Anda di halaman 1dari 3

Nama : Erlangga Hidayatullah

NIM : 03051181419158
Kelas :B
Jurusan : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Alamsari, M. Pd.

UN Dihapus, Indonesia Lebih Bagus

Bicara soal pendidikan, semua negara yang ada di dunia sangat memerlukan
adanya pendidikan. Setiap negara tidak bisa lepas dari dunia pendidikan dan sangat
menjunjung tinggi kemajuan bidang pendidikannya masing-masing. Kemajuan suatu
$negara besar pengaruhnya dari segi pendidikan. Akibat majunya pendidikan suatu
negara maka terbentuklah sumber daya manusia yang baik di negara tersebut. Dengan
majunya sumber daya manusianya maka akan tercipta ula suatu negara yang maju, kuat,
dan sejahtera. Negara tersebut akan terpandang dan mampu bersaing di dunia
internasional. Semua itu tidak akan terwujud tanpa ada pendidikan yang sungguh-
sungguh, pendidikan yang bermutu serta menjamin akan menghasilkan sumber daya
manusia yang produktif dan mampu bersaing di pasar global.
Sebut saja negara kita tercinta Indonesia yang sedang giat-giatnya melakukan
perubahan ke arah yang lebih maju. Indonesia sedang mencari jalan keluar dari
keterpurukan baik dari segi material, moral, dan mental. Oleh karena itu, diperlukannya
pendidikan yang baik. Mengenai pelaksanaan pendidikan di Indonesia kita mengenal
adanya Ujian Nasional.
Perkembangan UN dari zaman ke zaman di Indonesia mengalami banyak
metamorfosa dan telah beberapa kali diganti formatnya. Mulai tahun 1965-1971, sistem
ujian dinamakan sebagai Ujian Negara. Hampir berlaku untuk semua mata pelajaran,
semua jenjang yang ada di Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah
pusat. Kemudian pada tahun 1972-1979 Ujian Negara ditiadakan, lalu dirubah menjadi
Ujian Sekolah sehingga sekolah lah yang menyelenggarakan ujian sendiri. Semuanya
diserahkan kepada sekolah, sedangkan pemerintah pusat hanya membuat kebijakan-
kebijakan umum terkait dengan ujian yang akan dilaksanakan oleh pihak sekolah.Pada
tahun 1980-2000, untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan mengembangkan mutu
pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional (EBTANAS). Dalam EBTANAS ini, dikembangkan perangkat ujian paralel
untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan yang menyelenggarakan dan
monitoring soal dilaksanakan oleh daerah masing-masing. Selanjutnya pada tahun 2001-
2004, EBTANAS diganti lagi menjadi Ujian Akhir Nasional (UNAS). Hal yang
menonjol dalam peralihan dari EBTANAS menjadi UNAS adalah dalam penentuan
kelulusan siswa, yaitu ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan
nilai 2 semester raport terakhir dan nilai EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan
UNAS ditentukan oleh mata pelajaran secara individual.Kemudian di tahun 2005-2009
terjadi perubahan sistem yaitu pada target wajib belajar pendidikan (SD/MI/SD-
LB/MTs/SMP/SMP-LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada target
minimal. Seiring perkembangan, tahun 2010-Sekarang UNAS diganti menjadi Ujian
Nasional (UN). Untuk UN tahun 2012, ada ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus
UN tahap pertama. Dengan target, siswa yang melaksanakan UN dapat mencapai nilai
standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan baik.
(Kompas.com, 15 Oktober 2014)

Pada kenyataannya, pelaksanaan Ujian Nasional tidak berjalan baik dan penuh
dengan kecurangan. Sistem yang diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan
namun menjadi wadah tempat mendidik bangsa ke arah yang negatif. Indonesia tidak
menjadi lebih maju namun menjadi lebih buruk.Sebaiknya Ujian Nasional dihapuskan
karena lebih banyak dampak negatif daripada manfaatnya.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang
(UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, termasuk mengatur
tentang evaluasi untuk peningkatan mutu pendidikan. Evaluasi tersebut kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab X tentang Standar Penilaian
Pendidikan.
(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003)

Di Indonesia, pelaksanaan Ujian Nasional mulai dilakukan dari tingkat Sekolah


Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMA). Ujian Nasional menjadi suatu
penentu kelulusan siswa. Proses yang diharapkan dapat menyaring siswa yang
berkualitas hanya dijadikan sebagai suatu panggung sandiwara. Bagaimana tidak, pada
pelaksanaannya banyak terjadi kebocoran soal. Pemerintah tidak dapat menjamin
pelaksanaan ujian yang bersih tanpa adanya kecurangan. Pemerintah bahkan ada yang
mempersilahkan peredaran kebocoran soal. Kalau semut diberi gula pasti akan
berebutan, begitu juga siswa kalau diberi soal Ujian Nasional pastinya tidak akan
menolak. Sisiwa sudah tidak takut lagi dengan Ujian Niasional karena mereka sudah
berfikir akan adanya kunci jawaban.
Untuk mendapatkan hasil kelulussan dengan nilai yang memuaskan, siswa
mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara. Sebagai contoh untuk siswa
yang akademiknya di bawah standar, mereka tidak menganggap Ujian Nasional sebagai
momok yang menakutkan. Mereka dengan santainya menghadapi Ujian Nasional dan
tidak khawatir akan nilai yang kecil. Mereka beranggapan tidak perlu lagi
mempersiapkan menghadapi Ujian Nasional dengan belajar. Kelulusan mereka seakan-
akan sudah dijamin. Secara tidak langsung siswa diajarkan cara berbuat ketidakadilan,
korupsi, dan berbuat tidak jujur. Bagaimana negara kita mau maju kalau generasinya
sudah dididik dan dibiarkan begitu saja melakukan suatu kesalahan yang sngat
berdampak besar bagi masa depan bangsa.
Mengingat kejadian yang berkaitan dengan Ujian Nasional, banyak sekali
peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan sangat merugikan. Bahkan ada yang sampai
menelan korban jiwa. Akibat tidak lulus Ujian Nasional ada sisiwa yang sampai bunuh
diri. Ini akibat ketidakadilan dan kecemburuan sosial. Bagaimana tidak, siswa yang
kurang kemampuannya di sekolah sehari-hari saat hasil Ujian Nasional nilainya sangat
tinggi. Ini tentu saja bertolak belakang dengan tingkat prestasinya pada kegiatan
sekokah sehari-hari. Hal ini berbanding terbalik dengan siswa yang menjunjung tinggi
kejujuran. Siswa ini tidak terpengaruh dengan godaan bocoran soal dan kunci jawaban.
Dalam hal ini pastinya menimbulkan efek ketidakadilan antara siswa satu dengan siswa
yang lainnya. Kebiasaan negatif ini akan terus berjalan dan melatih generasi penerus
bangsa terbiasa untuk berbuat kebohongan.
Masyarakat menganggap bahwa siswa yang lulus dengan nilai Ujian Nasional
yang tinggi adalah siswa yang baik. Bagaimana jika cara yang dilakukan siswa tersebut
dengan jalan yang tidak benar. Tentu saja nilai tersebut hanya ada di atas kertas saja,
sementara siswa yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan. Ketika menjadi
seorang pemimpin, tidak heran jika banyak terjadi penyalahgunaan wewenang. Sebut
saja korupsi, alih-alih negara kita ingin memberantas korupsi sementara generasinya
terus dilatih untuk berbuat korupsi pada waktu dini. Hal ini membuat kekhawatiran
terhadap masa depan bangsa dan negara kita.
Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah mengambil sikap yang lebih tegas untuk
mengatasi masalah ini. Untuk apa mempertahankan sistem yang berdampak buruk bagi
bangsa sendiri. Di samping itu, pendanaan untuk melaksanakan Ujian Nasional ini
tidaklah sedikit. Sementara dalam pelaksanaannya penuh dengan ketidakjujuran. Lebih
baik dananya dipergunakan untuk kepentingan negara yang lain untuk kesejahteraan
rakyat. Sebaiknya Ujian Nasional dihapuskan demi memajukan pendidikan Indonesia
dan demi kemajuan negara di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai