Anda di halaman 1dari 6

Pengomposan Sampah Organik ……………………………………………..……….

Nunik Ekawandani, Arini Anzi Kusuma

PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK (KUBIS DAN KULIT PISANG)


DENGAN MENGGUNAKAN EM4

Nunik Ekawandani1), Arini Anzi Kusuma2)


1),2)Teknik
Kimia, Politeknik TEDC Bandung
Email : nunik.ekawandani@gmail.com1), arin.anzi21@gmail.com2)

Abstrak
Sampah organik yang ada di Indonesia berasal dari pasar, rumah tangga, restoran dan hotel. Sampah
organik merupakan sampah padat yang mudah membusuk dan menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Keberadaan sampah ini sangat mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan. Keberadaan sampah ini
tidak terlepas dari pola kecenderungan konsumsi masyarakat itu sendiri. Maka diperlukan pengelolaan
sampah organik yang tepat. Dalam penelitian ini akan memanfaatkan sampah organik dari kubis dan kulit
pisang, menjadi kompos. Pengomposan biasanya menggunakan cara konvensional, dimana dengan cara ini
membutuhkan waktu cukup lama. Pengomposan dengan bantuan EM4 (Effective Microorganism) dapat
mempercepat dalam pembuatan kompos dibandingkan dengan cara konvensional. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa dalam waktu 20 hari kompos sudah dapat digunakan. Adapun kandungan kompos yang
dihasilkan menunjukan kadar rasio C/N sebesar 18, kalium 2,11% dan fosfor 0,26% dengan sifat fisik kompos
berwarna coklat kehitaman, berbau dan bertekstur seperti tanah dengan kadar air 13,98%, suhu 27oC dan
pH 7.

Kata kunci: sampah organik, kubis, kulit pisang, kompos, EM4

Abstract
The organic waste in Indonesia comes from markets, households, restaurants, and hotels. Organic waste is
solid waste that is easy to decompose and come a very stinging smell. The waste pollute cleanliness and
environmental health. The waste occurred from the consume pattern of society itself. There for the right waste
management is required. The study will utilize organic waste from cabbage and banana peel in to compost.
Composting usually uses the conventional method which is it a long time. Composting using EM4 can
accelerate in composting process. The results of the study indicate within 20 days of compost can be used.
The the compost content produced showed the ratio of C/N ratio of 18, 2,11% of potassium and 0,26% of
phosphor with physical properties of black brown, smelly and textured like dirt wih air content of 13,98%
temperature 27oC and pH 7.

Keywords: organic waste, cabbage, banana peel, EM4

I. PENDAHULUAN bau busuk yang dapat penyebabkan pencemaran


Sampah menjadi masalah yang sangat pelik lingkungan dan menjadi sumber penyakit.
terutama di Indonesia, dimana sampah belum Dengan keadaan seperti ini perlu dilakukan
dikelola belum baik, ditambah lagi dengan untuk mengelola sampah dengan lebih baik, agar
pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat tidak terjadi penumpukan yang dapat
pesat terutama di perkotaan mengakibatkan menyebabkan kerusakkan lingkungan yaitu dari
peningkatan jumlah sampah. Selama ini sampah sisi kesehatan. Sebagai salah satu cara
hanya dipiindahkan dari sumber sampah ke pemanfaatan sampah ini adalah dengan
tempat yang lebih luas yaitu ke tempat mengelolanya menjadi pupuk kompos yang bisa
pembuangan akhir (TPA) dengan sistem open di manfaatkan untuk para petani, sebagai pupuk
dumping di landfill. Ditambah lagi dengan alami yang bisa menjadi pilihan sebagai pupuk
kesadaran masyarakat akan pentingnya ramah lingkungan.
membuang sampah terutama sampah organik. Pengelolaan sampah dengan menjadikan
Jumlah komposisi dan karakteristik sampah tidak pupuk kompos bisa dilakukan dengan cara
terlepas dari pola kecenderungan konsumsi konvensional dan penggunaan Effective
masyarakat itu sendiri (Damanhuri, 1:2016). Microorganism (EM4). Pengomposan menurut
Sampah organik adalah jenis sampah yang paling Djuarnani dkk (2005:6) merupakan proses
banyak di buang oleh masyarakat, dimana dekomposisi terkendali secara biologis terhadap
sampah organik ini memiliki kandungan air yang sampah padat organik dalam kondisi aerobik
tinggi sehingga cepat mengalami pembusukan. (terdapat oksigen) atau anaerobik (tanpa
Ketika membusuk sampah organik menimbulkan oksigen). Bahan organik akan diubah hingga
menyerupai tanah. Kondisi terkendali tersebut

TEDC Vol. 12 No. 1, Januari 2018 38


Pengomposan Sampah Organik ……………………………………………..………. Nunik Ekawandani, Arini Anzi Kusuma

mencakup rasio karbon dan nitrogen (C/N), Proses pengomposan dapat berlangsung secara
kelembapan, pH dan kebutuhan oksigen. aerobik dan anaerobik yang saling menunjang
pada kondisi lingkungan tertentu. Secara
II. LANDASAN TEORI keseluruhan proses ini disebut dekomposisi atau
Menurut Undang-undang No. 18 tahun 2008, penguraian.
sampah adalah sebagai sisa kegiatan sehari-hari Kompos bermanfaat untuk :
manusia dan/atau dari proses alam yang a. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih
berbentuk padat., berdasarkan karakteristik gembur
sampah makanan termasuk kedalam garbage, b. Memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir
misalnya sampah yang berasal dari rumah makan, c. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air
rumah tangga, pasar tradisional dll (Hodges, d. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam
1976: 280-281). Damanhuri, 2016: 29,sampah tanah
pasar tradisional yang menghasilkan sisa sayur, e. Menambah dan mengaktifkan unsur hara
buah dan makanan yang mudah membusuk. f. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap
Sampah ini umumnya memberikan citra yang unsur hara
kumuh pada sebuah kota bila tidak ditangani g. Membantu dekomposisi bahan mineral
secara baik, karena tumpukan sampah yang h. Menyediakan bahan makanan bagi
banyak dan menyebarkan bau tersebut berada di mikroorganisme yang menguntungkan
keramaian kota, kadang menyatu dengan daerah pertumbuhan tanaman.
komersial.
Keunggulan kompos dibandingkan dengan
Pupuk organik pupuk anorganik menurut Djuarnani dkk
Pupuk organik merupakan hasil akhir dari (2005:10-11) yaitu,
peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (serasah) a. Sifat Kompos
tanaman dan binatang. Pupuk organik 1. Mengandung unsur hara makro dan mikro
bermanfaat untuk menggemburkan lapisan yang lengkap walaupun dalam jumlah yang
permukaan tanah (top soil) meningkatkan sedikit.
populasi jasad renik, mempertinggi daya serap 2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan
dan daya simpan air sehingga dapat cara sebagai berikut :
meningkatkan kesuburan tanah. a) Menggemburkan dan meningkatkan
Berdasarkan jenisnya pupuk organik terdiri dari : ketersediaan bahan organik didalam
a. Pupuk kandang, pupuk yang terbuat dari tanah.
kotoran hewan b) Meningkatkan daya serap tanah
b. Pupuk hijau, terbuat dari tanaman atau terhadap air dan zat hara.
bagian tanaman yang masih hijau yang di c) Memperbaiki kehidupan
benamkan ke dalam tanah dengan maksud mikroorganisme didalam tanah dengan
agar dapat meningkatkan ketersediaan bahan cara menyediakan bahan makanan bagi
organik dan unsur hara bagi pertumbuhan mikroorganisme tersebut.
dan perkembangan tanaman. Jenis tanaman d) Memperbesar daya ikat tanah berpasir,
yang cocok adalah dari family leguminosa sehingga tidak mudah terpencar.
seperti Crotarea juncea (orok-orok) e) Memperbaiki drainase dan tata udara di
c. Kompos, merupakan sisa bahan organik yang dalam tanah.
berasal dari tanaman, hewan dan sampah f) Membantu proses pelapukan bahan
organik yang telah mengalami proses mineral.
dekomposisi atau fermentasi. Bahan g) Melindungi tanah terhadap kerusakan
mentahnya bisa berupa sisa tanaman, yang disebabkan erosi.
sampah dapur dan sebagainya. Bisa menjadi h) Meningkatkan kapasitas tukar kation
kompos akibat prose pelapukan dan (KTK).
penguraian. 3. Beberapa tanaman yang menggunakan
d. Pupuk organik lainnya kompos lebih tahan terhadap serangan
- Night soil, pupuk yang terbuat dari penyakit.
kotoran manusia (cair dan padat) 4. Menurunkan aktivitas mikroorganisme
- Pupuk unggas, pupuk yang terbuat dari tanah yang merugikan.
kotoran unggas b. Sifat Pupuk Anorganik
- Pupuk bungkil, pupuk yang berasal dari 1. Hanya mengandung satu atau beberapa
sisa-sisa pembuatan minyak, seperti unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak.
bungkil kacang, wijen, biji kapuk. 2. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah,
tetapi justru penggunaan dalam jangka
Kompos waktu panjang dapat membuat tanah
Habibi (2008:10) kompos merupakan istilah menjadi keras.
untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat 3. Sering membuat tanaman manja sehingga
dari proses pembusukan sisa-sisa bahan organik. rentan terhadap penyakit.

TEDC Vol. 12 No. 1, Januari 2018 39


Pengomposan Sampah Organik ……………………………………………..………. Nunik Ekawandani, Arini Anzi Kusuma

Tabel 1. Standar kualitas kompos tabel 2 menunjukkan data hasil penimbangan


No. Parameter Satuan Minimum Maksimum sampel kompos dalam menentukan kadar air.
1. Kadar air % - 50
o Suhu air
2. Temperatur C tanah Tabel 2. Hasil penimbangan penentuan kadar air
3. Warna Kehitaman Sampel Berat Awal (g) Berat Akhir (g)
Berbau
4. Bau I 10,1712 9,4277
tanah
5. Ukuran partikel mm 0,55 25
II 9,9552 9,2138
6. Kemampuan ikat air % 58 -
7. pH 6,80 7,49
8. Bahan asing % * 1,5
Pada analisis penentuan kadar N-organik
Unsur makro
9. Bahan organik % 27 58
kompos padat, setelah sampel didestilasi
10. Nitrogen % 0,40 - kemudian sampel dititrasi menggunakan H2SO4,
11. Karbon % 9,80 32 diperoleh volume H2SO4 seperti ditunjukkan oleh
12. Phosfor ( P2O5) % 0,10 - tabel 3.
13. C/N-rasio 10 20
14. Kalium (K2O) % 0,20 *
Unsur mikro Tabel 3. Volume H2SO4 yang digunakan dalam
15. Arsen mg/kg * 13 penentuan kadar N-organik
16. Kadnium (CD) mg/kg * 3 Berat Volume
17. Kobal (CO) mg/kg * 34
Waktu
No Sampel Sampel H2SO4
18. Kromium (Cr) mg/kg * 210 Analisis
(g) (ml)
19. Tembaga (Cu) mg/kg * 100 1. I 0,2501 6,50
20. Merkuri (Hg) mg/kg * 0,8 Hari ke-0
2. II 0,2503 6,80
21. Nikel (Ni) mg/kg * 62
22, Timbal (Pb) mg/kg * 150 3. I 0,2504 5,75
Hari ke-20
23. Selamium (Se) mg/kg * 2 4. II 0,2506 6,35
24. Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur lain Pada analisis penentuan kadar C-organik,
25. Kalsium % * 25,50
kalsium dan fosfor dalam kompos padat, sampel
26. Magnesium (Mg) % * 0,60
27. Besi (Fe) % * 2,00 yang sudah diberi perlakuan awal kemudian
28. Alumunium (Al) % * 2,20 diukur menggunakan alat pengukuran untuk
29. Mangan (Mn) % * 2,10 mengetahui nilai absorbansinya seperti pada
Bakteri tabel 4., menunjukkan data ppm kurva hasil
30. Fecal coli MPN/g 1000
pengukuran.
31. Salmonella sp MPN/4g 3
Keterangan : *Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari
maksimum Tabel 4. Data ppm kurva hasil pengukuran
Sumber : SNI 19-7030-2004 Waktu
Berat
ppm
No Parameter Sampel Sampel
Analisis Kurva
III. METODE PENELITIAN (g)
1. I 0,0502 265
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian 2.
Hari ke-0
II 0,0504 255
deskriptif, dimana menggambarkan kondisi 3.
C-organik
I 0,0502 146
Hari ke-20
penelitian apa adanya. Dengan kondisi yang 4. II 0,0500 166
sebisa mungkin sesuai lingkungan aslinya. 5.
Kalium Hari ke-20
I 0,5001 8,661
6. II 0,5004 8,856
7.
IV. PEMBAHASAN Fosfor Hari ke-20
I 0,5001 1,26
Analisis kompos padat dilakukan pada awal 8. II 0,5004 1,04
pengomposan (hari ke-0) dan pada akhir
pengomposan (hari ke-20). Pada awal Pada penelitian pemanfaatan sampah kubis
pengomposan analisis yang dilakukan adalah dan kulit pisang menjadi kompos padat
analisis kadar C-organik dan N-organik. Pada menggunakan aktivator EM4 kondisi
akhir pengomposan analisis yang dilakukan pengomposan yang digunakan adalah
adalah analisis kadar air, C-organik, N-organik, pengomposan secara anaerob. Proses
kalium dan fosfor. pengomposan diawali dengan mengumpulkan
Analisis kompos padat dilakukan pada awal bahan organik berupa sampah kubis dan kulit
pengomposan (hari ke-0) dan pada akhir pisang sebagai bahan baku pengomposan yang
pengomposan (hari ke-20). Pada awal kemudian ditambah larutan EM4 sebagai aktivator
pengomposan analisis yang dilakukan adalah untuk mempercepat proses pengomposan.
analisis kadar C-organik dan N-organik. Pada Selama proses pengomposan, pembolak-balikan
akhir pengomposan analisis yang dilakukan kompos dilakukan 2 hari sekali dan sifat fisik dari
adalah analisis kadar air, C-organik, N-organik, kompos diamati, adapun sifat fisik yang diamati
kalium dan fosfor. adalah pH, suhu, tekstur, bau dan warna kompos.
Penentuan kadar air kompos dilakukan Hasil pengomposan berupa kompos padat yang
dengan melakukan penimbangan awal sampel sudah matang dianalisis kadar air, C-organik, N-
dan penimbangan akhir sampel setelah organik, rasio C/N, kalium, fosfor dan sifat fisik
dikeluarkan dari oven seperti yang terdapat pada

TEDC Vol. 12 No. 1, Januari 2018 40


Pengomposan Sampah Organik ……………………………………………..………. Nunik Ekawandani, Arini Anzi Kusuma

lainnya kemudian disesuaikan dengan standar Sebaliknya, nilai pH yang terlalu rendah akan
SNI. menyebabkan sebagian mikroorganisme
perombak mati sehingga dapat mengganggu
Sifat Fisik Selama Pengomposan proses pengomposan. Selama proses
Suhu Pengomposan pengomposan, pH kompos mengalami kenaikan
Suhu selama pengomposan terus mengalami karena terjadinya penguraian protein dalam
perubahan seperti yang ditunjukkan oleh gambar bahan organik dan pelepasan ammonia.
1 yaitu suhu pada awal pengomposan adalah
28oC kemudian suhu mengalami penurunan dan
kenaikan sehingga pada hari ke-20 suhu kompos
adalah 27oC.
10

PH
5

35 0
30 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
SUHU

25 HARI KE-
20
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
HARI KE- Gambar 2. pH Pengomposan

Sifat Fisik Lainnya


Sifat fisik lainnya yang diperhatikan dalam
Gambar 1. Suhu pengomposan penelitian ini adalah warna, tekstur dan bau dari
kompos. Selama pengomposan terjadi perubahan
fisik pada kompos seperti yang ditunjukkan oleh
Suhu merupakan salah satu faktor yang gambar 3 yang menunjukkan perubahan fisik
mempengaruhi laju pengomposan, karena pada kompos.
mikroorganisme perombak masing-masing
memiliki suhu optimum dalam aktivitasnya seperti
menurut Djuarnani dkk (2005:30) bahwa
mikroorganisme yang hidup pada temperatur
rendah (10 oC-45oC) adalah mikroorganisme
mesofilik dan mikroorganisme yang hidup pada
temperatur tinggi (45oC-65oC) adalah
mikroorganisme termofilik. Suhu pengomposan
yang paling baik adalah 10oC-45oC. Pada (a) (b)
penelitian ini dilakukan proses pengomposan
secara anaerob, proses anaerob ini merupakan Gambar 3. Fisik kompos pada awal dan akhir
proses yang dingin sehingga dibutuhkan pengomposan
tambahan suhu dari luar sebesar 30oC untuk (a) Kompos hari ke-0
meningkatkan suhu pengomposan. Namun, (b) Kompos hari ke-20
pengomposan pada peneitian ini dilakukan Pada awal pengomposan, warna kompos
didalam laboratorium dengan suhu ruang 27oC. masih berwarna sayuran asli dengan bau sayuran
Hal ini menyebabkan suhu selama proses proses segar dan teksturnya masih utuh dengan ukuran
pengomposan menjadi relatif rendah yaitu kurang lebih 1 cm. Selama proses pengomposan,
dengan kisaran 26oC-30oC. terjadi perubahan terhadap sifat fisik kompos
pH Pengomposan yaitu warna kompos berubah menjadi kecoklatan
Perubahan pH selama pengomposan seperti dengan bau menyengat dan tekstur mulai hancur.
pada gambar 2 menunjukkan bahwa selama Kemudian pada hari ke-20 kompos menunjukan
proses pengomposan pH mengalami kenaikan ciri-ciri kematangan secara fisik, yaitu kompos
yang signifikan yaitu pH pada hari ke-0 sampai berwarna coklat kehitaman dengan bau dan
hari ke-12 adalah 5 (asam), pada hari ke-14 tekstur seperti tanah.
sampai hari ke-16 pH meningkat menjadi 6 dan Hasil Analisis Kompos Padat
pada hari ke-18 sampai hari ke-20 pH meningkat Hasil dari analisa laboratorium kompos padat
lagi menjadi 7 (netral). dari sampah kubis dan kulit pisang didapat data
Nilai pH selama masa pengomposan sangat seperti yang terdapat pada tabel 5 yang terdiri
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dari kadar air, temperatur, warna, bau, pH, C-
mikrooorganisme perombak. Nilai pH yang terlalu organik, N-organik, C/N rasio, kadar kalium dan
tinggi akan membuat unsur nitrogen dalam bahan fosfor.
kompos berubah menjadi ammonia (NH3).

TEDC Vol. 12 No. 1, Januari 2018 41


Pengomposan Sampah Organik ……………………………………………..………. Nunik Ekawandani, Arini Anzi Kusuma

Tabel 5. Hasil pengujian kualitas kompos padat membuat rasio C/N kompos menjadi turun.
SNI Kualitas Namun, pada penelitian ini kadar N menurun. Hal
Kompos Hasil
No Parameter Satuan Pengujian ini disebabkan karena pori-pori tumpukan kompos
Min Maks
yang besar sehingga menyebabkan nitrogen yang
1. Kadar Air % - 50 13,98
Suhu
terbentuk dari hasil dekomposisi terlepas ke
2. Temperatur o
C - air 27 udara.
tanah
Coklat Kalium
Kehitam
3. Warna - - kehitama
an
n
Kadar kalium yang terdapat dalam kompos
Berbau Berbau padat dari sampah kubis dan kulit pisang seperti
4. Bau - -
tanah tanah pada tabel 5 adalah 2,11 %. Pada dasarnya
5. pH - 6,80 7,49 7 dalam bahan organik sudah terdapat kandungan
6. C-Organik 9,80 32 31,11
7. N
%
0,40 - 1,75
kalium, namun kalium tersebut masih dalam
8. C/N rasio - 10 20 18 bentuk organik kompleks sehingga tidak dapat
9. Kadar P2O5 0,10 - 0,26 diserap langsung olah tanaman. Dengan
%
10. Kadar K2O 0,20 * 2,11 terjadinya proses dekomposisi, bahan organik
Keterangan : *nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil kompleks tersebut akan terurai menjadi bahan
dari maksimum
organik yang lebih sederhana sehingga
menghasilkan unsur kalium yang dapat diserap
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel oleh tanaman. Bagi tamanam, kalium memiliki
5 diatas menunjukkan bahwa kualitas kompos peranan penting dalam proses fotosintesis dalam
padat dari sampah kubis dan kulit pisang secara pembentukan protein dan selulosa yang berfungsi
umum sudah memenuhi standar kualitas kompos untuk memperkuat batang tanaman. Semakin
SNI 19-7030-2004. tinggi kadar kalium dalam kompos maka semakin
baik bagi pertumbuhan batang tanaman.
Rasio C/N
Rasio C/N pada saat pengomposan Fosfor
mengalami penurunan seperti yang ditunjukan Hasil analisis kadar fosfor total dalam kompos
oleh tabel 6 yaitu rasio C/N pada awal masa pada tabel 5 menunjukan kadar fosfor yang
pengomposan (hari ke-0) adalah 27 dan akhir terdapat dalam kompos adalah 0,26 % dengan
masa pengomposan (hari ke-20) adalah 18. batas minimum SNI kompos 0,10 % dan tidak
ada batasan maksimum. Dalam pembuntukan
Tabel 6. Rasio C/N pada awal dan akhir fosfor selama pengomposan, mikroorganisme
pengomposan memiliki peran yang sangat penting. Selama
proses dekomposisi terjadi, senyawa P organik
Hari Hari
No Parameter Satuan yang terdapat dalam bahan organik diubah dan
ke-0 ke-20
dimineralisasikan menjadi senyawa organik yang
1. C-organik 51,70 31,11 dapat diserap oleh tanaman. Bagi tumbuhan,
%
2. N-organik 1,93 1,75 fosfor memiliki peranan penting dalam proses
3. C/N rasio - 27 18 fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman dalam
pembelahan sel dan pengembangan jaringan
Terjadinya penurunan rasio C/N seperti pada tanaman. Selain itu, fosfor juga berperan dalam
tabel 6 ini sesuai dengan prinsip pengomposan meningkatkan unsur hara tanah dan kesuburan
menurut Djuarnani dkk (2005:6) yaitu tanah.
menurunkan nilai rasio C/N bahan organik
menjadi sama dengan nilai rasio C/N tanah.
Dengan rasio C/N yang sama dengan tanah akan V. KESIMPULAN DAN SARAN
memudahkan penyerapan kandungan kompos
kedalam tanah. Kadar rasio C/N pada awal masa Kesimpulan
pengomposan sangat mempengaruhi terhadap Secara keseluruhan hasil dari penelitian
laju proses pengomposan. Rasio C/N awal yang pengomposan sampah organik berupa kubis dan
rendah akan membuat proses pembusukan kulit pisang dengan campuran EM4 memenuhi
menjadi lebih cepat sedangkan rasio C/N awal standar SNI 19-7030-2004. Sehingga kompos ini
yang tinggi karena memiliki kadar karbon yang sudah dapat digunakan sebagai pupuk organik.
tinggi akan membuat proses pembusukan
menjadi lebih lama. Dalam proses pengomposan, Saran
karbon berperan sebagai sumber energi bagi Melakukan pengomposan dengan bahan baku
mikroorganisme dan nitrogen berperan dalam yang lebih variatif lagi, misalkan sampah organik
pembentukan mikroorganisme. Selama proses dari rumah tangga yang komposisinya lebih
pengomposan CO2 akan mengalami penguapan kompleks lagi. Sehingga dapat mengurangi
sehingga kadar karbon (C) akan menurun dan penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
kadar nitrogen (N) akan meningkat. Hal ini yang

TEDC Vol. 12 No. 1, Januari 2018 42


Pengomposan Sampah Organik ……………………………………………..………. Nunik Ekawandani, Arini Anzi Kusuma

DAFTAR PUSTAKA Hodges, Laurent.(1976).Environmental


Pollution.2nd edition.holt McDougal
Damanhuri, Enri.Padmi, Tri.(2016). Pengelolaan SNI 19-7030-2004. Spesifikasi kompos dari
Sampah Terpadu.Bandung:ITB sampah organik domestik.
Djuarnani, N., Kristian dan Setiawan, B.S. (2005). http://inswa.or.id/wp-
Cara Cepat Membuat Kompos. Cetakan content/uploads/2012/07/Spesifikasi-
1. Jakarta : AgroMedia Pustaka kompos-SNI.pdf. Diakses pada 27
Habibi, Lafran (2008). Pembuatan Pupuk Kompos Desember 2017
dari Limbah Rumah Tangga. Cetakan 1.
Bandung : Penerbit Titian Ilmu

TEDC Vol. 12 No. 1, Januari 2018 43

Anda mungkin juga menyukai