BAB I
PENDAHULUAN
No Istilah Definisi
1 MR (Maesles Infeksi virus yang sangat menular, biasanya pada masa
Rubella) kanak-kanak, terutama menyerang saluran pernafasan dan
jaringan retikuloenotelia
2 Lokmin (loka Pertemuan yang diselenggarakan tiap bulan di puskesmas
karya mini) yang dihadiri oleh staf puskesmas, puskesmas pembantu,
Triwulan dan dibantu oleh bidan di desa serta dipimpin kepala
puskesmas
3
1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah
gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4
indikator yakni:
- Lingkungan sehat
- Perilaku sehat
- Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
- Derajat kesehatan penduduk kecamatan
5
Program Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014, Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
1) Program yang wajib :
Promosi kesehatan
Program pencegahan pemberantasan penyakit
menular
Program pelayanan pemberantasan penyakit tidak
menular
Program pengobatan
Program pelayanan kesehatan ibu dan anak
Program pelayanan perbaikan gizi masyarakat
Program pelayanan sanitasi lingkungan / kesehatan
lingkungan
Pencatatan dan pelaporan
2) Program tambahan :
Pelayanan laboratorium
Program pelayanan kesehatan gigi dan mulut
7
2. Hak Puskesmas
Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014 dalam Bab II
Pasal 6
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan
yang diperlukan.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait.
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas.
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan.
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
9
Ayat (5)
Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
tidak tersedia seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, maka Kepala Puskesmas merupakan tenaga
kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.
(Menkes RI, 2014)
Pelaksanaan penilaian
A. Di tingkat Puskesmas
1) Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka mawas diri
mengukur keberhasilan kinerjanya.
2) Kepala Puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas untuk
melakukan kompilasi hasil pencapaian (out – put dan out –
come).
3) Masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan
pengumpulan data pencapaian, dengan memperhitungkan
cakupan hasil (out-put) kegiatan dan mutu bila hal tersebut
memungkinkan.
4) Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggung jawab
kegiatan melakukan analisis masalah, identifikasi kendala/
hambatan, mencari penyebab dan latar belakangnya,
mengenali faktor-faktor pendukung dan penghambat.
5) Bersama-sama tim kecil Puskesmas menyusun rencana
pemecahannya dengan mempertimbangkan kecenderungan
timbulnya masalah (ancaman) ataupun kecenderungan
untuk perbaikan (peluang) dengan metoda analisis
sederhana maupun analisa kecenderungan dengan
menggunakan data yang ada.
6) Hasil perhitungan, analisa data dan usulan rencana
pemecahannya dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/
kota.
20
(Depkes, 2006)
agama
2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
agama, pertanian.
3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.
4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,
agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB.
5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga
kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan.
6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
B. Proses
Inventarisasi peran bantu masing masing sektor
Analisis masalah peran bantu dai masing masing sektor
Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
C. Keluaran
Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam
mendukung program kesehatan
Rencana kegiatan masing-masing sektor
3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah
keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin
sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan
kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa
Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan.
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait
tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan
dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara
lain:
31
4. Azas rujukan
penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal
puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
32
Tabel 1.2. jadwal imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Tabel 1.4. jadwal imunisasi Lanjutan pada pada Wanita Usia Subur
(WUS)
Catatan:
Jika anak belum mendapatkan imunisasi MR pada usia 9 bulan,
maka imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia 11
bulan
Jika anak belum mendapatkan imunisasi lanjutan pada usia 18
bulan, maka imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia
24 bulan.
2.6 Kesimpulan
Dokter Agnes, kepala puskesmas Kampung Duku mengadakan
persiapan lokakarya mini triwulan untuk membahas program imunisasi
MR (Maesles Rubella) setelah mengikuti rapat evaluasi bulanan.
2.7 Kerangka Konsep
Program MR