Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Antenatal
1. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam
3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).mUntuk melakukan asuhan antenatal yang
baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali perubahan
fisiologi yang terkait dengan proses kehamilan. Perubahan tersebut mencakup
perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan
fisiologi selama kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan
fisiologi tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali kondisi patologi yang
dapat mengganggu status kesehatan ibu ataupun bayi yang dikandungnya.
Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas kesehatan dapat
mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang
optimal dari kehamilan dan persalinan.
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan penting untuk
mendapatkan asuhan antenatal , yaitu :
a. Membangun rasa percaya antara klien dan petugas kesehatan
b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu da bayi
yang dikandungnya.
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan
kehamilannya.
d. Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi.
e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang
akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.

2. Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal


Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih ketat. Namun, bila normal jadwal asuhan cukup 4 kali.
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini
diberi kode angka K yang meupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalak K1, K2,K3 dan K4. Hal ini
berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia 28
minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu
dan sebanyak 2 kali unjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36
minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil
akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas luaran kehamilan.
Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan
anatomic dan fisiologik kehamilan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan
dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.
3. Anamnesis Ibu Hamil Kunjungan Awal
a. Pengertian
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat suatu
percakapan dari wawancara diantara seorang bidan dengan
seorang ibu hamil secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi ibu hamil, dengan tujuan untuk
mendapatkan data ibu hamil beserta permasalahan medisnya
pada saat kunjungan awal atau kunjungan pertama.
b. Prosedur
Persiapan
1) Alat Tulis
2) Buku KIA
Pelaksanaan
1) Perkenalan
a) Mengucapkan salam
b) Menyambut ibu hamil dan seseorang yang
menemani ibu dengan ramah
c) Memperkenalkan diri kepada ibu hamil
d) Menanyakan identitas ibu : nama, usia, nama
suami, alamat, no kontak, tahun menikah, agama
dan suku
e) Menanyakan golongan darah ibu
2) Melakukan Pengkajian Data Subjektif
a) Riwayat kehamilan sekarang
 HPHT, apakah haid normal atau tidak
 Gerakan janin
 Tanda-tanda bahaya atau penyulit
 Keluhan umum
 Mual dan muntah
 Keputihan
 Obat, vitamin, tablet fed an jamu yang di
konsumsi
 Kekhawatiran-khawatiran khusus
b) Riwayat kehamilan terdahulu
 Jumlah kehamilan
 Jumlah anak yang lahir hidup, berat lahir
serta jenis kelamin
 Jumlah kelahiran premature
 Riwayat kehamilan/kelahiran kembar
 Jumlah keguguran
 Riwayat persalinan dengan tindakan
(vacuum, forceps, operasi sesar)
 Riwayat perdarahan pada persalinan dan
pasca persalinan
 Riwayat kehamilan dengan tekanan
darah tinggi
 Berat badan bayi < 2,5 kg atau > 4 kg.
 Riwayat kehamilan sungsang
 Durasi menyusui eksklusif
 Masalah lainnya.
c) Riwayat penyakit yang diderita sekarang/dulu
 Riwayat penyakit kardiovaskuler
 Riwayat hipertensi
 Riwayat diabetes
 Riwayat malaria
 Riwayat penyakin kelamin – HIV/AIDS
 Riwayat penyakit ginjal
 Riwayat penyakit kejiwaan
 Riwayat alergi obat/makanan
 Riwayat penyakit lainnya
d) Skrining status imunisasi TT1, TT2, TT3,
TT4,TT5
e) Riwayat KB terdahulu dan terakhir sebelum
kehamilan ini
 Jenis KB yang digunakan
 Efek samping KB
 Alasan dihentikannya KB
f) Riwayat Sosial Ekonomi
 Status perkawinan
 Respon ibu hamil dan keluarga terhadap
kehamilan
 Dukungan keluarga
 Pengambilan keputusan dalam keluarga
 Gizi yang dikonsumsi selama kehamilan
 Kebiasaan hidup sehat (merokok,
alcohol, NAFZA)
 Beban kerja dan aktivitas sehari-hari
 Tempat dan petugas kesehatan yang
diinginkan untuk membantu persalinan

Evaluasi

a. Menjelaskan hasil anamnesis


b. Memberikan informasi setelah anamnesis ini akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
c. Dokumentasikan hasil anamnesis
4. Anamnesis Ibu Hamil Kunjungan Ulang
a. Pengertian
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat suatu
percakapan dari wawancara diantara seorang bidan dengan
seorang ibu hamil secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi ibu hamil, dengan tujuan untuk
mendapatkan data ibu hamil beserta permasalahan medisnya
pada saat kunjungan ulang.
b. Prosedur
Persiapan
1) Alat tulis
2) Buku KIA
Pelaksanaan
1) Menyambut klien dan seseorang yang menemani ibu
dengan ramah
2) Menanyakan bagaimana perasaan klien sejak kunjungan
terakhirnya
3) Menanyakan apakah klien mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhirnya
4) Menanyakan tentang gerakan janin dalam 24 jam
terakhir
5) Mendapatkan informasi mengenai tanda-tanda bahaya
yang mungkin dialami klien sejak kunjungan
terakhirnya.
6) Mendapatkan informasi tentang masalah atu keluhan
ketidaknyamanan yang biasa dialami ibu hamil.

Evaluasi

1) Menjelaskan hasil anamnesis


2) Memberikan informasi setelah anamnesis ini akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
3) Dokumentasi hasil anamnesis

5. Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil


a. Pengertian
Suatu teknik pengumpulan data objektif yang dilakukan dengan
cara inspeksi palpasi, auskultasi dan perkusi untuk menetukan
diagnosis, mengidentifikasi masalah, menentukan rencana, dan
tindakan asuhan pada ibu hamil kunjungan awal
b. Prosedur
Persiapan
1) Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Tensimeter
c) Thermometer
d) Jam tangan
e) Pengukuran LILA
f) Pita pengukur
g) Fetoskp
h) Reflek hammer
i) Sarung tangan DTT
j) Baju ganti
k) Buku catatan
l) Timbangan badan
m) Lampu sorot
n) Kom berisi cairan DTT
o) Bengkok
p) Penlight
q) Tissue
r) Larutan klorin
2) Persiapan pasien
a) Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan
b) Menyarankan ibu hamil untuk mengosongkan
kandung kemih
c) Menganjurkan ibu hamil untuk mengganti
pakaian dengan baju pemeriksaaan (jika
dibutuhkan)
d) Memperlihatkan keadaan umum, emosi dan
postur ibu selama dilakukan pemeriksaan

Pelaksanaan

1) Cuci tangan
2) Pemeriksaan antropometri
a) Mengukur tinggi badan dan berat badan
b) Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Mengukur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan
respirasi
4) Membantu ibu hamil berbaring di meja pemeriksaan
yang bersih
5) Pemeriksaan kepala, muka, leher
a) Memeriksa rambut, kebersihan dan benjolan di
kepala
b) Memeriksa apakah terjadi edema
(pembengkakan) pada wajah
c) Memeriksa mata : konjungtiva pucat/tidak;
sklera berwarna kuning (Jaundice)/tidak
d) Memeriksa rahang dan rongga mulut.
e) Memeriksa dan meraba keher : pembesaran
kelenjar tiroid; pembesaran pembuluh limfe
6) Pemeriksaan Payudara
a) Dengan posisi tangan ibu hamil di samping
memeriksa payudara : lihat bentuk/kesimetrisan
dan ukuran payudara; putting payudara menonjol
atau masuk ke dalam
b) Pada saat ibu hamil mengangkat tangan ke atas
kepala, memeriksa payudara untuk mengamati
ada tidaknya retraksi atau dimpling
c) Ibu hamil berbaring dengan tangan kiri diatas,
lalu lakukan palpasi secara sistematis pada
payudara sebelah kiri dan kemudian kanan dari
arah payudara ke axilla untuk mengetahui:
Massa, pembesaran pembuluh limfe, nyeri tekan,
pengeluaran kolostrum atau cairan lain.
7) Pemeriksaan Abdomen
8) Pemeriksaan Genetalia Luar
9) Pemeriksaan menggunakan speculum
10) Pemeriksaan Bimanual pada trimester 1 bila diperlukan
11) Pemeriksaan tulang punggu
12) Pemeriksaan tangan dan kaki
a) Memeriksa apakah pada tangan terdapat edema
atau tidak
b) Mengamati kuku jari ibu hamil untuk melihat
apakah pucat atau tidak
c) Memeriksa apakah pada kaki terdapat edema
atau tidak
d) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui
ada tidaknya varices
e) Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah
terjadi gerakan hipo atau hiper refleks pada
kedua kaki ibu
13) Mencuci tangan
Evaluasi
1) Memberitahu hasil pemeriksaan
2) Dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan
B. Asuhan Intranatal
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis
yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk
dapat melahirkan janinya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin. (buku askeb II)
Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal adalah sebagai
berikut : (buku sarwono)
1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan
infeksi misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan
sarung tangan sesuai dengan apa yang diharapkan, menjaga
lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahian bayi,
serta menerapkan standar proses peralatan
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan
setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf. Partograf
digunakan sebagai alat bantu untuk membuat suatu keputusan
klinik, berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin
terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,
pasca persalinan dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan
keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para
suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses
persalinan dan kelahiran bayi.
4. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya , seperti
episiotomy rutin, amniotomi, kateresasi dan penghisapan lender
secara rutin sebagai upaya untuk mencegah perdarahan
pascapersalinan.
6. Memberikan asuhan bayi baru lahir , termasuk mengeringkan dan
menghangatkan tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenal
sejak dini komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat
secara rutin.
7. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir ,
termasuk dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan
memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman dan
nyaman, mengenal sejak dini komplikasi pascapersalinan dan
mengambil tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.
8. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara
dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi
baru lahir.
9. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan

2. Tujuan asuhan persalinan


Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai
selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang
bayi (buku askeb II)
3. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian
bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan
dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses
persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, merekan akan
mendapatkan rasa aman dan keluarga yang lebih baik. Antara lain, juga
disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan
dengan tindakan, seperti ekstraksi vakum, forceps dan seksio sesarea.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan ;
a. Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai, dan perlakukan ibu
sesuai martabatnya
b. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan ada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
c. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Berikan dukungan, besrkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga lainnya.
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang
lain.
h. Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara
bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
i. Lakukan praktik – praktik pencegahan infeksi yang baik dan
konsissten.
j. Hargai privasi ibu.
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalina
dan kelahiran bayi.
l. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan
bila ia menginginkannya.
m. Hargai dan perbolehkan prakti-praktik tradisional yang tidak
memberi pengaruh merugikan
n. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
seperti episiotomy, pencukuran dan klisma
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setlah lahir.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
setalah kelahiran bayi.
q. Siapkan rencana rujukan.
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta
bahan - bahan,perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan.
Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.

Asuhan sayang ibu pada masa pascapersalinan :


a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat
gabung)
b. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan
pemberian ASI sesuai pemintaan.
c. Ajarkan pada ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat
yang cukup setelah melahirkan.
d. Anjurkan ibu dan anggota keluarganya untuk memeluk dan
mensyukuri kelahiran bayi.
e. Ajarkan kepada ibu dan anggota keluarganya tentang bahaya dan
tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka
untuk mencari pertolongan jika terdapat masalah atau
kekhawatiran.
4. Asuhan Persalinan Normal
60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a) Ibu mempunyai keiinginan untuk meneran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat
pada rectum dan atau vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin
10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastk yang
bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah
siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam
6) Mengisap oksigen 10 unit ke dalam tabung suntuk (
dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril) dan meletakkan kembali dipartus set/wadah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik.

c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik


7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum,
atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (
meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar
di dalam larutan dekontaminasi)
8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci tangan.
10) Memeriksa denyut jantung ( DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal ( 100-180 kali/menit)
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada patograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi
yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan
untuk meneran. Melanjutkan pemantauan
kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai
dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga
bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran ( pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinganan untuk meneran
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha
ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman
sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara
kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setiap lima menit.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2
jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit
(1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika
ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok
atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu
belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera setalah 60 menit meneran,
merujuk ibu dengan segera.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di
bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.

f. Menolong kelahiran bayi


Lahirnya kepala
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir.
a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera
hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir
menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
Lahir bahu.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi
(biparietal). Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah
perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior
lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan
bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki
bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.

Penanganan bayi baru lahir


25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian pusat.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai
dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi
bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua
klem tersebut.
29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI
jika ibu menghendakinya (IMD)
Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan
palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan
adanya bayi kedua. (Pastikan)
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34) Memindahkan klem pada tali pusat
35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat
dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-
hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingg kontraksi berikut mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan
ransangan puting susu.

Mengluarkan plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran


sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian
ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari
vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik
aseptik jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15
menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban
tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau
klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau
steril untuk melepaskan bagian selapuk yang
tertinggal.

Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,


melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke
ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selam 15 detik mengambil tindakan yang
sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
aktif.
Melakukan Prosedur Pasca persalinan
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan
vagina.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan
kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi
atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam
larutan klorin 0,5 %.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau
kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam :
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca
persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri. Jika ditemukan
laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anesthesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin


0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan
membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi
tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

C. Asuhan Postnatal
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Masa nifas
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. Dalam bahasa Latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini disebut Puerperium, yaitu dari kata Puer yang
artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, Puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali,
dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti prahamil.

2. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas


Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan untuk ibu
nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan 2 jam
pertama setelah persalinan (standar 14), serta pelayanan bagi ibu dan
bayi pada masa nifas (standar 15). Apabila merujuk pada kompetensi 5
(standar kompetensi bidan), maka prinsip asuhan kebidanan bagi ibu
pada masa nifas dan menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap
terhadap budaya setempat. Jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan
kebidanan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis
b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik
maupun psikis
c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makanan anak dan peningkatan pengembangan
hubungan antara ibu dan anak yang baik
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan
memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi
keluarga dan budaya khusus
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada
ibu
f. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu
g. Imunisasi ibu terhadap tetanus

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayi nya
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara
f. Konseling KB

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam, oleh karena itu peran dan
tanggungjawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifa
dengan pemantauan mencegah kematian ini. Peran bidan antara lain :
a. Memberikan dukungan berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga
c. Mendorong ibu menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman
d. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
e. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang
aman
f. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode masa nifas
g. Memberikan asuhan secara professional

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-
masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut
a. 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan,
rujuk bila pendarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetao sehat dengan cara mencegah
hipotermi
b. 6 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraski, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi da
perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan,
dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik, dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
c. 2 minggu setelah persalinan
Memastikan Rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian Rahim
d. 6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
6. Prosedue Pemeriksaan ibu Nifas
Pengertian : Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta,
sampai alat-alat reproduksi pulihseperti sebelum hamil secara normal.
Tujuan :
1) Membantu ibu dan psangan selama masa transisi awal
mengasuh anak
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
fisiologis
Prosedur :
2 jam Post Partum
1) Observasi TTV
2) Pemeriksaan kontraksi uterus
3) Menilai pendarahan
4) Mengkosongkan kandung kemih
5) Melakukan vagina toilet atau kebersihan ibu
6) Cuci tangan

Kunjungan masa Nifas 6 jam sampai 3 hari post partum

1) Mencuci tangan
2) Melakukan pemeriksaan TTV ( Tekanan Darah, Nadi,
Pernafasan dan Suhu)
3) Melakukan Pemeriksaan tinggi fundus uterus (involusi
uterus)
4) Melakukan pemeriksaan lochia dan pengeluaran
pervaginam lainnya
5) Lakukan penilaian fungsi berkemih, fungsi cerna,
penyebuhana luka, sakit kepala, rasa lelah dan nyeri
punggung
6) Tanyakan kepda ibu suasana emosinya, bagaimana
dukungan yang didapatkannya dari keluarga, psangan
dan masyarakat untuk perawatan bayinya
7) Lakukan tatalaksana atau rujuk ibu bila di temukan
masalah
8) Anjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan bila
ibu menemukan salah satu tanda berikut :
a. Pendarahan berlebihan
b. Secret vagina berbau
c. Demam
d. Nyeri perut berat
e. Bengkak ditangan, wajah, tungkai, atau sakit
kepala pandangan kabur
f. Nyeri payudara, pembengkakan payudaa, luka
atau pendarahan putting
9) Memberikan informasi kepada ibu perlunya kebersihan
diri
10) Lakukan pemeriksaan payudara dan anjurkan
memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
11) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
12) Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan mobilisasi
13) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi
14) Mencuci tangan
15) Lakukan pencatatan dan dokumentasi
7. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu
waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat
gentalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti
keadaan sebelum hamil, untuk mempecepat proses penyembuhan pada
masa nifas maka ibu nifas perlu diet yang cukup kalori dan protein,
membtuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan-
kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain sebagai berikut :
a. Nutrisi dan cairan
b. Ambulansi
c. Eleminasi : BAK/BAB
d. Kebersihan diri dan Perineum
e. Istirahat
f. Seksual
g. Keluarga Berencana
h. Latihan/senam nifas

Anda mungkin juga menyukai