Anda di halaman 1dari 3

KANDUNGAN MAKROALGA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fikologi
Yang diampu oleh Dr. Murni Sapta Sari. M, Si.

Oleh :
Kelompok 2
Anna Iriansyah 170342615532
Balqis Hanun Hanifah 170342615566
Endah Retno Atdha Sari 170342615502
Mega Berliana 170342615550
Mita Berliana 170342615544
M. Herbert Hidayat 170342615576

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makroalga merupakan tumbuhan makrofitbentik (besar dan melekat pada
substrat di lautan). Makroalga tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Seluruh
tubuh alga hanya terdiri dari thallus. Substansi dari makroalga sangat beranekaragam
ada yang lunak,keras mengandung kapur dan berserabut. Secara taksonomi, rumput
laut dikelompokkan ke dalam divisio Thallophyta. Berdasarkan kandungan
pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas : Rhodophyceae,
Phaeophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae.
Menurut Trainor (1978), rumput laut merupakan kumpulan tumbuhan tidak
bervaskular serta mempunyai pigmen klorofil a untuk menjalankan proses
fotosintesis. Rumput laut mempunyai struktur vegetatif yang berbeda daripada
tumbuhan tingkat tinggi. Struktur vegetatif rumput laut tidak dapat dibedakan antara
daun, batang dan akar. Struktur yang tidak dapat dibedakan ini dikenali sebagai
thallus. Thallus dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu filamen dan sifon. Kedua
bentuk talus ini akan bervariasi yang akan menghasilkan bentuk talus yang lebih
kompleks. Ini termasuk juga filamen ringkas hingga kepada bentuk yang lebih besar
yang dapat dibedakan antara kepada pelekap, stip dan lamina.
Habitat rumput laut adalah di sekitar pantai, di perairan laut serta di dalam
laut, termasuk juga kawasan yang berpasir, berbatu karang, berlumpur dan juga
terdapat pada kulit kerang, pada kayu, pukat serta tumbuh atas rumputi laut lain
sebagai epifit (Trainor, 1978).
Potensi rumput laut di Indonesia ikut andil dalam peningkatan pendapatan
masyarakat pesisir antara lain Riau, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku meskipun masih dalam skala kecil.
Kebutuhan rumput laut dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peningkatan ini terjadi
karena adanya permintaan pasar dalam dan luar negeri.
Eucheuma sp dan Hypnea sp menghasilkan metabolit primer senyawa
hidrokoloid yang disebut karaginan (carrageenan). Gracilaria sp dan Gelidium sp
menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Sementara
Sargassum sp yang menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang
disebut alginat. Rumput laut yang menghasilkan karaginan disebut pula
Carraginophyte (karaginofit), penghasil agar disebut Agarophyte (agarofit), dan
penghasil alginat disebut alginophyte (alginofit).
Makroalga Sebagai Biodiesel
Menurut Kuncahyo dkk (2013) saat ini indonesia sedang mengalami krisis
energi, terutama energi bahan bakar minyak. Dari tren data produksi dan konsumsi
bahan bakar yang telah dianalisis, diperkirakan indonesia akan mengalami penurunan
dalam produksi bahan bakar dan habis pada tahun 2053. Salah satu solusi untuk hal
tersebut ialah dengan alternatif bahan bakar minyak dengan menggunakan biodiesel
yang berasal dari tumbuh – tumbuhan.
Pemilihan bahan baku biodiesel perlu diupayakan untuk mengetahui jenis
bahan baku biodiesel yang dapat dikembangkan secara luas. Kriteria yang dibutuhkan
sebagai bahan baku biodiesel ialah mudah tumbuh, mudah dikembangkan secara luas,
dan mengandung minyak nabati yang cukup besar [Zuhdi, 2005]. Indonesia
merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi sehingga kini
terdapat lebih dari 50 jenis bahan baku untuk biodiesel yang ada di indonesia. Dari 50
lebih jenis tersebut didapatkan 6 jenis dengan potensi karakteristik dan ketersediaan
yang baik yaitu minyak jelantah, kelapa sawit, jarak pagar, karet, dan alga (Kuncahyo
et al, 2013).

Anda mungkin juga menyukai