Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat adalah
blok ke dua puluh dua pada semester VII dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus
skenario B yang memaparkan Dokter Agnes, seorang kepala Puskesmas
Kampung Duku yang sudah tiga tahun bekerja, baru pertama kali
mendapatkan kegiatan yang disebut program MR (Maesles Rubella)
setelah mengikuti rapat evaluasi bulanan di Kabupaten. Sebagai pemimpin
rapat evaluasi bulanan di kabupaten, Kepala Dinas Kesehatan meminta
kepada seluruh Kepala Puskesmas untu segera merencanakan kegiatan di
wilayah kerja Puskesmas masing-masing dan berkoordinasi dengan Camat
setempat untuk pelaksanaan program MR tersebut.
Di Puskesmas Kampung Duku, dokter Agnes memanggil petugas
Imunisasi dan petugas Puskesmas lainnya (lintas program), untuk
membawa semua hasil capaian target program terakhir (penilaian kinerja
puskesmas) terutama imunisasi Campak sebagai bahan persiapan Lokmin
triwulan dengan mengajak seluruh Lintas Sektor di kecematan , sesuai
azas penyelenggaraan Puskesmas.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Sheilla Yonaka Lindri, M.Kes
2

Moderator : Oktavian Pramudiah


Notulen : Lia Resti Hermanto
Sekretaris Papan : Najwa Anggraeni Kadir
Waktu : Selasa, 30 Oktober 2018 (Tutorial Ke-1)
Kamis, 1 November 2018 (Tutorial Ke-2)
Rule Tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan
pendapat.
3. Berbicara yang sopan dan penuh tata karma.

2.2 Skenario Kasus


“ Program MR Agnes “
Dokter Agnes, seorang kepala Puskesmas Kampung Duku yang sudah
tiga tahun bekerja, baru pertama kali mendapatkan kegiatan yang disebut
program MR (Maesles Rubella) setelah mengikuti rapat evaluasi bulanan
di Kabupaten. Sebagai pemimpin rapat evaluasi bulanan di kabupaten,
Kepala Dinas Kesehatan meminta kepada seluruh Kepala Puskesmas untuk
segera merencanakan kegiatan di wilayah kerja Puskesmas masing-masing
dan berkoordinasi dengan Camat setempat untuk pelaksanaan program MR
tersebut.
Di Puskesmas Kampung Duku, dokter Agnes memanggil petugas
Imunisasi dan petugas Puskesmas lainnya (lintas program), untuk
membawa semua hasil capaian target program terakhir (penilaian kinerja
puskesmas) terutama imunisasi Campak sebagai bahan persiapan Lokmin
triwulan dengan mengajak seluruh Lintas Sektor di kecematan , sesuai
azas penyelenggaraan Puskesmas.
2.3 Klarifikasi Istilah

No Istilah Definisi
1 MR (Maesles Infeksi virus yang sangat menular, biasanya pada masa
Rubella) kanak-kanak, terutama menyerang saluran pernafasan dan
jaringan retikuloenotelia
2 Lokmin (loka Pertemuan yang diselenggarakan tiap bulan di puskesmas
karya mini) yang dihadiri oleh staf puskesmas, puskesmas pembantu,
Triwulan dan dibantu oleh bidan di desa serta dipimpin kepala
puskesmas
3

4 Lintas Kerjasama didalam lingkup puskesmas


Program
5 Lintas Sektor Kerjasama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang
diluar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama
mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak
langsung terhadap kesehatan manusia.
7 Rapat Pertemuan bulanan yang diadakan untuk mendiskusikan
evaluasi hasil atau memberikan penilaian pada suatu program kerja
bulanan

2.4 Identifikasi Masalah


1. Dokter Agnes, seorang kepala Puskesmas Kampung Duku yang sudah
tiga tahun bekerja, baru pertama kali mendapatkan kegiatan yang
disebut program MR (Maesles Rubella) setelah mengikuti rapat
evaluasi bulanan di Kabupaten.
2. Sebagai pemimpin rapat evaluasi bulanan di kabupaten, Kepala Dinas
Kesehatan meminta kepada seluruh Kepala Puskesmas untuk segera
merencanakan kegiatan di wilayah kerja Puskesmas masing-masing
dan berkoordinasi dengan Camat setempat untuk pelaksanaan program
MR tersebut.
3. Di Puskesmas Kampung Duku, dokter Agnes memanggil petugas
Imunisasi dan petugas Puskesmas lainnya (lintas program), untuk
membawa semua hasil capaian target program terakhir (penilaian
kinerja puskesmas) terutama imunisasi Campak sebagai bahan
persiapan Lokmin triwulan dengan mengajak seluruh Lintas Sektor di
kecematan , sesuai azas penyelenggaraan Puskesmas.

2.5 Analisis Masalah


1. Dokter Agnes, seorang kepala Puskesmas Kampung Duku yang sudah
tiga tahun bekerja, baru pertama kali mendapatkan kegiatan yang
disebut program MR (Maesles Rubella) setelah mengikuti rapat
evaluasi bulanan di Kabupaten.
a. Apa saja tingkatan puskesmas?
Jawab :
4

Sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan puskesmas di


daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah
penduduk sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi
kegiatan- kegiatan yang beradadi suatu kecamatan, maka salah satu
puskesmas tersebut ditunjuk sebagai penanggung jawab dan
disebut dengan nama puskesmas tingkat kecamatan atau yang
disebut puskesmas pembina. Dan puskesmas-puskesmas yang ada
ditingkat kelurahan atau desa disebut puskesmas kelurahan atau
yang lebih dikenal dengan puskesmas pembantu. (nurhidayah,
2017)

b. Apa visi dan misi serta program puskesmas?


Jawab :
Menurut Kementrian Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat. Visi dan Misi Puskesmas, adalah:

1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah
gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4
indikator yakni:

- Lingkungan sehat
- Perilaku sehat
- Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
- Derajat kesehatan penduduk kecamatan
5

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus


mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat. (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004)
2. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1) Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan
sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar
memperhatikan aspek kesehatan yakni pembangunan yang
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
6

pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh


anggota masyarakat.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek
lingkungan yang bersangkutan.
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004)

Program Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014, Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
1) Program yang wajib :
 Promosi kesehatan
 Program pencegahan pemberantasan penyakit
menular
 Program pelayanan pemberantasan penyakit tidak
menular
 Program pengobatan
 Program pelayanan kesehatan ibu dan anak
 Program pelayanan perbaikan gizi masyarakat
 Program pelayanan sanitasi lingkungan / kesehatan
lingkungan
 Pencatatan dan pelaporan
2) Program tambahan :
 Pelayanan laboratorium
 Program pelayanan kesehatan gigi dan mulut
7

 Pelayanan usaha kesehatan kerja


 Pelayanan usia lanjut
 Program pelayanan sistem kewaspadaan dini
 Program pelayanan imunisasi
 Program kesehatan reproduksi
 Program kesehatan mata
 Program kesehatan olahraga

c. Apa tugas kepala puskesmas?


Jawab :
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) No. 75 Tahun 2014 Pasal 33 dan 34, yaitu:
1) Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas.
2) Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di
Puskesmas.
3) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Kepala Puskesmas merencanakan dan
mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
4) Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
tidak tersedia seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, maka Kepala Puskesmas merupakan
tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah
diploma tiga.

d. Apa hak dan kewajiban kepala puskesmas?


Jawab :
1. Kewajiban
Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014 dalam Bab II
Pasal 4
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untukmencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanyadalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
Pasal 5
8

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah


kerjanya.
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Hak Puskesmas
Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014 dalam Bab II
Pasal 6
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan
yang diperlukan.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait.
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas.
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan.
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Pasal 7
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
9

a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara


komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi.
f. melaksanakan rekam medis.
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan aksesPelayanan Kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensiTenaga Kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan sistem rujukan.

e. Apa saja syarat untuk menjadi kepala puskesmas?


Jawab :
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 Pasal 33 Ayat (2)
Kepala puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki
kompetensi manajemen kesehatan masyarakat
2) Masa kerja dipuskesmas minimal 2 tahun
3) Telah mengikuti pelatihan manajemen puskesmas

Ayat (5)
Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
tidak tersedia seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, maka Kepala Puskesmas merupakan tenaga
kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.
(Menkes RI, 2014)

f. Apa yang dimaksud rapat evaluasi bulanan?


Jawab :
10

Rapat evaluasi bulanan yaitu rapat penilaian yang subjektif dan


sistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang direncanakan,
sedang berlangsung, ataupun yang telah diselesaikan pada setiap
bulan (Depkes RI, 2006).

g. Apa saja yang dibahas dalam rapat evaluasi bulanan?


Jawab :
Yang dibahas dalam rapat evaluasi bulanan adalah:
1. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan
dukungan sektor terkait.
2. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor
dalam pelaksanaan program kesehatan.
3. Merumuskan cara penyelesaian masalah.
4. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk
tribulan baru.
(Depkes RI, 2006)

h. Siapa saja yang terlibat dalam rapat evaluasi bulanan?


Jawab :
1. Kepala puskesma
2. Selutuh petugas puskesmas (perawat, bidan, pemegang
program puskesmas) (Depkes RI, 2006)
i. Bagaimana cara penilaian dari kinerja puskesmas?
Jawab :
Kegiatan penilaian yang dilakukan pada akhir tahun anggaran.
Kegiatan yang dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan
dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana
tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang
dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua. Pertama,
sumber data primer yakni yang berasal dari SIMPUS dan
berbagai sumber data lain yang terkait, yang dikumpulkan
secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber data
sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan
triwulanan.
11

2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan


sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang
ditemukan untuk rencana tahun berikutnya
(Kemenkes, 2004).

Langkah Penilaian kinerja puskesmas


Pelaksanaan penilaian kinerja Puskesmas meliputi serangkaian
kegiatan yang dimulai sejak awal tahun anggaran pada saat
penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas. Selanjutnya
dilakukan pengumpulan data yang dipantau dan dibahas melalui
forum Lokakarya Mini baik bulanan dengan lintas program di
dalam Puskesmas maupun Lokakarya Mini tribulanan yang
melibatkan lintas sektor di kecamatan.
Penilaian kinerja Puskesmas meliputi Puskesmas dan
jaringannya yaitu Puskesmas, Puskesmas Pembantu, bidan di desa
serta berbagai UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat
lainnya. Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/
kota, maka pada proses pelaksanaannya tetap dibawah bimbingan
dan pembinaan dinas kesehatan kabupaten/kota.
1. Penetapan target Puskesmas
Target Puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentuk angka
nominal atau persentase yang akan dicapai Puskesmas pada
akhir tahun.
2. Pengumpulan data hasil kegiatan
a) Hasil kegiatan yang diperhitungkan adalah hasil kegiatan
pada periode waktu tertentu. Penetapan periode waktu
penilaian ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota bersama Puskesmas. Sebagai contoh
periode waktu penilaian adalah bulan Januari sampai
dengan bulan Desember. Penilaian kinerja Puskesmas
merupakan salah satu simpul dari satu rangkaian kegiatan
dalam manajemen Puskesmas. Oleh karena penilaian
kinerja adalah kegiatan untuk menilai kinerja Puskesmas
12

berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka


periode waktu penilaian disesuaikan/ disinkronkan pula
dengan perencanaan.
b) Yang dimaksud dengan hasil kegiatan Puskesmas di sini
adalah Puskesmas beserta jaringannya yaitu Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan di Desa serta
hasil pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.
c) Data untuk menghitung hasil kegiatan diperoleh dari
SP2TP dan pencatatan hasil kegiatan yang ada/ dibuat
Puskesmas, tidak hanya terbatas pada laporan SP2TP yang
dikirim ke dinas kesehatan kabupaten/ kota.
3. Pengolahan data
a) Cakupan hasil (out-put) dan hasil mutu dari kegiatan yang
telah ditetapkan untuk dilaksanakan di Puskesmas, dihitung
dengan membandingkan hasil yang telah dicapai terhadap
target standar yang telah ditetapkan.
b) Penilaian akhir tingkat kelompok Puskesmas tidak lagi
diperhitungkan berdasarkan nilai bobot
4. Analisis hasil dan langkah pemecahan
a) Melakukan identifikasi masalah, kendala/ hambatan dan
penyebab serta latar belakangnya dengan cara mengisi
format analisa data dengan mencantumkan kesenjangan
hasil kegiatan pokok dan hasil kegiatan lainnya yang
terkait, input sumberdaya pendukungnya, lingkungan sosial
dan fisik yang mempengaruhi serta proses pelaksanaannya.
b) Mencari alternatif dalam upaya penanggulangan/
pemecahan masalahnya.
c) Merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah dengan
memperhatikan arahan dan rencana pengembangan di
dalam wilayah kabupaten/ kota
d) Merumuskan bentuk rencana usulan kegiatan tahun depan,
sebagai bagian dari kegiatan perencanaan Puskesmas.
5. Pelaksanaan penilaian
a) Di tingkat Puskesmas
13

1) Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka mawas diri


mengukur keberhasilan kinerjanya.
2) Kepala Puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas
untuk melakukan kompilasi hasil pencapaian (out –put
dan out – come).
3) Masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan
pengumpulan data pencapaian, dengan
memperhitungkan cakupan hasil (out-put) kegiatan dan
mutu bila hal tersebut memungkinkan.
4) Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggung
jawab kegiatan melakukan analisis masalah, identifikasi
kendala/ hambatan, mencari penyebab dan latar
belakangnya, mengenali faktor-faktor pendukung dan
penghambat.
5) Bersama-sama tim kecil Puskesmas menyusun rencana
pemecahannya dengan mempertimbangkan
kecenderungan timbulnya masalah (ancaman) ataupun
kecenderungan untuk perbaikan (peluang) dengan
metoda analisis sederhana maupun analisa
kecenderungan dengan menggunakan data yang ada.
6) Hasil perhitungan, analisa data dan usulan rencana
pemecahannya dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/ kota.
b) Di tingkat kabupaten/ kota
1) Menerima rujukan/ konsultasi Puskesmas dalam
melakukan perhitungan hasil kegiatan, menganalisa
data dan membuat pemecahan masalah.
2) Memantau dan melakukan pembinaan sepanjang tahun
pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan
prioritas masalah.
3) Melakukan verifikasi hasil perhitungan akhir kegiatan
Puskesmas dan bersama dengan Puskesmas
menghitung dan menetapkan kelompok peringkat
kinerja Puskesmas.
14

4) Melakukan verifikasi analisa data dan pemecahan


masalah yang telah dibuat Puskesmas dan membuat
rencana usulan kegiatan berdasarkan kesepakatan
bersama dengan Puskesmas
5) Mengirim umpan balik ke Puskesmas dalam bentuk
penetapan kelompok Puskesmas, evaluasi hasil kinerja
Puskesmas dan rencana usulan kegiatan Puskesmas.
6) Penetapan target dan dukungan sumberdaya
masingmasing Puskesmas berdasarkan evaluasi hasil
kinerja Puskesmas dan rencana usulan kegiatan tahun
depan.
(Depkes RI, 2006)

2. Sebagai pemimpin rapat evaluasi bulanan di kabupaten, Kepala Dinas


Kesehatan meminta kepada seluruh Kepala Puskesmas untuk segera
merencanakan kegiatan di wilayah kerja Puskesmas masing-masing
dan berkoordinasi dengan Camat setempat untuk pelaksanaan program
MR tersebut.
a. Apa makna kepala dinas kesehatan meminta kepada seluruh
Kepala Puskesmas untuk segera merencanakan kegiatan di
wilayah kerja Puskesmas masing-masing dan berkoordinasi
dengan Camat setempat untuk pelaksanaan program MR
tersebut?
Jawab:
Makna kepala dinas kesehatan meminta kepada seluruh Kepala
Puskesmas untuk segera merencanakan kegiatan di wilayah kerja
Puskesmas masing-masing dan berkoordinasi dengan Camat
setempat untuk pelaksanaan program MR tersebut adalah Kepala
Puskesmas harus membuat PKP (Penilaian Kinerja Puskesmas)
mengenai imunisasi campak.
Pelaksanaan PKP dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai
instrumen mawas diri karena setiap Puskesmas melakukan
penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan
15

kabupaten/kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek


penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan dalam manajemen
kegiatan termasuk mutu pelayanan.
(Depkes, 2006)

b. Apa yang dimaksud dengan PKP?


Jawab :

Yang dimaksud dengan penilaian kinerja puskesmas adalah


suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi
puskesmas. Pelaksanaan dimulai dari tingkat Puskesmas, sebagai
instrumen mawas diri karena setiap Puskesmas melakukan
penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian dinas kesehatan
kabupaten/kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek
penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan dan manajemen
kegiatan termasuk mutu pelayanan (khusus bagi Puskesmas yang
telah mengembangkan mutu pelayanan) atas perhitungan seluruh
Puskesmas. Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan
kabupaten/kota bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas
dalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya.
Pada setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan kabupaten/kota
dapat melakukan analisa tingkat kerja Puskesmas berdasarkan
rincian nilainya, sehingga urutan pencapaian kinerjanya dapat
diketahui, serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam
dan terfokus.
(Depkes RI, 2006)

c. Apa saja Instrumen PKP?


Jawab :
PKP merupakan satu-satunya instrumen kinerja yang digunakan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menilai kinerja
puskesmas. Ada tiga ruang lingkup kegiatan puskesmas yang
dinilai dalam PKP yakni penilaian terhadap pencapaian pelayanan
kesehatan, manajemen puskesmas dan mutu pelayanan puskesmas.
16

Pada komponen pencapaian pelayanan kesehatan yang dinilai


adalah program wajib dan pengembangan yang dilakukan oleh
puskesmas. Untuk program wajib puskesmas setidaknya ada 30
jenis kegiatan puskesmas yang dipakai sebagai indikator penilaian.
Semua jenis kegiatan ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan
oleh puskesmas. Sedangkan pada program pengembangan atau
inovatif puskesmas ada 13 jenis kegiatan yang dapat dilakukan
oleh puskesmas. Khusus untuk program pengembangan ini, setiap
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat menyesuaikan dengan
program pengembangan yang dilakukan di Kota/ Kabupatennya.
Selain menilai kinerja pencapaian pelayanan, instrumen PKP juga
menilai mengenai mutu pelayanan puskesmas. Namun, terlihat
ketidaksesuaian pada kedua ruang lingkup penilaian tersebut.
Pelayanan yang dilakukan puskesmas baik wajib maupun
pengembangan hanya dinilai mutu pelayanannya melalui 11
indikator mutu saja, sedangkan jenis kegiatan yang dinilai dalam
ruang lingkup manajemen puskesmas mencakup 6 jenis kegiatan
manajemen yang dilakukan oleh puskesmas sehari-hari.
A. Akomodasi Fungsi Puskesmas dalam Komponen Penilaian
Kinerja Puskesmas untuk Program Wajib Puskesmas
 Promosi Kesehatan : Pengembangan desa siaga,
Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS, Pengembangan
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM),
Penyuluhan NAPZA
 Kesehatan Lingkungan : Penyehatan air, Penyehatan
makanan dan minuman, Penyehatan perumahan dan
sanitasi dasar, Pembinaan tempat-tempat umum, Klinik
sanitasi, STBM
 Upaya Perbaikan Gizi : Pelayanan gizi masyarakat,
Penanganan gangguan gizi, Pemanfaatan status gizi
 KIA termasuk KB : Kesehatan ibu, Kesehatan bayi, Upaya
kesehatan balita dan anak pra sekolah, Upaya kesehatan
17

anak usia sekolah dan remaja, Pelayanan keluarga


berencana
 Upaya P3M : Diare, ISPA, Kusta, TB Paru, Pencegahan dan
penanggulangan PMS dan HIV/AIDS, Demam Berdarah
(DBD), Malaria, Pencegahan dan penanggulangan rabies,
Pelayanan imunisasi, Pengamatan penyakit (surveilans
epidemiologi)
 Pengobatan : Pengobatan dan Pemeriksaan laboratorium
B. Akomodasi Fungsi Puskesmas dalam Komponen Penilaian
Kinerja Puskesmas untuk Program Pengembangan Puskesmas
 Puskesmas dengan rawat inap
 Upaya kesehatan usia lanjut
 Upaya kesehatan mata/ pencegahan kebutaan
 Upaya kesehatan telinga/ pencegahan gangguan
pendengaran
 Upaya kesehatan jiwa
 Upaya kesehatan olah raga
 Pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi
 Perawatan kesehatan masyarakat
 Bina kesehatan tradisional
 Bina kesehatan kerja
 Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS
 Pengembangan UKBM
 Program gizi
C. Akomodasi Fungsi Puskesmas dalam Komponen Penilaian
Kinerja Puskesmas untuk Penilaian Mutu Pelayanan Puskesmas
 Drop out pelayanan ANC (K1- K4)
 Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
 Penanganan Komplikasi Obstetri / risiko tinggi
 Error rate pemeriksaan BTA
 Error rate pemeriksaan darah malaria
 Kepatuhan terhadap standar ANC
 Kepatuhan terhadap standar pemeriksaan TB Paru
 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Puskesmas
 Kematian kasus diare setelah dirawat >48 jam (Nilai
Negatif)
 Balita bawah garis merah
 Drop Out DPT 1 – Campak
(Putri, et al., 2017)
18

d. Apa tujuan dari PKP ?


Jawab :
1) Tujuan Umum
Tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas
secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Tujuan Khusus
a) Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan
dan mutu kegiatan serta manajemen Puskesmas pada akhir
tahun kegiatan.
b) Mengetahui tingkat kinerja Puskesmas pada akhir tahun
berdasarkan urutan peringkat kategori kelompok
Puskesmas.
c) Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan
bahan masukan dalam penyusunan rencana kegiatan
Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tahun
yang akan datang.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

Tujuan dari sebuah sistem penilaian kinerja adalah untuk


mengukur dan menilai secara kuantitatif pencapaian tujuan
dan tugas organisasi (Putri, et al., 2017).

e. Siapa saja yang berwewenang dalam pelaksanaan PKP?


Jawab :
Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan oleh Kepala
Puskesmas dengan membentuk tim kecil puskesmas untuk
melakukan kompilasi hasil pencapaian kemudian hasil
penilaiannya akan diverifikasi oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Tujuan dilaksanakannya penilaian kinerja adalah
agar Puskesmas:
1. Mendapatkan gambaran tingkat kinerja Puskesmas (hasil
cakupan kegiatan, mutu kegiatan, dan manajemen Puskesmas)
pada akhir tahun kegiatan.
2. Mendapatkan masukan untuk penyusunan rencana kegiatan di
tahun yang akan datang.
19

3. Dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari


penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah kesehatan
di wilayah kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan
pencapaian kinerja.
4. Mengetahui dan sekaligus dapat melengkapi dokumen untuk
persyaratan akreditasi Puskesmas.
5. Dapat menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk
dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan
prioritasnya.
(Permenkes No 44 Tahun 2016)

Pelaksanaan penilaian
A. Di tingkat Puskesmas
1) Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka mawas diri
mengukur keberhasilan kinerjanya.
2) Kepala Puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas untuk
melakukan kompilasi hasil pencapaian (out – put dan out –
come).
3) Masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan
pengumpulan data pencapaian, dengan memperhitungkan
cakupan hasil (out-put) kegiatan dan mutu bila hal tersebut
memungkinkan.
4) Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggung jawab
kegiatan melakukan analisis masalah, identifikasi kendala/
hambatan, mencari penyebab dan latar belakangnya,
mengenali faktor-faktor pendukung dan penghambat.
5) Bersama-sama tim kecil Puskesmas menyusun rencana
pemecahannya dengan mempertimbangkan kecenderungan
timbulnya masalah (ancaman) ataupun kecenderungan
untuk perbaikan (peluang) dengan metoda analisis
sederhana maupun analisa kecenderungan dengan
menggunakan data yang ada.
6) Hasil perhitungan, analisa data dan usulan rencana
pemecahannya dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/
kota.
20

B. Di tingkat kabupaten/ kota oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota
1) Menerima rujukan/ konsultasi Puskesmas dalam melakukan
perhitungan hasil kegiatan, menganalisa data dan membuat
pemecahan masalah.
2) Memantau dan melakukan pembinaan sepanjang tahun
pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan
prioritas masalah.
3) Melakukan verifikasi hasil perhitungan akhir kegiatan
Puskesmas dan bersama dengan Puskesmas menghitung
dan menetapkan kelompok peringkat kinerja Puskesmas.
4) Melakukan verifikasi analisa data dan pemecahan masalah
yang telah dibuat Puskesmas dan membuat rencana usulan
kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama dengan
Puskesmas
5) Mengirim umpan balik ke Puskesmas dalam bentuk
penetapan kelompok Puskesmas, evaluasi hasil kinerja
Puskesmas dan rencana usulan kegiatan Puskesmas.
6) Penetapan target dan dukungan sumberdaya masing masing
Puskesmas berdasarkan evaluasi hasil kinerja Puskesmas
dan rencana usulan kegiatan tahun depan.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006)

f. Bagaimana langkah-langkah penilaian PKP ?


Jawab :
Langkah pelaksanaan penilaian kinerja Puskesmas
1) Pra penilaian kinerj Puskesmas
Pemantauan hasil kegiatan secara periodik bulanan/triwulan
dan konsultasi ke kabupaten/kota, dalam rangka mencapai
target cakupan dan mutu hasil kegiatan Puskesmas pada akhir
tahun
2) Penilaian kinerja Puskesmas
a) Pengumpulan data dan pengolahan data hasil kegiatan (dari
data bulanan atau triwulan)
b) Konsultasi ke atau pembinaan dan bimbingan dari dinas
kesehatan kabupaten/kota.
21

Memberikan laporan perhitungan kinerja puskesmas


kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dan membahas
keterkaitannya dengan verifikasi data dan perhitungannya.
c) Menerima umpan balik nilai akhir kinerja puskesmas
berikut penjelasan dalam perbaikan perhitungan bilamana
terjadi kesalahan.
d) Menyajikan hasil akhir hasil perhitungan cakupan dan mutu
kegiatan dalam bentuk grafik sarang laba-laba ataupun cara
penampilan lainnya.

3) Pasca penilaian kinerja Puskesmas


a) Menganalisis masalah dan kendala merumuskan
pemecahan masalah, rencana perbaikan sekaligus rencana
usulan kegiatan tahun yang akan datang.
b) Menerima informasi dari kabupaten/kota tentang rencana
anggaran yang mungkin akan diterima masing-masing
puskesmas dengan membahas rancangan kegiatan, besarnya
target, besarnya biaya dan kebutuhan sumber daya lain
yang diperlukan dan jadwal kegiatan bersama dinas
kesehatan kabupaten/kota.
c) Bersama tim perencanaan puskesmas menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan (RPK) puskesmas untuk tahun
berjalan.
d) Membahas rencana kegiatan yang melibatkan unsur lintas
sektor terkait, untuk keterpaduan.
e) Mendiseminasikan informasi sekaligus membagi tugas dan
tanggungjawab untuk kegiatan tahun yang akan
dilaksanakan dalam forum pertemuan lokakarya tahunan
puskesmas.
f) Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas sektor terkait
di kecamatan, untuk mendiseminasikan rencana kegiatan-
kegiatan puskesmas yang ada kaitannya dengan lintas
sektor di tingkat kecamatan.
g) Mempersiapkan seluruh pelayanan puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan.
22

(Depkes, 2006)

3. Di Puskesmas Kampung Duku, dokter Agnes memanggil petugas


Imunisasi dan petugas Puskesmas lainnya (lintas program), untuk
membawa semua hasil capaian target program terakhir (penilaian
kinerja puskesmas) terutama imunisasi Campak sebagai bahan
persiapan Lokmin triwulan dengan mengajak seluruh Lintas Sektor di
kecematan , sesuai azas penyelenggaraan Puskesmas.
a. Apa tujuan kerjasama lintas program dan sektoral?
Jawab :
Menurut Permenkes no. 128 tahun 2004 tentang konsep dasar
puskesmas, kerjasama lintas sektoral dan kerjasama lintas program
adalah:
a. Kerjasama/keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan
kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan jiwa.
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi.
4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan.
b. Kerjasama/keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
23

agama
2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
agama, pertanian.
3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.
4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,
agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB.
5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga
kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan.
6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

b. Kapan jadwal dilakukan lokakarya mini?


Jawab :
1. Lokakarya mini bulanan pertama
Waktu pelaksanaan lokakarya mini bulanan pertama
disesuaikan dengan jadwal sistem perencanaan pembangunan
daerah. Diharapkan lokakarya mini bulanan pertama
dilaksanakan sebelum pelaksanaan Musrenbangdes.
2. Lokakarya mini bulanan rutin
Waktu pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin disesuaikan
dengan kondisi dan situasi Puskesmas. Waktu ideal adalah
minggu pertama atau waktu lain yang dianggap tepat. Prinsip
yang harus dipegang adalah bahwa lokakarya mini bulanan
rutin dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pegawai
Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat
tercapai tujuan.
3. Lokakarya mini tribulanan
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor yang pertama
diselenggarakan pada tribulan pertama tahun anggaran berjalan.
Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan.
Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi
24

setempat. Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah


diupayakan agar seluruh peserta dapat menghadiri lokakarya.
(Permenkes No 44, 2016)

c. Apa tujuan dilakukan lokakarya mini?


Jawab :
1. Tujuan Umum :
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas
dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas
dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari
setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan
cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
2. Tujuan Khusus :
a. Diketahui hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu
b. Disampaikan hasil rapat dari Kabupaten / Kota, Kecamatan,
dan berbagai kebijakan serta program
c. Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan
kegiatan bulan lalu
d. Dirumuskan cara pemecahan masalah
e. Disusunnya rencana kerja bulan baru / yang akan dating
(Departemen Kesehatan RI 2006)

d. Apa saja persiapan rapat lokakarya mini?


Jawab :
1. Lokakarya mini bulanan puskesmas
Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi :
a. Pemberitahuan hari, tanggal, dan jam.
b. Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”
c. Papan tulis, spidol, dan kertas lembar balik.
d. Rencana Kerja Harian bulan lalu.
e. Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu
dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain
menggunakan PWS.
f. Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat
Lintas Sektor/Kecamatan.
g. Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan.
h. Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.

2. Lokakarya mini tribulanan lintas sektor


25

Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan


yang meliputi :
a. Pendekatan kepada camat
1) Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya.
2) Mengkoordinasikan sector-sektor agar menyajikan
laporan kegiatan dan pembinaan.
3) Mempersiapakan tempat penyelenggaraan lokakarya.
b. Puskesmas melaksanakan :
1) Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk
yang mudah dipahami oleh sektor, antara lain dalam
bentuk PWS.
2) Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja
tribulan lintas sektor.
3) Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan
instruksi/surat-surat yang berhubungan dengan peran
serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor
kesehatan.
4) Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen
lokakarya.
5) Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk
ditandatangani camat.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

e. Siapa saja yang menghadiri rapat lokakarya mini?


Jawab :
1. Lokakarya mini bulanan puskesmas
Pengarah : Kepala Puskesmas
Peserta : Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
2. Lokakarya mini tribulanan lintas sektor
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dipimpin oleh
camat, adapun pesertanya adalah :
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b. Tim penggerak PKK Kecamatan
c. Puskesmas di wilayah Kecamatan
d. Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, unit lain yang terkait
e. Lintas sektor di kecamatan, antara lain: pertanian, agama,
pendidikan, BKKBN, social
26

f. Lembaga/organisasi kemasyarakatan, antara lain TP PKK


Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan
(apabila sudah terbentuk)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006)

f. Apa saja yang dibahas pada rapat lokakarya mini?


Jawab :
Lokakarya mini di terbagi dua yaitu Lokakarya mini bulanan
dan Lokakarya mini tribulanan.
Lokakarya mini bulanan puskesmas di selenggarakan dalam 2
tahap yaitu:
1) Lokakarya mini bulanan yang pertama
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama sebagai
berikut:
A. Masukan
 Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok
tentang peran, tanggung jawab staf dan kewenangan
Puskesmas
 Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
berkaitan dengan Puskesmas
 Informasi tentang tata cara penyusunan rencana
kegiatan (Plan of Action = POA) atau Rencana Usulan
Kerja (RUK) Puskesmas
B. Proses
 Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan
lapangan/daerah binaan
 Analisis beban kerja tiap petugas
 Pembagian tugas baru untuk termasuk pembagian
tanggung jawab daerah binaan
 Penyusuan rencana kegiatan (POA atau RUK)
Puskesmas tahunan berdasarakn Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Puskesmas (RPK)
C. Keluaran
 Rencana kegiatan (POA atau RUK) Puskesmas tahunan
 Kesepakatan bersama untuk pelaksanaankegiatan sesuai
dengan POA atau RUK.
 Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
27

2) Lokakarya mini bulanan rutin


Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama sebagai
berikut:
A. Masukan
 Laporan hasil kegiatan bulan lalu
 Informasi tentang hasirapat di kabupaten / kota
 Informasi tentang hasil rapat di kecamatan
 Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
B. Proses
 Analisis hambatan dan masalah antara lain dengan
mempergunakan PWS
 Analisis sebab masalah , khusus untuk mutu dikaitkan
dengan keputusan terhadap standar pelayanan
 Merumuskan alternatif pemecahan masalah
C. Keluaran
 Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
 Rencana kerja bulan yang baru

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam 2


tahap yaitu:
1) Lokakarya mini tribulanan yang pertama, pelakasanaannya
sebagai berikut:
A. Masukan
 Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika
kelompok
 Informasi tentang programlintas sektor
 Informasi tentang kesehatan
 Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

B. Proses
 Inventarisasi peran bantu masing masing sektor
 Analisis masalah peran bantu dai masing masing sektor
 Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
C. Keluaran
 Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam
mendukung program kesehatan
 Rencana kegiatan masing-masing sektor

2) Lokakarya mini tribulanan rutin, dilaksanakan sebagai berikut:


A. Masukan
28

 Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan


dukungan sektor terkait
 Inventarisasi masalah/ hambatan dari masing masing
sektor dalam pelaksanaan proram kesehatan
 Pemberian informasi baru
B. Proses
 Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program
kesehatan
 Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing
masing sektor
 Merumuskan cara penyelesaian masalah
 Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan
untuk tribulan baru
C. Keluaran
 Rencana kerja tribulan yang baru
 Kesepakatan bersama
(Kemenkes RI. 2016)

g. Apa saja azas penyelenggaraan puskesmas?


Jawab :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain
sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan, sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
29

Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama


oleh puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di
desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung
puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya
merupakan realisasi dari pelaksanaan azas
pertanggungjawaban wilayah.

2. Azas pemberdayaan masyarakat


Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan
(DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional
(Battra)
30

j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana


sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana
keagamaan

3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah
keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin
sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan
kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa
 Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
 Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan.
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait
tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan
dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara
lain:
31

 Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor


kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
agama
 Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan,
agama, pertanian
 Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
 Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,
agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
 Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan
 Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia
usaha.

4. Azas rujukan
penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal
puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
32

pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam


arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama
(Kemenkes, 2004).
h. Apa saja imunisasi yang dilakukan di puskesmas?
Jawab :
Pelayanan Imunisasi Program secara perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di rumah sakit, Puskesmas,
klinik, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi Program
terdiri atas:
a. Imunisasi rutin
 Imunisasi Dasar
Tabel 1.1. jadwal imunisasi dasar

Usia Anak Jenis Imunisasi


<24 jam Hepatitis HBO
1 bulan BCG, OPV1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4 dan IPV
9 bulan MR
(permenkes, 2017)
 Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak
baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil.

Tabel 1.2. jadwal imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Usia Jenis Imunisasi Interval minimal


Anak setelah Imunisasi
dasar
33

DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-


HB-Hib 3
18 bulan
Campak 6 bulan dari Campak
dosis pertama
(permenkes, 2017)

Tabel 1.3. jadwal imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah


Dasar

Sasaran Jenis Imunisasi Waktu pelaksanaan


Kelas 1 SD Campak, DT Agustus, November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November
(permenkes, 2017)

Tabel 1.4. jadwal imunisasi Lanjutan pada pada Wanita Usia Subur
(WUS)

Status Interval Minimal Masa Perlindungan


Imunisasi Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
(permenkes, 2017)
b. Imunisasi tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan Imunisasi Tambahan adalah:
 Backlog fighting Merupakan upaya aktif di tingkat
Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak
yang berumur di bawah tiga tahun. Kegiatan ini
diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama dua
tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
 Crash program Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat
Puskesmas yang ditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB.
Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash
program adalah:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi;
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan
34

3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak


mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis
Imunisasi, misalnya campak, atau campak terpadu dengan
polio.
 Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Merupakan kegiatan
Imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di
suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan
untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit
dan meningkatkan herd immunity (misalnya polio, campak,
atau Imunisasi lainnya). Imunisasi yang diberikan pada PIN
diberikan tanpa memandang status Imunisasi sebelumnya.
 Cath Up Campaign (Kampanye) Merupakan kegiatan
Imunisasi Tambahan massal yang dilaksanakan serentak
pada sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam
upaya memutuskan transmisi penularan agent (virus atau
bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan ini biasa dilaksanakan
pada awal pelaksanaan kebijakan pemberian Imunisasi,
seperti pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi baru.
 Sub PIN Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi
dilaksanakan pada wilayah terbatas (beberapa provinsi atau
kabupaten/kota).
 Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak
Response Immunization/ORI) Pedoman pelaksanaan
Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan
situasi epidemiologis penyakit masingmasing.
c. Imunisasi khusus.
 Imunisasi Meningitis Meningokokus
 Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada
masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke negara
endemis meningitis, yang belum mendapatkan
Imunisasi meningitis atau sudah habis masa berlakunya
(masa berlaku 2 tahun).
35

 Pemberian Imunisasi meningitis meningokokus


diberikan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum
keberangkatan. Setelah divaksinasi, orang tersebut
diberi ICV yang mencantumkan tanggal pemberian
Imunisasi.
 Bila Imunisasi diberikan kurang dari 14 (empat belas)
hari sejak keberangkatan ke negara yang endemis
meningitis atau ditemukan adanya kontraindikasi
terhadap Vaksin meningitis, maka harus diberikan
profilaksis dengan antimikroba yang sensitif terhadap
Neisseria Meningitidis.
 Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)
 Vaksin demam kuning efektif memberikan
perlindungan 99%. Antibodi terbentuk 7-10 hari
sesudah Imunisasi dan bertahan seumur hidup.
 Semua orang yang melakukan perjalanan, berasal dari
negara atau ke negara yang dinyatakan endemis demam
kuning (data negara endemis dikeluarkan oleh WHO
yang selalu di update) kecuali bayi di bawah 9
(sembilan) bulan dan ibu hamil trimester pertama harus
diberikan Imunisasi demam kuning, dan dibuktikan
dengan International Certificate of Vaccination (ICV).
 Pemberian Imunisasi demam kuning kepada orang yang
akan menuju negara endemis demam kuning
selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum
berangkat, bagi yang belum pernah diImunisasi. Setelah
divaksinasi, diberi ICV dan tanggal pemberian vaksin
dan yang bersangkutan setelah itu harus
menandatangani di ICV. Bagi yang belum dapat
melakukan tanda tangan (anak-anak), maka yang
menandatanganinya orang tua yang mendampingi
bepergian.
 Imunisasi Rabies
36

 Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan kepada


seluruh kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) yang
berindikasi, sehingga kemungkinan kematian akibat
rabies dapat dicegah.
 Imunisasi Polio
 Imunisasi Polio diberikan kepada orang yang belum
mendapat Imunisasi dasar lengkap pada bayi atau tidak
bisa menunjukkan catatan Imunisasi/buku KIA, yang
akan melakukan perjalanan ke negara endemis atau
terjangkit polio. Imunisasi diberikan minimal 14 (empat
belas) hari sebelum keberangkatan, dan dicatatkan
dalam sertifikat vaksin (International Certificate of
Vaccination).
(permenkes, 2017)

i. Apa hubungan hasil capaian imunisasi campak dengan


program MR?
Jawab:
Vaksin campak berisi virus campak yang dilemahkan sehingga
berfungsi untuk mencegah penyakit campak saja. Jadwal
pemberian vaksin campak menurut jadwal IDAI 2017 yaitu pada
usia 9 bulan dan pemberian dosis kedua saat usia 18 bulan.
Sedangkan saat ini pemerintah telah menyediakan vaksin MR
gratis yaitu vaksin yang berisi virus Measles (nama lain campak)
dan rubella. Sehingga vaksin ini dapat mencegah penyakit campak
dan rubella. Dengan adanya vaksin ini maka pemberian vaksin
campak saat 9 bulan akan digantikan dengan vaksin MR ini.
Maka dari itu hasil capaian imunisaasi campak akan
mempengaruhi hasil dari program MR.

Jadwal Pemberian Vaksin MR

Pada program imunisasi rutin, vaksin MR diberikan pada anak


usia 9 bulan untuk imunisasi dasar, 18 bulan pada imunisasi
37

lanjutan, dan anak kelas 1 SD/MI/sederajat. Vaksin MR dapat


diberikan secara bersamaan dengan vaksin lainnya seperti DPT-
HB-Hib, TT, Td, DT, BCG, OPV dan IPV.
Tabel 1.5 Jadwal Imunisasi Rutin Setelah Introduksi MR

Usia Anak Jenis Imunisasi


<24 jam Hepatitis HBO
1 bulan BCG, OPV1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4 dan IPV
9 bulan MR
18 bulan MR, DPT-HB-Hib
Kelas 1 MR, DT
Kelas 2 Td
Kelas 5 Td

Apabila anak belum diberikan vaksin campak pada usia 9 bulan,


maka disarankan untuk dilakukan vaksin MR kapanpun saat
dijumpai. Sedangkan pada kasus anak yang telah diberikan vaksin
campak pada usia 9 bulan, maka untuk pemberian vaksin dosis
kedua (booster) dapat diberikan vaksin MR saat usia 15 bulan-18
bulan, dan booster campak pada usia 18 bulan tidak perlu diberikan
kembali.

Catatan:
 Jika anak belum mendapatkan imunisasi MR pada usia 9 bulan,
maka imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia 11
bulan
 Jika anak belum mendapatkan imunisasi lanjutan pada usia 18
bulan, maka imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia
24 bulan.

4. Bagaimana nilai-nilai Islam pada kasus?


Jawab :
 Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
38

(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka


menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.” (QS Asy Syura : 38)
 Bermusyawarahlah kalian dengan para ahli (fikih) dan ahli
ibadah, dan janganlah hanya mengandalkan pendapat otak
saja (HR. Ath-Thabrani)

2.6 Kesimpulan
Dokter Agnes, kepala puskesmas Kampung Duku mengadakan
persiapan lokakarya mini triwulan untuk membahas program imunisasi
MR (Maesles Rubella) setelah mengikuti rapat evaluasi bulanan.
2.7 Kerangka Konsep

Rapat evaluasi bulanan


dikabupaten

Pemantauan wilayah setempat


(PWS) Imunisasi campak

PKP terutama mengenai pencapaian Imunisasi


campak

Program MR

Persiapan Lokakarya Mini Triwulan

Anda mungkin juga menyukai