Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Mental

alodokter.com/kesehatan-mental

May 22,
2015

Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi emosi,
pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit
mental juga ada obatnya.

Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’ atau
‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga
dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk
diberikan pengobatan.

Gangguan mental bisa diobati dengan psikoterapi dan obat-obatan. Pada kasus tertentu,
dokter akan memberikan kombinasi kedua metode pengobatan tersebut serta
menyarankan pasien menjalani gaya hidup yang sehat.

Gejala Gangguan Mental


Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami.
Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Beberapa
contoh gejala gangguan mental adalah:

Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya.
Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-
bulan.
Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur,
serta gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa
sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.

Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat
mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag.

1/5
Kapan harus ke dokter
Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) bila Anda
mengalami gejala di atas, terutama jika beberapa gejala tersebut muncul secara
bersamaan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Bila orang di sekitar Anda menunjukkan gejala gangguan mental, ajak dia berbagi dan
bicara baik-baik mengenai gejala yang dialaminya. Jika memungkinkan, ajak dia
menemui psikiater.

Lekas ke IGD rumah sakit jiwa jika muncul gelagat untuk melukai diri sendiri dan orang
lain, terutama jika muncul keinginan untuk bunuh diri. Bila hal tersebut terjadi pada
orang di sekitar Anda, tetaplah bersamanya dan hubungi nomor darurat.

Penyebab Gangguan Mental


Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan mental. Namun, kondisi ini
diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana akan diuraikan di
bawah ini:

Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)


Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.
Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.
Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang.
Kekurangan nutrisi.

Faktor psikologis
Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.

Diagnosis Gangguan Mental


Untuk menentukan jenis gangguan mental yang diderita pasien, psikiater akan
melakukan pemeriksaan medis kejiwaan dengan mewawancarai pasien atau
keluarganya. Pertanyaan yang akan diajukan meliputi:

Gejala yang dialami, termasuk sejak kapan gejala muncul dan dampaknya pada
aktivitas sehari-hari.
2/5
Riwayat penyakit mental pada pasien dan keluarganya.
Peristiwa yang dialami pasien di masa lalu yang memicu trauma.
Obat-obatan dan suplemen yang pernah atau sedang dikonsumsi.

Guna menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain, dokter akan melakukan


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah tes darah.

Melalui tes darah, dokter dapat mengetahui apakah gejala pada pasien disebabkan oleh
gangguan tiroid, kecanduan alkohol, atau penyalahgunaan NAPZA.

Contoh Gangguan Mental


Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dokter dapat menentukan jenis gangguan
mental yang dialami pasien. Dari sekian banyak jenis gangguan mental, beberapa yang
paling sering terjadi adalah:

1. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-
menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang berlangsung selama
beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu
atau berbulan-bulan.

2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi, delusi, serta
kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat penderitanya tidak bisa
membedakan antara kenyataan dengan pikirannya sendiri.

3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya
merasa cemas dan takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat mengalami serangan panik yang
berlangsung lama dan sulit dikendalikan.

4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perubahan
suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih dan putus asa
dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang dalam periode yang lain.

5. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai mengganggu
kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh gangguan tidur adalah
sulit tidur (insomnia) dan sangat mudah tertidur (narkolepsi).
3/5
Pengobatan Gangguan Mental
Pengobatan gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami dan tingkat
keparahannya. Selain terapi perilaku kognitif dan pemberian obat, dokter juga akan
menyarankan pasien menjalani gaya hidup yang sehat.

Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang bertujuan mengubah pola pikir dan
respons pasien, dari negatif menjadi positif. Terapi ini menjadi pilihan utama untuk
mengatasi gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, gangguan kecemasan,
gangguan bipolar, dan gangguan tidur.

Pada banyak kasus, dokter akan mengombinasikan terapi perilaku kognitif dan obat-
obatan, agar pengobatan menjadi lebih efektif.

Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita dan meningkatkan efektifitas
psikoterapi, dokter dapat meresepkan sejumlah obat berikut:

Antidepresan, misalnya fluoxetine


Antipsikotik, seperti aripiprazole.
Pereda cemas, misalnya alprazolam.
Mood stabilizer, seperti lithium.

Perubahan gaya hidup


Menjalani gaya hidup sehat dapat memperbaiki kualitas tidur penderita gangguan
mental yang juga mengalami gangguan tidur, terutama bila dikombinasikan dengan
metode pengobatan di atas. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:

Mengurangi asupan gula dalam makanan.


Memperbanyak makan buah dan sayur.
Membatasi konsumsi minuman berkafein.
Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
Mengelola stres dengan baik.
Melakukan olahraga secara rutin.
Makan cemilan dengan sedikit karbohidrat sebelum tidur.
Tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari.

Jika mengalami gangguan mental yang cukup parah, penderita perlu menjalani
perawatan di rumah sakit jiwa. Demikian juga jika penderita tidak bisa menjalani
perawatan mandiri atau sampai melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri
dan orang lain.

Komplikasi Gangguan Mental


4/5
Gangguan mental dapat menyebabkan komplikasi serius, baik pada fisik, emosi, maupun
perilaku. Bahkan, satu gangguan mental yang tidak diatasi bisa memicu gangguan
mental lainnya. Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah:

Perasaan tidak bahagia dalam hidup.


Konflik dengan anggota keluarga.
Kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain.
Terasing dari kehidupan sosial.
Kecanduan rokok, alkohol, atau NAPZA.
Keinginan untuk bunuh diri dan mencelakai orang lain.
Terjerat masalah hukum dan keuangan.
Rentan sakit akibat sistem kekebalan tubuh menurun.

Pencegahan Gangguan Mental


Tidak semua gangguan mental dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan untuk mengurangi risiko serangan gangguan mental, yaitu:

Tetap berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi.


Berbagilah dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah.
Lakukan olahraga rutin, makan teratur, dan kelola stres dengan baik.
Tidur dan bangun tidur teratur pada waktu yang sama setiap harinya.
Jangan merokok dan menggunakan NAPZA.
Batasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein.
Konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan pakai.
Segera ke dokter bila muncul gejala gangguan mental.

5/5

Anda mungkin juga menyukai