REFERAT
“GLAUKOMA FAKOLITIK”
Disusun Oleh :
Diah Irfaini Zulhij
N111 17 112
Pembimbing Klinik :
dr. Bambang Ali, Sp.M
2.2 Glaukoma
2.2.1. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma.16 Glaukoma merupakan kumpulan dari suatu penyakit yang
mempunyai karakteristik umum berupa optik neuropati disertai dengan
penurunan lapang pandang. Meskipun faktor resiko utamanya adalah
peningkatan tekanan intra okuli, ada atau tidaknya peningkatan tekanan intra
okuli ini tidak mempengaruhi definisi penyakit.1
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi 2 :
A. Glaukoma primer : glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak
didapatkan kelainan yang merupakan penyebab glaukoma.
1. Glaukoma sudut terbuka : glaukoma sudut terbuka primer dan
glaukoma tekanan normal.
2. Glaukoma sudut tertutup
B. Glaukoma kongenital
1. Glaukoma kongenital primer
2. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
3. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
C. Glaukoma sekunder : glaukoma yang etiologinya diketahui yang terjadi
sabagai salah satu manifestasi penyakit mata lain.
1. Glaukoma pigmentasi
2. Sindrom eksfoliasi
3. Akibat kelainan lensa (fakogenik/fakolitik)
4. Akibat kelainan traktus uvea
5. Sindrom iridokorneo endotel (ICE)
6. Trauma
7. Pasca operasi
8. Glaukona neovaskular
9. Peningkatam tekanan vena episklera
10. Akibat steroid
D. Glaukoma absolut : Hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol
yaitu mata yang keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan
intraokular 2 :
A. Glaukoma sudut terbuka : penyebabnya secara umum adalah sebagai suatu
ketidaknormalan pada matriks ekstraseluler trabekular Meshwork dan
pada sel trabekular daerah jukstakanalikuler, meskipun juga ada di tempat
lain.
1. Membran pratrabekular
2. Kelainan trabekular
3. Kelaian pascatrabekular
2.3.2 Etiologi
a. Katarak matur (seluruhnya opak)
b. Katarak hipermatur (korteks cair/morgagnian dan nukleus yang
mengambang bebas)
c. Likuefeksi fokal katarak imatur (jarang)
d. Dislokasi lensa yang katarak di vitreus
2.3.3 Patogenesis
Berbeda dengan beberapa bentuk glaukoma yang diinduksi lensa
(misalnya: glaukoma partikel lensa, glaukoma fakoanafilaktik), glaukoma
fakolitik terjadi pada lensa katarak dengan kapsul lensa utuh. Bukti yang
tersedia mengimplikasikan obstruksi trabekular langsung oleh protein lensa,
terbebas dari cacat mikroskopis dalam kapsul lensa yang utuh secara klinis.1,2
Apabila usia semakin meningkat, komposisi protein dalam lensa
berubah, terjadi peningkatan konsentrasi protein high molecular weight.
Katarak hipermatur merupakan stadium lanjut dari katarak senilis. Pada
katarak matur atau hipermatur, terjadi pencairan korteks lensa dan pengerutan
kapsul lensa, dan bilik mata depan menjadi dalam. Pada keadaan ini dapat
terjadi kebocoran material korteks ke luar kapsul melalui lubang mikroskopik
pada kapsul lensa. Kebocoran ini sering disertai pada awalnya dengan rasa
nyeri dan inflamasi segmen anterior. Jaringan trabekulum akan tersumbat oleh
sel-sel makrofag dan protein lensa. Protein berat molekul tinggi tidak
dijumpai pada bayi dan anak-anak, yang kemungkinan dapat menjelaskan
tidak adanya glaukoma fakolitik pada pasien muda dengan katarak. 1-3
Protein mencetuskan glaukoma sekunder karena protein lensa ini,
makrofag fagosit, dan debris inflamatorik lainnya yang menyumbat anyaman
trabekular sehingga terjadi penurunan drainase humor akuos yang
menyebabkan peningkatan TIO. Peningkatan TIO ini mendahului kelainan
diskus optikus dan lapangan pandang selama berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun. Karena terjadinya peningkatan TIO, tekanan akan menekan serat saraf
dari nervus optikus yang berfungsi mengahantarkan gambaran ke otak. Selain
itu, peningkatan tekanan ini akan mengurangi suplai darah ke nervus optikus
yang berarti suplai oksigen dan nutrisi juga berkurang. Bila hal tersebut
berlangsung lama, maka akan menyebabkan kerusakan nervus optikus yang
ireversibel dan kebutaan. Obat untuk mengkontrol tekanan intraokular (TIO)
harus digunakan dan ekstraksi katarak harus dilakukan.1-2
2.3.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis glaukoma fakolitik biasanya terjadi pada orang tua
dengan riwayat penglihatan kabur secara perlahan selama beberapa bulan atau
tahun sebelum timbulnya onset akut nyeri yang tiba-tiba, hiperemia
konjungtiva, dan penurunan visus lebih lanjut. Persepsi cahaya menjadi tidak
akurat karena kepadatan katarak. Rasa sakit mengenai sekitar mata dan bisa
pada daerah belakang kepala. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala
gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan
gejala glaukoma akut.3,6
2.3.5 Diagnosis
Pemeriksaan klinis pada glaucoma adalah sebagai berikut :
a. Gonioskopi
Suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui sudut drainase mata.
Tes ini penting untuk menentukan apakah sudut terbuka, tertutup, atau
sempit dan menyingkirkan penyebab lain yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraokular. Pada glaukoma fakolitik, hasilnya normal di mana
sudut bilik mata depan terbuka.1,6
b. Tonometri
Tonometri adalah alat untuk mengukur TIO. Tonometri yang
sering digunakan adalah tonometri Goldman yang digunakan bersamaan
slitlamp. Tonometri jenis ini mengukur daya yang dibutuhkan untuk
meratakan satu daerah di kornea. Oleh itu, ketebalan kornea
mempengaruhi akurasi pengukuran. TIO diukur karena hampir pada
semua kasus glaukoma, akan terjadi peningkatan TIO. TIO yang normal
adalah dari 10 – 21 mmHg. Nilai dianggap abnormal apabila 22-25 mmHg
dan dianggap patologik di atas 25 mmHg. Pemeriksaan pada glaukoma
fakolitik menunjukkan peningkatan TIO yang bermakna.1,6
Gambar 2.5. Goldman tonometri dan cara pembacaannya 7
f. Pemeriksaan Histologis
Pemeriksaan pada pasien dengan glaukoma fakolitik menunjukkan
adanya peningkatan TIO yang berat, edema kornea, injeksi siliaris, sudut
terbuka, dan heavy cell dan flare. Sel tampak lebih besar dibandingkan
dengan sel darah putih dan agak iridescent. Sel dapat terpresipitasi pada
endotel kornea, tetapi tidak dijumpai keratic precipitates atau hipopion
sejati yang dijumpai.3
Gambar 2.9. Makrofag yang mengandung protein lensa pada endotel kornea
yang menyerupai keratic precipitates 3
Gambar 2.10. Glaukoma fakolitik dengan makrofag dan material lensa yang
menyumbat anyaman trabekular.4
2.2.7 Komplikasi
Pasien dapat kehilangan penglihatannya bila tidak diobati dan/ atau
terjadi edema kornea yang persisten. Komplikasi operasi, seperti perdarahan
suprakoroid, ruptur kapsular dengan hilangnya material lensa ke dalam
segmen posterior, luka di kornea, dan terjadi prolapsus vitreus.5
2.2.8 Penatalaksanaan
a. Tindakan Operasi
Pengobatan pada glaukoma fakolitik pada prinsipnya adalah
menurunkan tekanan intraokuler dengan cepat, dengan menggunakan agen
penurun TIO baik sediaan sistemik maupun topikal. Steroid topikal selain
untuk mengurangi proses inflamasi, dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri dan dapat menurunkan tekanan intraokuler. Untuk mengurangi nyeri
dapat diberikan obat-obat siklopegik. Terapi kausatif pada glaukoma
fakolitik adalah menurunkan TIO dengan cara menghilangkan
penyebabnya yaitu katarak.1,2
Katarak dapat dihilangkan dengan tindakan bedah berupa
extracapsular cataract extraction (ECCE) serta dilakukan pemasangan
lensa tanam untuk mendapatkan visus yang lebih baik. Bila glaukoma
fakolitik terjadi akibat dislokasi lensa ke dalam rongga vitreous, maka
tindakan bedah yang dilakukan adalah pars plana vitrectomy dengan
pemindahan lensa dari dalam rongga vitreous. 1,2
Tindakan ekstraksi katarak untuk glaukoma fakolitik 7
a. Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) / Intracapsular cataract
extraction (ICCE)
b. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK) / Extracapsular cataract
extraction (ECCE)
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
d. Fakoemulsifikasi
Apapun teknik operasi yang digunakan saat melakukan ekstraksi
katarak pada penderita glaukoma fakolitik, hal penting yang harus
dilakukan adalah irigasi yang adekuat untuk mengeluarkan semua material
lensa yang berada di bilik mata depan sehingga peningkatan tekanan
intraokuler setelah operasi dapat dihindari.7
Sebelum pembedahan, TIO dan inflamasi harus dikurangi dengan
terapi medis, termasuk agen hiperosmosis, agen adrenergik topikal,
carbonic anhidrase inhibitor, obat sikloplegik, dan kortikosteroid topikal.
Bila TIO sudah turun 30 mmHg, dapat dilakukan pembedahan ekstraksi
katarak. Pemeriksaan mikroskopik lensa yang diekstraksi menunjukkan
karakteristik kristal kalsium oksalat.2,6
Gambar 2.11. Kristal kalsium oksalat pada lensa pasien dengan glaukoma
akibat katarak hipermatur. (pewarnaan hematoksilin dan eosin).1
Karena kapsul lensa cukup rapuh, iridektomi sektoral dan α-
kimotripsin dapat digunakan. Jika kapsul ruptur selama pembedahan,
ruang anterior harus diirigasi untuk mengeluarkan protein sisa. Pada
pasien dengan kondisi ini, ahli bedah menggunakan ekstraksi katarak
ekstrakapsular yang memberikan hasil yang baik.1
Karena kerapuhan zonula dan kapsul heksis kapsul anterior dapat
dilakukan dengan Vannas scissors atau beberapa peralatan lainnya yang
meminimalisasi stress zonula dan kapsul. Pengeluaran lensa dan aspirasi
korteks lensa juga dilakukan dengan teknik yang lebih rumit. Pada kasus-
kasus yang berhasil, penempatan lensa introkular ruang posterior dapat
dilakukan dan memberikan hasil yang baik.1
Jika glaukoma fakolitik disebabkan oleh dislokasi lensa, lensa
sebaiknya dikeluarkan dengan instrumen vitrektomi. Kadang-kadang lensa
yang terdislokasi dapat terapung di ruang anterior dengan irigasi cairan
dan kemudian dikeluarkan melalui insisi limbus.1
Pada situasi yang jarang di mana glaukoma fakolitik disebabkan
oleh katarak imatur dan mata memiliki penglihatan yang masih baik,
terapi dilakukan dengan mengontrol TIO dan inflamasi dengan obat-
obatan. Jika gagal, lensa harus dikeluarkan.1
Oleh karena glaukoma bersifat ireversibel maka tujuan utama dari
penatalaksanaan glaukoma adalah pencegahan fungsi visual dari rusak dan
melambatkan progresifitas kerusakan fungsi visual. Penatalaksanaan
glaukoma sekunder mirip dengan penatalaksanaan glaukoma primer.
Pengobatan terhadap glaukoma adalah dengan cara medikamentosa dan
operasi. 1-2
b. Terapi Medikamentosa
Tujuan farmakoterapi medikamentosa adalah untuk menurunkan
morbiditas dan untuk mencegah komplikasi. Ada dua mekanisme utama
untuk menurunkan tekanan mata: 1) Penurunan jumlah humor akuos yang
masuk ke mata, yaitu mengurangi produksi air, dan 2) meningkatkan
jumlah pengeluaran air mata dengan meningkatkan outflow. Beberapa
obat menurunkan produksi humor akuos sedangkan yang lain
meningkatkan arus keluar. Humor akuos mengalir keluar dari mata
menggunakan dua jalur: yang pertama sensitif terhadap tekanan bola mata
(jalur meshwork trabecular) dan yang kedua bekerja secara independen
dari tekanan mata (jalur uveoscleral).4
Dari semua pilihan yang tersedia, sebuah pendekatan awal masuk
akal adalah dengan memilih eyedrop yang akan dapat menurunkan
tekanan mata serendah dan relatif aman pada pasien. Pemilihan awal
tergantung oleh karakteristik pasien dan terkait kondisi medis. Pedoman
pokok adalah untuk menghindari masalah efek samping dengan tetap
menjaga kenyamanan dan penggunaan sekali dalam sehari untuk
memaksimalkan kepatuhan. Kemudian, setiap pasien harus dipantau
secara rutin untuk memastikan bahwa TIO dipertahankan pada tingkat
yang cukup rendah untuk mencegah perkembangan glaucoma. Jika perlu
menurunkan tekanan mata tambahan maka yang terbaik adalah dengan
menambahkan eyedrop dengan mekanisme aksi yang berbeda
dibandingkan dengan obat awal.4
c. Acetazolamide
Dapat menghambat enzim carbonic anhydrase menurunkan
jumlah formasi pembentukan humor akuos yang dapat menurunkan
TIO. Dosis pada dewasa adalah 250 – 500 mg iv / im yang diulang
setiap 2 – 4 jam sampai maksimal 1 gram / hari. Dosis pada anak
adalah 8 – 30 mg / kgBB / hari iv / im dan terbagi dalam 3 dosis yang
diberikan setiap 8 jam.2
Efek samping dari penggunaan obat ini adaah munculnya
reaksi hipersensitivitas, gangguan hari, gangguan ginjal yang berat,
insufisiensi adrenokortikalm dan obstruksi paru.2
b. Obat Parasimpatomimetik
Obat ini meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan
bekerja pada trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris.
Pilocarpine jarang digunakan sejak ditemukannya analog
prostaglandin, tapi dapat bermanfaat pada sejumlah pasien. Obat-obat
parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai penglihatan suram,
terutama pada pasien katarak, dan spasme akomodatif yang mungkin
menganggu pada pasien usia muda. Ablasio retina merupakan
tindakan yang jarang tapi serius.2
c. Epinephrine
Dapat meningkatkan aliran keluar aqueous humor dan sedikit
banyak disertai penurunan pembentukan aqueous humor. Terdapat
sejumlah efek samping ocular eksternal termasuk reflex vasodilatasi
konjungtiva, endapan adrenokrom, konjungtivitis folikularm dan
reaksi alergi.2
2.2.9 Komplikasi
Pasien dapat kehilangan penglihatannya karena kerusakan nervus
optikus sebagai akibat dari tekanan intraokuli yang terlalu tinggi, bila tidak
diobati dan/ atau terjadi edema kornea yang persisten. Komplikasi operasi,
seperti perdarahan suprakoroid, ruptur kapsular dengan hilangnya material
lensa ke dalam segmen posterior, luka di kornea, dan terjadi prolapsus
vitreus.8
2.2.10 Prognosis
Prognosis glaukoma fakolitik baik, dimana kebanyakan pasien
dilaporkan mengalami kemajuan visus setelah ekstraksi katarak dan
implantasi lensa intraokuler, namun demikian pengobatan yang terlambat
dapat menyebabkan visus tidak mengalami kemajuan. Sebagian besar pasien
dengan glaukoma fakolitik memiliki ketajaman visual yang baik pasca operasi
dengan glaukoma remisi total.8
Jika tidak diterapi, pasien dengan glaukoma akan menderita kebutaan.
Gangguan penglihatan yang sudah terjadi tidak dapat dihilangkan. Oleh
karena itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah berusaha mempertahankan
tekanan intraokuler dalam batas normal, baik dengan penggunaan obat-obatan
ataupun tindakan pembedahan yang merupakan jalan terakhir untuk
mempertahankan bagian nervus optikus yang masih intak.1,2
BAB III
KESIMPULAN
1. Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang, biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokuler.