Anda di halaman 1dari 3

I.

STATUS PRAESENS
a. Status Umum

Kepala:Normocephali, Lesi (-), rambut hitam dan kuat, distribusi rambut merata,
alopecia (-)

Mata :Conjuntiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),exopthlamus (-/-),


enopthalamus (-/-),edema periorbital (-/-),

Hidung: septum deviasi (-),hiperemis (-)

Telinga: lesi (-), F

istula pre dan post aurikuler (-/-),Luka (-),normotia,serumen minimal

Tenggorok: T1 -T1 tenang, hiperemis (-)

Mulut:simetris kanan dan kiri, sianosis(-), pendarahan gusi(-),

Leher:lesi(-)

Thorax:

Fisiologi

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan pada ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
tampaknya berperan pada patogenesis apendesitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT yang teradapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks adalah igA. Imunoglobulin ini
sangat efektif terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limf disini kecil sekali duibandingkan dengan jumlahnya di
saluran cerna dan di seluruh tubuh.

Patogenesis

Setelah terjadi obstruksi lumen apendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup yang
disebut closed loop, di dalam lumen ini terjadi penumpukan sekret apendiks dan pada saat
bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman kuman dalam lumen apendiks, hal ini mengakibatkan
terjadinya reaksi peradangan dan distensi apendiks. Distensi ini mengakibatakan bendungan aliran
limfe, aliran vena dan arteri yang pada proses peradangan ini akan mengenai seluruh dinding
apendiks. Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan apendiks sehingga pada saat ini keluhan
nyeri semata hanya akibat distensi dari apendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan lumen tadi.

Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal jika reaksi peradangan
telah sampai ke serosa disertai adany supuratif akibat ekspansi kuman ke dinding disebut
apendesitis akut stadium gangrenosa yang jika tiak dilakukan pertolongan akan menjadi apendesitis
perforasi. Perjalanan alamiah apendesitis akut seperti dijelaskan diatas merupakan perjalanan yang
paling sering , namun tidak menutup kemungkinan dalam tahapan tahapan tersebut terjadi
penyimpangan. Perjalanan penyakit apendesitis akut bisa berhenti di stadium fokal, namun mukosa
yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalm proses penyembuhannya,
sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan sekitar pusar berulang, secara patologi stadium ini
disebut apendesitis kronis.

Pada stadium supuratif gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh
yang baik yang salah satu tandanya adanya proses pendidingan dari apendiks yang meradang oleh
omentum (walling off) maka akan terbentuk sutu infiltrasi di kanbawah yang disebut apendik
sinfiltrat.

Diagnosis

Nyeri perut

Umumnya dimulai dengan nyeri pada epigastrium atau periumbilikal sebagai tanda awal
serangan apendesitis akut. Hal ini terjadi karena terdapat obstruksi yang disertai distensi lumen yang
mengakibatkan peregangan pada peritonium visceral, oleh karena proses yang terjadi secara lokal
pada apendiks tersebut. Proses ini menimbulkan perangsanagan pada susunan saraf otonom yang
bersifat viscerosensoris dan visceromotoris. Penghantaran impuls sensoris berasal dari napendiks
melalui serabut saraf yang bersinapas di ganglion spinalis thorakalis X.

b. Status Lokalis

Abdomen:

 Inspeksi : Sawo matang, luka operasi (-), Caput medusa (-), Distensi
abdomen (-)
 Auskultasi : Bising Usus Meningkat, Metalic sound (-)
 Palpasi :supel,Mc Burney sign (+), Obturator sign (+), psoas Sign
(+),Cullen sign (-), Rovsing sign (-),Blomberg sign (+), Nyeri Tekan
(+),massa(-)
 Perkusi: timpani seluruh abdomen, shifting dullness (-)

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Lab

Darah lengkap

Hemoglobin 15.1 13.0-18.0 g/dL

Hematokrit 43 40-52%

Eritrosit 5.1 4.3-6.0 juta/uL

Leukosit 20490* 4800-10800/ uL

Trombosit 253000 150000- 400000/uL

Anda mungkin juga menyukai