PENDAHULUAN
Sumbatan hidung adalah salah satu masalah yang paling sering dikeluhkan
pasien ke dokter pada pelayanan primer. Ini adalah gejala bukan diagnosis, banyak
faktor dan kondisi anatomi yang dapat menyebabkan sumbatan hidung. Penyebab dari
sumbatan hidung dapat berasal dari struktur maupun sistemik. Yang disebabkan
struktur termasuk perubahan jaringan, trauma, dan gangguan congenital. Yang
disebabkan sistemik terkait dengan perubahan fisiologis dan patologis. Polip
merupakan salah satu dari penyebab rasa hidung tersumbat.
Polip hidung sampai saat ini masih merupakan masalah medis, selain itu juga
memberikan masalah sosial karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya
seperti di sekolah, di tempat kerja, aktifitas harian. Gejala utama yang paling sering
dirasakan adalah sumbatan di hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat
keluhannya, hal ini dapat mengakibatkan hiposmia sampai anosmia. Bila menyumbat
ostium sinus paranasalis mengakibatkan terjadinya sinusitis dengan keluhan nyeri
kepala dan hidung berair.
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.1
Banyak teori yang diajukan menganggap bahwa polip hidung adalah akibat dari kondisi
yang menyebabkan peradangan kronis pada hidung dan sinus hidung yang ditandai oleh
edema stroma dan variabel seluler infiltrat. Namun, etiologi polip hidung jelas belum
diketahui dengan pasti Sampai saat ini, polip nasi masih banyak menimbulkan
perbedaan pendapat. Dengan patogenesis dan etiologi yang masih belum ada
kesesuaian, maka sangatlah penting untuk dapat mengenali gejala dan tanda polip nasi
untuk mendapatkan diagnosis dan pengelolaan yang tepat.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Tn. H
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anamnesis tanggal : 31 januari 2020
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Sudah kawin
2.2 Keluhan utama : Hidung tersumbat
Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk dengan keluhan hidung tersumbat yang dirasakan sejak 4 tahun
yang lalu, keluhan ini dirasakan makin lama makin berat. Pada bulan desember 2019
pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan susah bernafas melalui hidung dan harus
bernafas melalui mulut , hidung berair ada, riwayat sering bersin-bersin ada.
Perdarahan dari hidung tidak ada, gangguan penghidu ada. Riwayat demam tidak ada,
riwayat batuk tidak ada, riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
Pasien sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Bantaeng kemudian pasien dirujuk ke
Rumah Sakit Unhas untuk melakukan tindakan operasi. Riwayat alergi ada, yaitu alergi
debu. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada . Riwayat hipertensi tidak
ada. Riwayat diabetes melitus disangkal.
2.3 Pemeriksaan telinga
Kanan Kiri
1. Daun Telinga
Bentuk : Normal Normal
Ukuran : Normotia Normotia
Sikatriks : Tidak ada Tidak ada
2. Depan Telinga
Abses/Fistel : Tidak ada Tidak ada
Sikatriks : Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus : Tidak ada Tidak ada
3. Belakang Telinga
Abses/Fistel : Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak ada Tidak ada
Tumor : Tidak ada Tidak ada
4. Liang Telinga Luar
Warna : Tidak hiperemis Tidak hiperemis
Edema : Tidak ada Tidak ada
Sekret (Sifat) : Tidak ada Tidak ada
5. Selaput Gendang
Permukaan : Licin Retraksi
Warna : Transparan, intak Transparan, intak
Perforasi : Tidak ada Tidak ada
- Ukuran
4. Dinding Media Rongga Hidung
Warna : Sulit dinilai
Permukaan (Deviasi) : Sulit dinilai
Edema (Hipertrofi) : Ada
3.2 Epidemiologi
Prevalensi polip nasi yang dilaporkan bervariasi antara 1-4% dari populasi. Lebih
sering terjadi pada lelaki dengan puncak insiden pada usia 40 sampai 60 tahun.
Menurut data yang dipublikasikan di USA, polip nasi terjadi pada 2% - 5% dari
populasi umum dan merupakan 5% dari kunjungan konsultasi ke ahli THT. Angka
kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Di Indonesia, angka
kejadian belum diketahui dengan pasti.2,3
3.3 Etiologi
Banyak teori yang diajukan menganggap bahwa polip hidung adalah akibat dari
peradangan kronis pada hidung dan sinus hidung yang ditandai dengan edema stroma
dan variabel seluler infiltrat. Sementara dalam banyak kasus penyebab awal
terbentukny mungkin berbeda. Namun, etiologi polip hidung yang pasti belum
diketahui dengan pasti. Sebelumnya diasumsikan bahwa alergi sebagai faktor
predisposisi untuk polip hidung karena gejala rhinorrhea berair dan pembengkakan
mukosa ditemukan pada kondisi tersebut, terkait dengan banyak eosinofil yang
ditemukan dalam sekresi hidung. Namun, sedikit bukti yang ditemukan untuk
mendukung hubungan tersebut satu sama lain hanya 1% -2% dari pasien yang memiliki
skin prick test positif dalam studi epidemiologi. Namun, adapula penelitian yang
menunjukkan bahwa IgE total dan spesifik serta hasil histologis tipe alergi lainnya dari
polip tidak terkait dengan tes tusukan kulit positif tetapi berkorelasi dengan kadar
eosinofil. Oleh karena itu, kemungkinan mekanisme alergi lokal dengan tidak adanya
fitur sistemik dapat memainkan peran dalam patogenesis polip.4
3.4 Patogenesis
Secara umum etiologi dari polip nasi belum dapat diketahui secara pasti
begitupun mekanisme dasar terjadinya polip nasi juga belum diketahui dengan pasti dan
masih diperdebatkan para ahli. Salah satunya menurut Mygind yang merangkum
berbagai macam teori dan memberikan hipotesis pembentukan polip hidung terlihat
pada gambar di bawah ini. 7
Dari gembar tersebut diatas dijelaskan bahwa polip nasi terbetuk akbat edem. Edem
ini terjadi karena adanya peingkatan permeabilitas membaran vaskuler. Peningkatan
permeabilitas ini akibat hilangnya persarafan pembuluh darah dan lepasnya histamine
saat degranulasi mastosit. Lepasnya histamine tidak hanya dengan peranan IgE (reaksi
alergi), tetapi juga dapat karena factor- factor non imunologis seperti obat- obatan,
trauma mekanis dan sebagainya. Proses pembentukan polip hidung diduga melalui
tahap yaitu: 5,6
Pendapat ahli yang lain menyatakan bahwa apapun penyebabnya pembentukan polip
hidung dimulai dengan peningkatan eksudasi dari pembuluh darah, udem lamina
propria, dan kemudian penonjolan mukosa hidung Penelitian terkini menyatakan
adanya peran sitokin pada proses pembentukan polip. Diantaranya Granulocyte
Stimulating Factor (GM-CSF), IL3, IL4, dan IL5, juga Interferon. GM-CSF yang
dikeluarkan oleh fibroblast berfungsi menunjangn kelangsungan eosinophil dan
proliferasi makrofag. Ini membuktikan bahwa mekanisme alergi yang menyebabkan
eosinophilia diproduksi oleh sitokin tipe Th2 sedang yang non alergi masih belum jelas
dengan melibatkan GM-CSF, IL3 dan IFBg. Hal ini mungkin disebabkan pada polip
nasi terdapat pula Th1 dengan peningkatan rasio IFNg dan IL4. Selain itu didapatkan
pula peningkatan Regulated upon Activation Nove; T Cell Expression and Presumably
Secreted (RANTES), eotaksin, Transforming growth factor b (TGFb) pada pasien
polipalergi maupun non aleri. TGFb yang diproduksi eosinophil akan menyebabkan
penebalan membrane basalis, fibrosis stroma dan hiperplasi epitel. Peningkatan IgE
total dan IgE spesifik juga didapatkan pada polip nasi. Bebrapa molekul adhesi dan
matriks ekstra seluler juga meningkat seperti intercellular Adhesion Molecule 1 (ICAM
1) dan kolagen.. 5,6
Dinyatakan juga bahwa polip hidung tidak mengandung saraf otonom kecuali bagian
tangkai. Hilangnya pesarafan tersebut belum diketahui penyebabnya, perlu penelitian
lebih lanjut. Factor- factor yang merusak saraf yaitu infeksi, intoleransi aspirin, fibrosis
kistik merupakan factor penyebab terjadinya polip, sedangkan lepasnya histamine
merupakan factor penunjang. 5
3.8 Prognosis
Umumnya prognosis dari kasus ini dapat membaik dengan pengobatan yang
adekuat dengan menghilangkan keluhan serta mencegah komplikasi dan rekurensi
polip. Namu, kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip
yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Keberhasian terapi dari
pembedahan juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh dari pasien itu sendir yang dapat
menentukan keberhasilan dari tindakan yang diberikan. 6
3.9 Komplikasi
Polip hidung yang masih dalam ukuran kecilyang belum menutupi cavum nasi
biasanya belum menimbulkan gejala bahkan belum banyak dikeluhkan. Namun,
perubahan ukuran yang semakin membesar yang seringkali menimbulkan gejala dan
dapat menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang dapat muncul adalah
terjadinya sinusitis yang diakibatkan muara dari sinus sinus yang terhalang oleh polip
hidung. Selain itu dapat pula mengganggu jalan napas yang dapat menimbulkan sesak.
Seringkali yang perlu diwaspadai ialah komplikasi yang ditimbulkan akibat penanganan
secara operatif atau tidakan bedah agar tidak terjadi komplikasi iatrogenic. 5
BAB IV
PENUTUP
Polip nasi merupakan salah satu penyakit THT yang memberikan keluhan sumbatan
pada hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat dirasakan.Banyak teori yang
diajukan menganggap bahwa polip hidung adalah akibat dari kondisi yang
menyebabkan peradangan kronis pada hidung dan sinus hidung yang ditandai oleh
edema stroma dan variabel seluler infiltrat. Sementara dalam banyak kasus penyebab
awal mungkin berbeda. Namun, etiologi polip hidung jelas belum diketahui dengan
pasti. Sebelumnya diasumsikan bahwa alergi sebagai faktor predisposisi untuk polip
hidung polip terbanyak. Pada anamnesis pasien, didapatkan keluhan obstruksi hidung,
anosmia, adanya riwayat rinitis alergi, keluhan sakit kepala daerah frontal atau sekitar mata dan
adanya sekret hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan masaa yang lunak,
bertangkai, mudah digerakkan, tidak ada nyeri tekan dan tidak mengecil pada pemberian
vasokonstriktor lokal. Penatalaksanaan untuk polip nasi bisa secara konservatif maupun
operatif, yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan keluhan dari pasien
sendiri. Pada pasien dengan riwayat rinitis alergi, polip nasi mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk rekuren. Sehingga kemungkinan pasien harus menjalani polipektomi
beberapa kali dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA