Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas

Sumber Daya Manusia di masa depan karena tumbuh kembang anak sangat

ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Apabila keadaan kesehatan

dan status gizi ibu hamil baik, maka peluang besar janin yang dikandungnya

akan baik dan keselamatan ibu saat melahirkan akan terjamin. Dalam

melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan

penatalaksanaan yang benar, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap

morbiditas dan mortalitas ibu (Prapitasari, 2013).

Anemia kehamilan disebut "Potential danger to mother and chlid "

(potensi membahayakan ibu dan anak), karenaitulah anemia perlu perhatian

dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010).

Dampak anemia pada janin antara lain terjadi kematian intra uterin,

prematuritas, badan lahirr endah, cacat bawaan dan mudah terinfeksi. Pada

ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan persalinan prematuritas, ancaman

dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat

mengalami gangguan, retensio plasenta dan perdarahan post partumk arena

atonia uteri (Setyawati, 2013).

Wanita Indonesia tidak mempedulikan atau kurang memahami aspek

kekurangan zat besi terhadap tingkat kecerdasannya (Depkes, 2010).

Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap anemia menyebabkan sekitar

4,5 miliar di seluruh dunia mengalami kekurangan zat besi, dan 1 dari 3 di

antara mereka menderita anemia atau kekurangan darah parah (PAPDI,


2013). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia

kehamilan diantaranya umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi,

penanganan konsumsi tablet Fe, frekunesi kunjungan ANC, dan status gizi

(Krisnawati, dkk, 2015).

Menurut WHO (2016), anemia prevalensi anemia pada ibu hamil di

seluruh dunia adalah sebesar 41, 8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil

diperkirakan di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan

Eropa 25,1% (Salmariantity, 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2015, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia

sebesar 37,1%. Negara- negara wilayah regional melaporkan prevalensi

anemia pada ibu hamil yang tertinggi adalah Asia Tenggara (75%), kemudian

Mediterania Timur (55%), Afrika (50%), serta wilayah Pasifik Barat,

Amerika dan Karibia (40%). Meskipun anemia telah dikenal sebagai masalah

gizi masyarakat selama bertahun-tahun, namun kemajuaan di dalam

penurunan prevalensinya masih di nilai sanga trendah (World Health

Organization, 2016).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Indonesia

terdapat provinsi dengan asupan zat besi minimum 90 hari di DI Yogyakarta

(58,1%) dan terendah di Lampung (15,4%) (Riskesdas, 2016). Wilayah

Yogyakarta itu sendiri terdiri dari beberapa wilayah pendistribusiaan tablet

tambah darah meliputi, Kabupaten Kulon Progo (88,86%), Bantul (86,48%),

Gunung Kidul (84,74%), Sleman (95,54%). Distribusi kapsul Fe untuk ibu

hamil ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil dan mencegah

terjadinya anemia pada ibu hamil. Pencapaian pemberiaan tablet Fe pada ibu

hamil di Kabupaten Sleman memiliki presentase tertinggi. Kabupaten Sleman


mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2011. Tahun 2011

Fe mencapai 100% dan Fe3 86,94% tetapi di tahun 2017 Fe1 hanya 83,09%

dan Fe3 82,81%. Hal itu juga bersamaan dengan angka kejadian anemia

yang meningkat dari 24,11% pada tahun 2011, menjadi 28,1% pada tahun

2016 (Dinkes Sleman, 2017).

Status gizi ibu hamil juga sangat penting dalam kehamilan baik pada

ibu maupun janin, salah satu unsure gizi yang penting adalah ibu hamil.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe

atau Zat Besi selain tablet fe sayur bayam juga sangat berpengaruh terhadap

kenaikan hemoglobin.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 88

tahun 2014 tentang untuk melindungi ibu hamil dari kekurangan gizi dan

mencegah anemia maka ibu hamil perlu mengonsumsi tablet tambah darah.

Standar tablet tambah darah untuk wanita usia subur dan ibu hamil yaitu satu

kali seminggu (WUS), satu kali sehari selama haid, dan untuk ibu hamil

setiap haris elama masa kehamilannya. Sebagai salah satu sumber daya

manusia bidang kesehatan, bidan merupakan orang yang berhubungan

langsung dengan ibu hamil anemia (Depkes RI, 2016).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 369 tahun

2007 tentang "Standar Profesi Bidan kompetensi tiga bidan yang mampu

mengatasi tanda dan gejala anemia ringan dan berat, kemudian melakukan

penatalaksanaan penilaian dengan anemia ringan". Cakupan konsumsi zat

besi dan variasi jumlah asupan zat besi selama hamil di Indonesia sebesar

89,1%. Di antara yang mengonsumsi zat tersebut, diperkirakan 33,3%

mengonsumsi minimal 90 hari selama kehamilannya (Depkes RI, 2016).


Menurut ayat suci Al-Qur'an yang berkaitan dengan ibu hamil dengan

anemia adalah pada surah ArRa'ad: 8 dan Surat At-Thaha: 81 yang mana

memiliki terjemahan sebagai berikut :

Artinya: "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan

kandungan rahim yang kurangs empurna dan yang bertambah, dan segala

sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya" (ArRa'd: 8)

Arinya: makalah diantara rezekimu yang baik yang telah kami berikan

kepadamu dan janganlah melampaui batas padanya yang menyebabakan

menantang, yang menyebabakan kemurkaan-kumenimpah mudan hanya

barangsiap yang ditimpah oleh kemurkaan-Ku maka sesungguhnya

binasalahdia "(At-Thaha: 81).

Dapat disimplkan dari ayat di atas bahwa Allah SWT mengetahuiapa yang

yang dikandung oleh setiap perempuan. Selama kehamilan ibu hamil harus

tetap menjaga kandungannya, salah satunya mengonsumsi makanan bergizi

agar dapat mencegah anemia dalam kehamilan, dan juga Allah SWT tidak

akan menurunkan penyakit seperti Allah SWT akan menurunkan pula

obatnya yang diharapkan dapat membantu mencegah gizi ibu tercukupi.

Damapak anemia pada kehamilan terhadap bayi dapat mengakibatkan

hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim , abortus, kelahiran prematut

beat badan rendah atau BBLR, bayi lahir dengan anemia infeeksi, dan

pertumbuhan setelah lahir dapat mengalami hambatan. Sementara anemia

untuk ibu dapat terjadi persalinan lama, distosia memerlukan tindakan

operatif dan perdarahan postpartum (Fitri YP, dkk. 2015).

Menurut data Kementerian Kesehatan haji menjelaskan kadar zat besi

dalam buah kurma juga cukup tinggi yaitu 0,90mg / 100g buah kurma (11%
AKG), dimana zat besi menjadi salah satu komponen dalam darah untuk

menghasilkan oksigen dalam darah (Puskes Haji, 2014).

Beberapa manfaat buah kurma bagi kesehatan tubuh kita yaitu

menyembuhkan anemia, mengobati sembelit, merawat kesehatan tulang.

Menghindari kanker, mencegah kerusakan usus, mencegah system saraf yang

sehat, mengobati kerusakan, mencegah penyakit jantung dan stroke (United

States Department Of Agriculture).

Berdasarkan uraian di atas dan telah dilakukan studi pendahuluan di

Puskesmas pada bulan Mei 2020 diperoleh ibu hamil yang berkunjung di

puskesmas ada ibu hamil. Dan dari ibu hamil sebanyak yang mengalami

anemia. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil studi kasus "Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Pemberian Buah Kurma Terhadap

Peningkatan Hemoglobin Di Puskesmas".

B. Batasan Masalah

Hanya terfokus pada penatalaksanaan masalah kebidanan dengan anemia

pada ibu hamil trimester II dan III menggunakan intervenssi buah kurma dan

tablet Fe di Puskesmas.

C. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu "Adakah

pengaruh buah kurma terhadap kenaikan kadar hemoglobin pada ibu hamil

trimester II dan III di Wilayah Kerja Puskesmas ? "


D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan peneliti mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil

trimester II dan III yang mengalami anemia dengan intervensi pemberian

buah kurma dengan pendekatan manajemen Kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada kasus anemia pada ibuhamil

trimester Il dan II dengan pemberian buah kurma untuk meningkatkan

kadar hemoglobin.

b. Mampu melakukan penatalaksanaan pada kasus anemia pada ibu hamil

trimester II dan III dengan pemberian sari buah kurma untuk

meningkatkan kadar hemoglobin.

c. Mampu melakukan analisis pada kasus anemia pada ibu hamil

trimester II dan III dengan pemberian buah kurma untuk

meningkatkan kadar hemoglobin.

d. Mampu mempelajari hasil penelitian kedua subyek penelitian.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan referensi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dalam Asuhan kebidanan khusus pada

kasus anemia dalam kehamilan.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu

hamil tentang manfaat membeli buah kurma sehingga dapat

membantu dalam mengatasi zat besi dan anemia dapat dicegah,

b. Bagi Bidan di Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

pihak Puskesmas untuk lebih meningkatkan bantuan dalam hal

peningkatan jumlah anemia pada ibu hamil.

c. Bagi Mahasiswa Universitas 'Aisyiyah Hasil studi kasus ini

diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah referensi tentang

Manfaat buah kurma khusus untuk anemia pada ibu hamil.

E. RuangLingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Menjelaskan materi tentang anemia khusus pada ibu hamil serta

kontribusi Pemberian kurma untuk meningkatkan kadar hemoglobin.

2. Ruang Lingkup Responden

3. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Yogyakarta.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2020, mulai dari mencari ibu

hamil trimester III dengan anemia hingga laporan hasil.

G. Keaslian Penelitian

1. Diyah Ayu Susilowati (2017) penelitian dengan judul pengaruh

pemberiaan buah kurma pada ibu hamil TM II dengan anemia terhadap


kadar hemoglobin di BPM Tri Rahayu Setyaningsih cakringan Sleman

Yogyakarta. Berdasarkan penlitian di peroleh Hasil uji statistic di

peroleh nilai p 0,05 (0,000 <0,05) sehingga dapat disimpulkan, terdapat

perbedaan yang signifikan pada kelompok statistic di peroleh nilai p 0,05

(0,004 <signifikan 0,05) signifikan pada kelompok kontrol pre dan post.

statistik yang diperoleh nilai p <0,05 (0,004 <0,05) sehingga dapat di

simpulkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol pre

dan post.

2. RD Rahayu (2017) penelitian dengan judul efektivitas penambahan sari

kurma dalam pemenuhan gizi ibu hamil di puskesmas wedi, kabupaten

klaten. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari nilai p maka faktor

yang paling berhubungan dengan kenaikan kadar Hb adalah pendidikan

dengan nilai p = 0,001 (p <0,05), kemudian pengetahuan nilai p = 0,006

(p <0,05) dan gravida dengannilai p = 0,006 (p <0,05)

3. Dhita Kris Prasetyanti 2015 penelitian dengan judul Efektivitas Jus

Jambu Biji Terhadap Perubahan Kadar Hb pada Ibu Hamil Trimester di

Wilayah Kerja Puskesmas Bacem Kabupaten Blitar. Berdasarkan

penelitian yang di peroleh dari nilai dengan nilai signifikan lebih kecil

dari nilai a (0,000 <0,05). Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok

kontrol 0,5 gr / dll. Lebih rendah dari kelompok donor 1,04 gr / dl.a

Anda mungkin juga menyukai