Anda di halaman 1dari 7

“ DEMAM THYPOID “

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari,

gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.

2. Etiologi

Penyakit demam typoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella

typhi.

3. Patofisiologi

Kuman salmonella thypi masuk bersama makanan/ minuman

setelah berada di dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid

usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.

Setelah menyebabkan keradangan dan nekrosis setempat kuman lewat

pembuluh darah limfe masuk ke darah (bakterimia primer) menuju organ

retikuloendotelial system (RES) terutama hati dan limfa. Di tempat ini

kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit

berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali

masuk ke darah menyebar keseluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan

sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu

yang selanjutnya kuman tersebut di keluarkan kembali dari kandung

empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa

bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya


sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula diduga

bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam typoid.

Demam typoid disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya

yang merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang. Selanjut zat pirogen yang beredar di darah

mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus yang mengakibatkan

timbulnya gejala demam.

4. Tanda dan Gejala.

Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama,

keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya,

yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,

konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.

Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan.

Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,

bradikardi relatif, lidah typoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta

tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran

berupa samnolen koma.

5. Test Diagnostik

1. Pemeriksaan leukosit

Pemeriksaan leukosit ini tidaklah sering dijumpai, karena itu

pemeriksaan jumlah leukosit ini tidak berguna untuk diagnosis

demam typoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal

setelah sembuhnya demam typoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini

tidak memerlukan pembatasan pengobatan.

3. Biakan darah

Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan

darah negatif tidak menyingkirkan demam typoid.

4. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi

terdapat dalam serum pasien demam typoid, juga pada orang yang

pernah ketularan salmonella typhi dan juga para orang yang

pernah divaksinasi terhadap demam typoid.

6. Penatalaksanaan Medis

1. Perawatan

 Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

 Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2. Diet

 Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

 Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

 Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim.
 Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

3. Pengobatan

 Klorampenikol

 Tiampenikol

 Kotrimoxazol

 Amoxilin dan ampicillin

7. Komplikasi

Komplikasi yaitu dapat terjadi

o Perdarahan usus

o Perforasi usus

o Ileus paralitik

o Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis)

miokarditis, trombosis, dan tromboflebitie.

o Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia

hemolitik

o Paru : pneumoni, empiema, pleuritis.

B. Konsep Dasar Medis

1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan Istirahat.
Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan proses penyakit.

b. Sirkulasi
Tanda: Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan nyeri), bradikardi
relatif, hipotensi termasuk postural, kulit/membran mukosa turgor buruk,
kering, lidah kotor.

c. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya/ tidak
ada harapan.
Tanda: Menolak, perhatian menyempit.

d. Eliminasi
Gejala: Diare/konstipasi.
Tanda: Menurunnya bising usus/tak ada peristaltik meningkat pada
konstipasi/adanya peristaltik.

e. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual dan muntah.
Tanda: Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit
buruk, membran mukosa pucat.

f. Hygiene
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.

g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Hepatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium.
Tanda: Nyeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium.
h. Keamanan
Tanda : penglihatan kabur, gangguan mental delirium/ psikosis.
Gejala: Peningkatan suhu tubuh 38-40 oC

i. Interaksi Sosial
Gejala: Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan dengan
kondisi yang di alami.

j. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.

2. Diagnosis Keperawatan
1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa
2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual,
muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang
berlebihan akibat diare.
4. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding
usus halus
5. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada
dinding usus halus,
6. Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psikosis
DAFTAR PUSTAKA
1. Nanda Nic Noc. 2015-2017. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Revisi : Jakarta.
2. Lynda Juall. 2008. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.

3. Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapis : Jakarta.

4. Rahmad Juwono. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai