri itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian intelegensi ?

2. Apa Pengertian Kreativitas ?

3. Apa Hubungan antara intelegensi dan kreativitas ?

1.3 TU JUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang intelegensi,
informasi tentang intelegensi sangat penting bagi setiap orang agar dapat meningkatkan
tingkat intelegensinya dan pemahaman mengenai intelegensi dan hubungannya dengan
Kreativitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Istilah inteligensi atau yang dalam bahasa inggris disebut “intelligence”, berasal
dari kata “inteligere” yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain,
Beberapa definisi inteligensi, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, di jelaskan
sebagai berikut:

a. Terman (1923) dalam Sukardi (1997) Mengungkapkan bahwa inteligensi


adalah kemampuan untuk berfikir abstrak
b. Ebbinghaus (1897) dalam Suryabrata (1984) mendefinisikan inteligensi
sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi
c. Thorndike (1959) dalam Walgito (2001) mengungkapkan bahwa inteligensi
adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan untuk menentukan ketidak
lengkapan dari berbagai kemungkinan yang terjadi dalam perjuangan hidup
individu
d. Binet (1894) dalam Sukardi (1997) menyebutkan bahwa inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut dan untuk
bersikap kritis terhadap diri sendiri
e. Wechler (1958) dalam Sarwono (2000) mengatakan bahwa inteligensi
adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah,serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif
f. Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi pada hakikatnya adalah
suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu
kecakapan yang mengandung beberapa komponen

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah


kemampuan dasar yang besifat umum untuk berfikir abstrak dan membuat
kombinasi.

2.2 Pengukuran inteligensi

IQ (Intelligence Quotient) adalah suatu indeks tingkat relatif inteligensi seseorang,


Setelah dibandingkan orang lain yang sesuai dengannya, Dengan demikian, IQ pada
dasarnya adalah sebuah ukuran tingkat kecerdasan (khadijah, 2006). Secara global IQ
berisi pertanyaan-pertanyaan dan dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran de sekolah seperti:

a. Mengurangi kalimat-kalimat yang pendek atau panjang


b. Mengulang deretan angka-angka
c. Memperbandingkan berat timbangan
d. Menceritakan dan membandingkan isi gambar-gambar
e. Menyebutkan nama bermacam-macam warna, dan sebagainya (purwanto,
1990).

Dengan tes semacam inilah usia kecerdasan seseorang diukur/menentukan. Dari hasil tes
itu ternyata tidak tentu bahwa usia berdasarkan itu sama dengan usia sebenarnya (usia
kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan
IQ pada tiap-tiap orang.

2.3 Perkembangan inteligensi

1. Teori-teori inteligensi

Banyak sekali para ahli yang mengungkapkan berbagai persepsi dan teori
mengenai inteligensi, di antaranya:

a. Teori Faktor (Charles Spearmen)


Teori faktor berusaha mendeskribsikan struktur inteligensi, yang terrdiri
atas dua faktor utama, yakni faktor general yang mencakup semua
kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai
kegiatan, dan faktor spesifik yang mencakup berbagai faktor khusus
yang relevan dengan tugas tertentu.
b. Teori Struktural Inteligensi (Gardner)
Menurut Guilford, struktur kemampuan intelektual terdiri atas 150
kemampuan
c. Teori Multiple Intetelligence (Gardner)
Menurut Gardner, inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yaitu
linguistik, music, matematik logis, visual spasial, kinestetit spesifik,
sosial interpersonal, dan intrapersonal.
d. Teori Uni Faktor (Wilhelm stern)
Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan
umum, olek karena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum
e. Teori Multifaktor (E.L.Torndike)
Menurut teori ini, inteligensi terdiri atas bentuk hubungan neural antara
stimulus dengan respons
f. Teori Primary Mental Ability (Thrustone)
Mencoba menjelaskan tentang organisasi inteligensi dengan membagi
inteligensi menjadi kemampuan primer yang terdiri atas kemampuan
matematik, verbal atau berbahasa, visualisasi atau brfikir, membuat
keputusan, induktif maupun deduktif, mengenal dan mengamati.
g. Teori Sampling (Godfrey H. Thomson)
Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Inteligensi dapat berubah sepanjang waktu, Sebuah penelitian menunjukkan bahwa


inteligensi berubah sebanyak 28 poin antara usia 2,5 tahun hingga 17 tahun, bahkan
sepertujuh dari siswa dapat berubah hingga 40 poin (Mc Call, Appelbaum dan
Hongarry, dalam Eggen dan Kauchak). Perubahan ini dimungkinkan karena ada faktor-
faktor yang mempengaruhi, Sacara umum faktor-faktor yang mempengaruhinya, Secara
umum faktor-faktor yang memengaruhi inteligensi adalah:

a. Faktor pembawaan
b. Faktor minat dan pembawaan yang khas
c. Faktor pembentukan
d. Faktor kematangan
e. Faktor kebebasan

Kelima faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lain, jadi, untuk menentukan
kecerdasan seseorang tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor saja.

2.5 Jenis dan Pola Berpikir

Ada berbagai jenis tpe berfikir, Morgan dkk, membagi dua jenis, yaitu berfikir
autistic dan berfikir langsung. Berfikir autistic (autistic thinking) suatu proses yang
sangat pribadi menggunakan symbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi,
contohnya adalah mimpi, Berfikir langsung (directed thinking) adalah berfikir untuk
memecahkan masalah

De Bono (1998) mengemukakan dua tipe berfikir

1. Berfikir Vertikal/Berfikir Konvergen


Berfikir konvergen yang bersumber dari fungsi belahan-belahan otak kiri
ini merupakan cara berfikir vertikal, rasional metodis analitis, dan linier
menuju pada suatu kesimpulan tertentu, Orang dengan kecenderungan
berfikir secara konvergen mampu menangkap detail objek stimulasi dengan
baik, banyak membutuhkan fakta riil untuk membuat suatu kesimpulan,
lebih mementingkan struktur dan kepastian, serta menggunakan bahasa dan
logika dalam berfikir.
2. Berfikir Lateral/Berfikir Divergen
Cara berfikir divergen adalah pola berpikir seseorang yang lebih didominasi
oleh berfungsinya belahan otak kanan. Berpikir lateral menyangkut
pemikiran sekitar dari pusat persoalan (Crow, Keminsky dan Podell, 1997),
berpikir divergen adalah berfikir kreatif untuk memberikan bermacam-
macam kemungkinan jawaban. Cara berfikir konvergen menunjuk pada
pola berfikir yang menuju ke berbagai arah dengan ditandai oleh adanya
kelancaran (fluency).

2.6 Pengaruh inteligensi dan berfikir terhadap hasil belajar

Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat memengaruhinya. Belajar
sebagai proses atau aktivitas yang diisyatatkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-
faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar siswa tersebut
(http///www.depdiknas.go.id/ UURINo 20/2003-sistem Pendidikan Nasional, html)

Menurut Suryabrata, adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar


adalah:

1. Faktor dari dalam diri siswa meliputi:


a. Faktor psikis yaitu: IQ kemampuan belajar, motivasi belajar, sikap dan
perasaan, minat dan kondisi akibat keadaan sosiokultural.
b. Faktor fisiologis dibedakan menjadi dua, yaitu:1) keadaan jasmani pada
umunya, hal tersebut melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani
yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang
segar, 2) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
2. Faktor dari luar diri siswa
a. Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran,
disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokkan siswa
b. Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa,
interaksi guru dengan siswa
c. Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan
tempat, serta lingkungan

Jadi, dari penjelasan di atas bahwa inteligensi dan berfikir itu sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar seseorang hendaklah dalam keadaan tenang dan tidak banyak
gangguan dalam pikirannya. Inteligensi diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan
belajar dicapai seseorang. Berdasarkan hasil penelitian,prestasi belajar biasanya
berkolerasi searah dengan tingkat intelegensi artinya semakin tinggi tingkat intelegensi
seseorang maka semakin tinggi prestasi beljar yang dicapainya. Bahkan menurut
sebagian ahli intelegensi merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil
yang optimal.

G. KREATIVITAS

Dalam diri individu, terdapat kekuatan yang mampu menggerakkan kemajuan untuk
penelusuran, pengembangan, dan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, kekuatan tersebut dinamakan kreativitas, yaitu kekuatan yang diperlukan
individu untuk melakukan pengembangan diri dan memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi sebagai usaha mencapai suatu kemajuan, kreativitas individu pada umumnya
terkait dengan prestasi untuk meciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan cara
untuk menemukan pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh banyak orang.

Ciri suatu prilaku yang kreatif adalah adanya suatu hasil yang baru sebagai akibat
tingkah laku tersebut. Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan
pengalaman serta dipengaruhi oleh inteligensi, cara berfikir, ingatan, minat,seorang
dapat terjadi karena seseorang mengalami tantangan atau kendala dalam memecahkan
suatu masalah dalam hidupnya.

H. DEFINISI KREATIVITAS

Definisi kreativitas banyak dikemukakan oleh para ahli, Kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memungkinkan individu menciptakan
ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang (Widayatun,
1999), Sementara itu, Salso (1991) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah aktivitas
kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi.
Selanjutnya, Khun (1970) sebagaimana dikutip oleh Fernald (1989) menyatakan bahwa
yang disebut kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan konsep baru, gagasan
baru, metode baru, hubungan baru, dan gaya operasi yang baru

Terakhir Munandar (1995) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan


untuk membuat kombinasi baru dan asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data,
atau elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal yang bermakna dan bermanfaat.

I.Ciri kreativitas

Ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek afektif dan aspek kognitif.
Gufron dan Risnawati (2010) Merumuskan pendapat Munandar (1995) terkait ciri
afektif dan kognitif kreativita, yaitu:

a) Ciri afektif kreativitas


 Perasaan ingin tahu, Individu yang kreatif selalu merasa masih kurang
mengetahui berbagai hal sehingga terdorong untuk lebih banyak tahu melalui
banyak pertanyaan, kepekaan dalam pengamatan, serta perhatian terhadap
objek dan situasi.
 Bersifat mengkhayalkan. Individu yang kreatif pada umunya memiliki daya
khayal atau fantasi yang tinggi terhadap hal-hal yang belum ada.
 Tantangan kemajemukan. Individu yang kreatif merasa tertantang untuk
menghadapi dan memecahkan masalah dan situasi yang sulit, serta tertantang
untuk mengerjakan hal-hal yang sulit.
 Keberanian mengambil risiko. Individu yang kreatif terpanggil untuk berani
mengambil resiko untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang
dihadapi.
 Bersifat menghargai. Individu yang kreatif memiliki sikap mental yang dapat
menghargai pemberian bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan
kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya.
b) Ciri kognitif Kreativitas
 Kelancaran berfikir (kata, asosiasi, ekspresi, dan ide). Individu yang kreatif
pada umunya memiliki banyak gagasan, cara, jawaban, saran, pertanyaan,
dan pemecahan dalam menghadapi suatu masalah.Kelancaran berfikir
meliputi kelancaran kata atau kemampuan menghasilkan kata-kata,
kelancaran menghasilkan banyak persamaan (asosiasi), dan kelancaran
ekspresi yang menghasilkan kalimat dengan cepat dan memenuhi syarat tata
bahasa.
 Keluwesan berfiki. Individu yang kreatif memiliki kemampuan yang luwes
(fleksibel) untuk memberikan bermacam-macam alternatif guna
memecahkan masalah.
 Elaborasi. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dan memperkaya gagasan. Menambahkan atau
menguraikan secara detail suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik.
 Keaslian berfikir. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
menghasilkan gagasan baru yang belum ada sebelumnya.

J.Faktor yang memengaruhi kreativitas dan inteligensi

Kreativitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ambalie (1983)


sebagaimana dikutip oleh Gufron dan Risnawati (2010) mengungkapkan bahwa faktor-
faktor yang memengaruhi kreativitas adalah:

a. Kemampuan kognitif. Yaitu kemampuan yang terkait dengan pendidikan


formal dan informal individu, yang memengaruhi keterampilan sesuai
dengan masalah dan bidang yang dihadapi. Individu yang memiliki
pendidikan formal dan informal lebih kreatif dalam menghadapi masalah
yang dihadapi
b. Disiplin. Individu yang disiplin mampu mandiri dan memecahkan masalah
melalui ide-ide yang kreatif sehingga tidak mudah frustasi
c. Motivasi intrinsik. Berasal dari dalam diri individu yang memengaruhi
kreativitas dengan cara membandingkan semangat untuk belajar sebanyak-
banyaknya serta menambah pengetahuan dan keterampilan yang sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi
d. Lingkungan sosial. Yang dimaksud yaitu lingkungan yang tidak
menimbulkan tekanan pada individu, mis, pengawasan yang ketat,
pembatasan, dan penilaian, dapat menghasilkan ide-ide kreativitas dalam
memecahkan suatu masala

3 faktor yang memengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Inteligensi adalah indikator kualitas berpikir individu yang diperlukan agar


mampu memecahkan masalah secara rasional, misalnya, individu yang
memiliki IQ diatas rata-rata akan lebih berfikir kreatif dalam memecahkan
masalah dibandingkan individu yang memiliki IQ di bawa rat-rata
b. Kepribadian individu yang memiliki imajinasi, banyak inisiatif, minat yang
luas, kebebasan berpikir, keingintahuan yang tinggi, keinginan memiliki
banyak pengalaman, semangat, percaya diri, energik, dan berani mengambil
risiko berpengaruh besar terhadap tumbuhnya kreativitas
c. Lingkungan, lingkungan yang dapat mendukung dan memberikan rasa aman,
berupa lingkungan yang memberikan kebebasan sesuai norma dan etika yang
beraku dimasyarakat, saling menghargai satu dengan yang lain, dapat
memberikan rangsangan tumbuhnya kreativitas

K. Aspek Kretivitas

1) Aktivitas berpikir. Individu yang kreatif salah satunya ditentukan oleh aktivitas
berpikir yang bersifat kompleks karena berhubungan dengan perhatian, persepsi,
ingatan, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah
2) Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru. Individu yang kreatif selalu
mampu menghubungkan dua atau lebih gagasan, menciptakan suatu kombinasi
dengan konsep yang ada dalam pikiran, atau mengubah cara pandang yang ada
dengan cara pandang baru
3) Sifat baru atau orisinal. Individu yang kreatif mampu menciptakan produk baru
yang belum permah diciptakan sebelumnya dan dapat dinikmati orang banyak
4) Produk yang berwarna atau bernilai. Individu yang kreatif dapat menciptakan
karya baru yang bermanfaat dan bernilai.

Hubungan inteligensi dan Kreativitas

Kreativitas berkembang karena dipengaruhi faktor dominan inteligensi, orang yang


kreatif, umunya memiliki inteligensi tinggi, atau orang yang memiliki inteligensi tinggi
umunya memiliki kreativitas tinggi pula. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa
antara kreativitas dan inteligensi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
berkaitan
Inteligensi dan Kreativitas dalam keperawatan

Saat ini perkembangan ilmu teknologi dan informasi terlihat begitu pesat sehingga
memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan individu, Masalah dihadapi
individu semakin kompleks dan menuntut pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan yang tepat. Demikian pula perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
kesehatan pada umunya dan keperawatan pada khususnya, juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan. Di samping itu, hubungan
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya tidak jarang menimbulkan permasalahan bagi
seorang perawat.

Sehubungan dengan itu, seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan


sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dipecahkan sehingga diperlukan
pengambilan keputusan yang tepat guna memberikan pelayanan yang memberi
kepuasan pada pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.Oleh sebab itu, dengan
memahami teori inteligensi dan kreativitas, seorang perawat dapat melakukan intropeksi
diri mengenai tingkat inteligensi dan kreativitas yang dimiliki dirinya. Perawat yang
tingkat inteligensi dan kreativitasnya tinggi, Sebaliknya, perawat yang taraf inteligensi
dan kreativitasnya dibawah rata-rata akan mengalami hambatan dalam mengahadapi
masalah. Atas dasar itu, kerja sama tim dan sikap bahu-membahu sangat diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien karena dapat saling menutup
kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga pada akhirnya akan memberikan
keputusan pada pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Selain itu,perawat sering menghadapi hambatan dalam berkomunikasi, memberi


nasehat, memberikan pendidikan kesehatan, dan memberikan perintah pada pasien,
Pasien adalah manusia yang memiliki keunikan sehingga inteligensi dan kreativitas yang
dimilikinya juga berbeda-beda. Karena itu, hendaknya perawat memahami tingkat
inteligensi dan kreativitas pasien yang dirawatnya agar asuhan keperawatan yang
mereka berikan tepat sasaran, dan akhirnya dapat memberikan kepuasan pada pasien.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kreativitas berkembang karena dipengaruhi faktor dominan inteligensi


Orang yang kreatif, umunya memiliki inteligensi tinggi, atau orang yang
memiliki inteligensi tinggi umunya memiliki kreativitas tinggi pula, dengan kata
lain, dapat disimpulkan bahwa antara kreativitas dan inteligensi memiliki
hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan.

B. SARAN

Penulis sangat berharap adanya berbagai kalangan terutama yang memiliki


keahlian dalam inteligensi, dan kreativitas untuk memberikan saran dan kritik
agar kiranya memperluas pengertahuan kami.Apaliba para pembaca masih
kesulitan dalam memahami materi ini dapat dinyatakan kepada ahlinya atau
mencari referensi lain, karena penulis membuat makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai