Anda di halaman 1dari 2

Konflik suku anak dalam

SAROLANGUN, KOMPAS.com — Tumenggung Celitay dan Wakil Tumenggung Mata


Gunung divonis bersalah oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Sarolangun, Jumat (3/4), dalam
kasus pertikaian antarkelompok Suku Anak Dalam (SAD) yang memakan korban tiga orang.
Kedua pemimpin kelompok SAD ini divonis hukuman penjara 3 bulan 20 hari dipotong masa
tahanan.

Saat putusan dibacakan ketua majelis hakim, Parmatoni, hujan turun sangat deras. Puluhan
keluarga dari kelompok Tumenggung Celitay yang menggelar tenda di depan gedung pengadilan
sejak sidang pertama juga beberapa tampak hadir di ruang sidang.

Terhadap putusan ini, pengacara terdakwa, Iskandar Ismail, menyatakan pikir-pikir dulu. "Kami
meyakini alibi Tumenggung Celitay tidak ada di lokasi kejadian, sedangkan Mata Gunung
memang mengakui memukul, tapi korban kan meninggal karena ditembak," ujar dia.

Majelis Hakim juga mengabulkan perubahan status tahanan negara menjadi tahanan kota. Kedua
terdakwa telah menjalani masa tahanan selama 3 bulan 16 hari sehingga tinggal tersisa empat
hari masa tahanan.

Tumenggung Celitay menyatakan menerima putusan ini karena yang penting bagi dia adalah bisa
berkumpul kembali dengan keluarga. Para istri dan anak-anak menari-nari seusai persidangan
sebagai tanda suka cita.

JAKARTA, KOMPAS.com — Divisi Humas Polri merilis kronologi bentrokan antarkelompok


warga yang terjadi di Kampung Juata Permai, Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (28/9/2010).
Peristiwa tersebut memicu bentrokan yang lebih luas, bahkan merambat hingga ke dalam kota.
Informasi dari Tarakan menyebutkan, lima orang tewas dalam pertikaian ini.

Berikut konologi kejadian yang disampaikan Divisi Humas Polri dalam situs resmi Polri, Rabu.

Minggu, 26 September 2010, sekitar pukul 22.30 Wita Abdul Rahmansyah, warga Kelurahan
Juata Permai, dikeroyok lima orang tak dikenal saat melintas di Perum Korpri, Jalan Seranai III,
Juata, Kecamatan Tarakan Utara, Kota Tarakan. Ia terluka di telapak tangan. Abdul pulang ke
rumah untuk meminta pertolongan dan diantar pihak keluarga ke RSU Tarakan untuk berobat.

Senin, 27 September 2010 Sekitar pukul 00.30 Wita, Abdullah (56), orangtua Abdul
Rahmansyah, beserta enam orang yang merupakan keluarga dari suku Tidung berusaha mencari
para pelaku pengeroyokan dengan membawa senjata tajam berupa mandau, parang, dan tombak.
Mereka mendatangi sebuah rumah yang diduga sebagai rumah tinggal salah seorang dari
pengroyok di Perum Korpri.

Penghuni rumah yang mengetahui rumahnya akan diserang segera mempersenjatai diri dengan
senjata tajam berupa badik dan parang. Setelah itu, terjadilah perkelahian antara kelompok
Abdullah dan penghuni rumah tersebut yang adalah warga suku Bugis Latta. Abdullah
meninggal akibat sabetan senjata tajam. 
Pukul 01.00 Wita, sekitar 50 orang dari kelompok suku Tidung menyerang Perum Korpri. Para
penyerang membawa mandau, parang, dan tombak. Mereka merusak rumah Noordin, warga
suku Bugis Letta.

Pukul 05.30 Wita terjadi pula aksi pembakaran rumah milik Sarifudin, warga suku Bugis Latta,
yang juga tinggal di Perum Korpri.

Pukul 06.00 Wita, sekitar 50 orang dari suku Tidung mencari Asnah, warga suku Bugis Latta.
Namun, ia diamankan anggota Brimob.

Pukul 10.00 Wita, massa kembali mendatangi rumah tinggal Noodin, warga suku Bugis Latta
dan langsung membakarnya.

Pukul 11.00 Wita, massa kembali melakukan perusakan terhadap empat sepeda motor yang
berada di rumah Noodin.

Pukul 14.30 Wita, Abdullah, korban tewas dalam pertikaian dini hari, dimakamkan di Gunung
Daeng, Kelurahan Sebengkok, Kecamatan Tarakan, Tengah, Kota Tarakan.

Pukul 18.00 Wita, terjadi pengeroyokan terhadap Samsul Tani, warga suku Bugis, warga
Memburungan, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, oleh orang tidak dikenal.

Pukul 18.00 Wita, personel gabungan dari Polres Tarakan (Sat Intelkam, Sat Reskrim, dan Sat
Samapta) diperbantukan untuk mengamankan tempat kejadian perkara.

Pukul 20.30 Wita hingga 22.30 Wita, berlangsung pertemuan yang dihadiri unsur pemda
setempat, seperti Wali Kota Tarakan, Sekda Kota Tarakan, Dandim Tarakan, Dirintelkam Polda
Kaltim, Dansat Brimob Polda Kaltim, Wadir Reskrim Polda Kaltim, serta perwakilan dari suku
Bugis dan suku Tidung. Pertemuan berlangsung di Kantor Camat Tarakan Utara.

Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa masalah yang terjadi adalah masalah individu. Para
pihak bertikai sepakat menyerahkan kasus tersebut pada proses hukum yang berlaku. Polisi
segera bergerak mencari pelaku. Semua tokoh dari elemen-elemen masyarakat memberikan
pemahaman kepada warganya agar dapat menahan diri.

Anda mungkin juga menyukai