Disusun oleh :
dr. Anisa Tri Anti
Pendamping :
dr. Sri Umaryani
Keluhan Utama
Pasien merasa lemas sejak 2 hari SMRS.
Riwayat Pengobatan
Pasien terkadang tidak mengonsumsi obat gula darah dan darah tinggi secara teratur.
Pasien tidak rutin kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos mentis.
Vital Sign
DIAGNOSA
Ulkus DM pedis dextra
DM tipe 2, obesitas I, GD dengan regulasi insulin
Hipertensi grade II
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad vitam
Qou ad functionam : Dubia ad malam
Qou ad sanationam : Dubia ad malam
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010 diabetes melitus dibagi menjadi 4 berdasarkan etiologinya yakni; diabetes
melitus tipe 1 (DMT1) karena defisiensi insulin absolut, diabetes melitus tipe 2 (DMT2) karena defek sekresi insulin dan/atau resistensi
insulin, diabetes melitus gestasional pada saat kehamilan dan diabetes melitus tipe lain yang disebabkan oleh penyakit endokrin pankreas,
endokrinopati, penggunaan obat atau zat kimia, infeksi maupun kelainan imunologi.
E. Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum adalah luka terbuka atau luka yang paling sering terjadi pada bagian bawah kaki, terjadi pada sekitar 15% pasien
dengan diabetes.5 Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease, diperkirakan 16 juta orang Amerika
Serikat diketahui menderita diabetes, dan jutaan diantaranya beresiko untuk menderita diabetes. Dari keseluruhan penderita diabetes, 15%
menderita ulkus di kaki, dan 12-14% dari yang menderita ulkus di kaki memerlukan amputasi. Dari beberapa penelitian di Indonesia, angka
kematian akibat ulkus atau gangren berkisar 17-23% sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%.1,6
F. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada
kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah
Gambar 2. Patofisiologi
terjadinya ulkus pada kaki diabetik
(Sumber: Sudoyo AW dkk.Kaki
Diabetes.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III.Edisi
V. Jakarta: Interna
Publishing;2009 p.1966)
Tingkat
0 1 2 3
Stadium
A Tanpa tukak Luka Luka sampai Luka sampai
dan pasca superfisial, tendon atau tulang/sendi
tukak, kulit tidak sampai kapsul sendi
intak/utuh tendon atau
tulang kapsul sendi
B 1 Infeksi kulit dan jaringan subkutan.
2 Eritema > 2 cm atau infeksi meliputi struktur subkutan, tanda SIRS
Infeksi
(-).
3 Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, shift to
the left, instabilitas metabolik, hipotensi, azotemia.
Tabel 2.2. Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 20032
Tabel 2.3. Klasifikasi Wagner (klasifikasi yang saat ini masih banyak dipakai)4
Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima oleh semua pihak akan mempermudah para peneliti dalam membandingkan
hasil penelitian dari berbagai tempat. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular,
Kuman penyebab infeksi meliputi polimikrobial yang bersifat aerob dan anaerob, gram negative dan gram positif. Leicher dkk,
1988 mendapatkan hasil pemeriksaan kultur bakteriologi dijumpai mikroorganisme yang tersering adalah gram positif 72%
(Staphylococcus dan Streptococcus grup B) dan gram negative 49% (E. coli, Klebsiela species, Pseudomonas aeruginosa, Proteus species,
Bacteriodes species, dan Peptostreptococcus). Peneliti lain mendapatkan kuman yang tersering adalah kokus gram positif aerobic 89% basil
J. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting untuk pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini harus dilakukan pada
setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang DM, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua
pihak terkait pengelolaan DM, baik para perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun dokter sebagai dirigen pengelolaan. Khusus untuk
dokter, sempatkan selalu melihat dan memeriksa kaki penyandang Dm sambil mengingatkan kembali cara pencegahan dan cara perawatan
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi, yakni pencegahan agar tidak terjadi kecacatan
yang lebih parah.1
a. Kontrol metabolik : kontrol kadar gula darah, kadar albumin serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi
ginjal. Semua factor tersebut akan dapat mneghambat kesembuhan luka jika tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.
b. Kontrol vaskular : kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali secara sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta ditambah pengukuran tekanan darah. Pengelolaannya bisa berupa
modifikasi faktor risiko (memperbaiki faktor risiko arterosklerosis dan walking program), terapi farmakologis (memperbaiki
patensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM) dan revaskularisasi (terapi bedah).
c. Kontrol luka : debridement yang adekuat dan terapi topical (cairan salin sebagai pembersih luka, atau cairan yodine encer,
senyawa silver sebagai bagian dari dressing).
d. Kontrol infeksi : pemberian antibiotic dengan spectrum luas, mencakup kuman Gram positif dan negative, dikombinasikan
dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (seperti misalnya metronidazol).
K. Prognosis
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada kaki dan 1 diantara 100 penderita akan
membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh karena itu, diabetes merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma ekstremitas
bawah di Amerika Serikat. Amputasi kontralateral akan dilakukan pada 50 % penderita ini selama rentang 5 tahun ke depan.6
Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes merupakan resiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki, diikuti
dengan penyakit mikrovaskuler dan regulasi glukosa darah yang buruk. Pada penderita diabetes dengan neuropati, meskipun
6
hasil penyembuhan ulkus tersebut baik, angka kekambuhannya 66% dan angka amputasi meningkat menjadi 12%.
1. Soegono S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus terkini. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta 2004:17-28.
2. Soelistijo SA, Novida H. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI. Jakarta 2015.
3. Levy J, Gavin JR, Sowers JR. Diabetes Mellitus : A Disease of Abnormal Cellular Calcium Metabolism? The American Journal of
Medicine 2004:260-73.
4. Kadri. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Terpadu. Subbagian Endokrinologi-Metabolik dan Diabetes, Bagian Ilmu penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) dalam buku penatalaksanaan diabetes
melitus terpadu. Jakarta; FKUI 2002:161-7.
5. Ketosis, diunduh dari http://www.news-medical.net/health/Ketosis, updated : 1 Februari 2013, diambil tanggal 20 Juni 2014.
6. Fitzgerald. M.G, O’Sullivan. D. J, Malins. J. M, Fatal Diabetic Ketosis , in British Medical Journal, 1961, Birmingham: The General
Hospital, page 1, diunduh dari http://www.brmedj.com, diambil tanggal 20 Juni 2014.
7. Pyke. D. A, Diabetic Ketosis and Coma, in Jornal Clinic Phatologic, London: The Diabetic Department, King’s College Hospital,
diunduh dari http://www.pubmedcentral.nih. gov/articlerender.fcgi?artid=1347541, diambil tanggal 21 Juni 2014 p:57-65.
8. Soewondo P. Diabetes Melitus, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi ke VI, Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2014:189-99.
9. Kalani M, et al,. Hyperbaric Oxygen (HBO) Therapy in Treatment of Diabetic Foot Ulcers. Long Term Follow-up. Journal of
Diabetes and Its Complications 16, 2002:153-58.