Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan
kesehatan serta rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat membuat tugas makalah
demgan judul:

“ MANUFAKTUR PEMBUATAN PIYAMA ANTI BAKTERI”

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi penilaian tugas semester 1 dan sebagai suatu
bentuk pertanggungjawaban dari pembelajaran yang telah dilakukan dikelas.Salawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,para sahabat serta
pengikutnya sampai akhir zaman. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tuaku tercinta yang selalu menyertai dengan segala kasih
saying,kesabaran,motivasi serta doa juga kepada adik-adikku tercinta.

Berpijak dari kesadaran bahwa saya menuntaskan makalah ini tak lepas dari dukungan
banyak pihak,maka dalam lembaran ini sebagai penghargaan kepada mereka ,saya
sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si selaku dosen dari mata kuliah
Manufaktur TPT yang telah memberikan ilmu dan arahan tentang manufaktur.
2. Perpustakaan STT Tekstil yang telah memberikan banyak referensi untuk
membuat makalah.
3. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan motivasi saat membuat
makalah ini.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhirnya segala puji,syukur atas
nikmat dan karunia kita panjatkan kepada Allah SWT.

Saran dan kritik, saya harapkan guna menjadikan karya tulis ini sesuatu yang
membangung bagi pembaca.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan pencinta
ilmu tekstil.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandung, 9 Desember 2017

Karina Indirani

17020046
DAFTAR ISI

BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................6
PEMINTALAN..................................................................................................................6
2.1 Proses pembuatan benang kapas...............................................................................7
BAB 3..............................................................................................................................12
PERTENUNAN...............................................................................................................12
3.1 Persiapan benang lusi.............................................................................................12
3.1.1 Penghanian (Warping).....................................................................................12
3.1.2 Penganjian (Sizing).........................................................................................12
3.1.3 Pencucukan (Drawing-in) dan Penyambungan................................................13
BAB 4..............................................................................................................................14
PRETREATMENT, PENCAPAN dan FINISHING........................................................14
4.1 Pretreatment...........................................................................................................14
4.2 Pencapan................................................................................................................16
4.3 Finishing................................................................................................................17
BAB 5..............................................................................................................................20
KESIMPULAN................................................................................................................20
5.1 Kesimpulan............................................................................................................20
5.2 Saran......................................................................................................................20
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Piyama merupakan sejenis busana khusus yang biasa digunakan sebagai
pakaian tidur oleh anak-anak hingga orang dewasa. Busana malam ini terdiri dari
dua potong pakaian penutup tubuh bagian atas dan bawah yang terpisah satu
sama lain. Model pakaian yang digunakan sebagai penutup tubuh bagian atas
yaitu berupa baju berkancing, sedangkan untuk bagian bawahnya dibuat dalam
bentuk celana.

Kata “piyama” sendiri berasal dari bahasa Bengali “pajama”, dan biasa
disebut denga nama “payjama” dalam bahasa Persia. Penggunaan piyama
sebagai pakaian tidur konon mulai populer pada abad ke-17 di Asia Selatan
maupun Asia Barat. Selanjutnya pada abad ke-18 pakaian ini dipilih sebagai baju
tidur laki-laki oleh misionaris Inggris. 

Seiring berjalannya waktu piyama kemudian diciptakan dalam desain dan


variasi yang lebih menarik sehingga dapat digunakan juga oleh para perempuan,
tepatnya pada pertengahan 1980-an. Sampai saat ini piyama yang dirancang
oleh para desainer memiliki banyak pilihan model dan warna. 

Berbeda dengan pola pakaian pada umumnya piyama ini memiliki potongan


yang cukup sederhana dan tidak terlalu rumit. Beberapa dilengkapi dengan
bisban sebagai hiasan pada bagian saku, tepi lengan baju, atau bagian bawah
celana. Selain itu, ukurannya juga dibuat lebih longgar untuk memberikan rasa
nyaman pada tubuh pemakainya. 

Bahan kain tekstil yang dapat digunakan untuk membuat piyama yaitu berupa


bahan kain yang memiliki karakteristik lembut dan nyaman seperti katun, paris,
maupun sutra. Meski kain sutra sendiri harganya relatif sangat mahal dan
terbatas pada kalangan elite saja.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses pembuatan piyama?
b. Bagaiman membuat piyama menjadi tahan air?

1.3 Tujuan
a. Memaparkan proses permbuatan piyama

b. Menjelaskan proses piyama menjadi tahan air

1.4 Manfaat
a. Penulis dapat menambah pengetahuan tentang proses pembuatan piyama

b. Penulis dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat karya tulis

c. Pembaca memahami tentang proses membuat barang jadi yang berasal dari bahan
mentah

d. Masyarakat dapat mengetahui bagaimana bisa jadi tahan air

e. Di bidang tekstil dapat digunakan sebagai acuan


BAB 2

PEMINTALAN

Piyama yang dihasilkan berasal dari kain dimity,sebelum diperoleh kain dimity
terlebih dahulu serat dibuat benang.Dari benang dijadikan rajutan dan selanjutnya
disempurnakan.Proses pembuatan benang dari serat disebut pemintalan.

Gambar tanaman kapas

Bahan pokok untuk benang kapas adalah serat kapas.Serat kapas berasal dari rambut
biji tanaman yang termasuk ke dalam jenis Gossypium.Berdasarkan panjang dan
kehalusan serat,kapas dibagi menjadi tiga kelompok,yaitu kapas serat
panjang,medium,dan pendek.Kapas diperoleh dari tanaman semak dengan tinggi sekitar
30-120 cm. Kapas dapat dipungut dengan tangan atau mesin. Setelah dipungut serat kapas
dibersihkan (ginning),untuk memisahkan serat dari bijinya. Serat kapas yang telah
dipisahkan disebut lint,dimampatkan menjadi bal kapas dengan berat 400 pund.Biji-biji
kapas setelah proses pembersihan masih ditutupi oleh serat kapas yang pendek yang
disebut linteres.
Gambar Mesin Ginning

Warna kapas tidak benar- benar putih tetapi sedikit krem..Mulur serat kapas termasuk
tinggi diantara serat selulosa alam.Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap
air Kekuatan serat kapas dipengaruhi kadar selulosanya.Oleh karena kapas sebagian besar
tersusun dari selulosa,serat kapas jika diberi zat pengoksidasi dan penghidrolisa akan
merusak kapas sehingga kekuatannya akan turun.Untuk membuat benang dari serat kapas
dilakukan dengan system pemintalan mule,ring atau open end.

2.1 Proses pembuatan benang kapas :

1. Pembukaan bandela (opening)

Bungkusan bal dibuka kemudian kapas dipersiapkan untuk dimasukkan kedalam


mesin pembuka bandela.Mesin bandela yang terkenal adalah buatan Hopper. Dalam
mesin ini bal kapas diuraikan sehingga menjadi gumpalan kecil-kecil kemudian kapas
diteruskan ke mesin pembuat selaput

2. Mesin Pembuat Selaput (blowing)


Mesin blowing adalah mesin pengurai,pembersih dan pembuat selaput.Mesin ini
terdiri dari beberapa mesin yang merupakan satu unit,yang secara otomatis dapat
menggerakkan kapas ke mesin berikutnya.Fungsi mesin ini adalah menguraikan kotoran
dipisah dari kapas.Selanjutnya kapas yang terurai itu keluar dari mesin menjadi lapisan
yang rata,yang disebut selaput.Selaput ini diteruskan ke mesin berikutnya (carding)

3. Mesin garu (Mesin Carding)

Mesin garu terdiri dari dua silinder yang dilapisi dengan lapisan duri yang menyerupai
garuk. Mesin garu ini berfungsi menggaruk selaput kapas agar hasilnya merupakan
serabut yang memanjang sama arahnya. Karena digaruk maka serat pendek akan
terpisah.Fungsi mesin ini adalah membersihkan kotoran-kotoran dan debu yang masih
terdapat pada selaput kapas,menguraikan serat agar menjadi serat yang terurai baik,serta
memisahkan serat pendek dengan serat yang panjang.Mesin garu menghasilkan
sumbu.Sumbu ini diteruskan ke mesin pendublir dan peregang

4. Mesin Pendublir dan Peregang (Combing)


Sumbu dari mesin garu dibawa ke mesin combing untuk disatukan dengan sumbu-
sumbu yang lain.Sumbu yang didublir ini akan lebih besar dari sumbu yang tadi.Untuk
memperoleh sumbu sebesar semula caranya diregang dan disusutkan.Disamping diregang
,sumbu disisir agar didapatkan sumbu yang sejajar dan rata serta serat yang pendek dan
terpisah.

5. Mesin Pembuat Lawe (Roving)

Mesin ini merupakan mesin terakhir dari persiapan proses pembuatan benang. Benang
yang dihasilkan dari mesin ini disebut benang mula.Benang mula belum mempunyai
kekuatan yang cukup.Mesin ini berfungsi untuk meregangkan benang untuk mendapatkan
benang yang lebih halus dan memberikan pilihan sedikit supaya benang mempunyai
kekuatan.
Ukuran benang ini relatip lebih kecil dari sumbu. Benang digulung pada gelendong
yang dusebut bobbin.Gulungan bobbin dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
pekerjaan berikutnya.Selanjutnya benang dibawa ke mesin ring spinning

6. Mesin Pemintal Bercincin (Ring spinning)

Mesin ini berfungsi membuat benang yang sebenarnya.Proses yang terjadi adalah
peregangan,pemberian pilinan,dan penggulungan pada bobbin.Setelah dari mesin
ini,kemudian dibawa ke mesin cone winder

7. Mesin Cone Winder

Mesin ini bukanlah mesin pembuat benang,tetapi hanya merupakan


penggulung.Benang berbentuk bobbin digulung hingga menjadi bentuk cone.Fungsi
mesin ini selain menggulung benang dari bentuk bobbin ke bentuk cone,juga menghilang
cacat.Hasil dari mesin cone winder ialah benang yang licin,rata,dan bersih.

Benang yang dihasilkan adalah benang single,sedangkan untuk menenun menjadi kain
dimity dibutuhkan benang rangkap
Doubling

Setelah proses winding selesai, benang memasuki proses doubling. Doubling


berfungsi untuk merangkap benang, disini benang single diubah menjadi benang double
dan gulungannya dipindah ke bobbin silinder dengan ukuran yang telah ditentukan.
Mesin doubling juga dilengkapi dengan yarn clearer yang berfungsi agar tidak terjadi
penyimpangan dari jumlah benang yang harus di doubling dan secara otomatis pula
berhenti jika benang yang sudah di rangkap kurang dari dua atau lebih.Jadilah benang
sisir dengan nomor benang 60x80.
BAB 3

PERTENUNAN

3.1 Persiapan benang lusi


Hampir semua benang lusi mengalami tarikan-tarikan atau tegangan-tegangan yang
terjadi pada proses pertenunan.Persiapan benang lusi meliputi proses pengelosan
(winding),penghanian(warping),penganjian(slashing),dan pencucukan (drawing-in) atau
penyambungan (tying-in).Proses pengelosan sudah di bab 2.

3.1.1 Penghanian (Warping)

Penghanian adalah proses menggulung atau memindahkan benang dari bobbin-bobin


yang terdapat pada creel ke beam hani/tenun dengan gulungan benang sejajar satu sama
lain.Biasanya pada mesin hani dipasang peralatan penghilang listrik static untuk
menyalurkan arus listrik.Yang terjadi adalah penghanian langsung,benang langsung
ditarik dari bobbin yang dipasang pada creel langsung digulung pada beam hani.

3.1.2 Penganjian (Sizing)

Meskipun kualitas dan karakteristik beang lusi yang berasal dari proses pengelosan
dan proses penghanian cukup baik,benang-benang tersebut belum cukup kuat.Untuk
mendapatkan sifat kuat,halus,dan elastis diperlukan kanji untuk melindungi atau melapisi
benang lusi.Tujuan akhir penganjian adalah menghilangkan atau mengurangi putus lusi
selama pennunan.

3.1.3 Pencucukan (Drawing-in) dan Penyambungan


Setelah melalui proses penganjian benang lusi kanji yang digulung pada beam tenun
siap untuk dipasang di mesin tenun.Pencucukan adalah memasukkan benang-benang lusi
ke dalam dropper wire,kawat hammes (heddles) dan sisir tenun(reed).Setelah beem tenun
dipasang pada mesin tenun,maka benang lusi yang terdapat pada beem tenun baru dapat
disambung dengan benang-benang lusi sisa pertenunan sebelumnya yang masih tercucuk
dengan terlebih dahulu memotong dari beam tenun lamanya.Proses ini dinamakan
penyambungan benang,selanjutnya setelah satu per satu beang-benang ditarik sehingga
simpul sambungan melewati dropper wires,heddles,dan sisir tenun.

Setelah benang lusi dan pakan siap,dipasang pada mesin tenun.Ada 5 gerakan dasar yang
bekerja selama pertenunan berlangsung:

 Penguluran benang lusi (Warp let off)


 Pembukaan mulut lusi (Shedding)
 Penyisipan benang pakan (Filling Insertion)
 Pengetekkan benang pakan (Beat Up)
 Penarikan/penggulungan kain (Fabric take up)

Setelah ditenun jadilah kain dimity,yaitu kain tipis,kaku dengan anyaman polos dan
terdapat garis-garis strip yang dibentuk oleh benang rangkap kearah membujur dan
melintang.Antihan per inci : lusi 27z, pakan 32z Berat akhir : 56 g/m

Gambar kain dimity


BAB 4

PRETREATMENT, PENCAPAN dan FINISHING

4.1 Pretreatment
Pretreatment ditujukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga psoses
selanjutnya dapat berjalan dengan lancar.Kapas mengandung zat bukan tekstil berupa
kotoran alamiah yaitu lemak,lilin,malam,dan pektin

4.1.1 Membakar bulu (singeing)

Permukaan hasil tenunan selalu terdapat bulu-bulu halus yang bermunculan yang
berasal dari serat kapas tadi.Bulu-bulu itu berasal dari benang tenunan yang mengalami
gesekan dan tegangan waktu bahan itu ditenun,sehingga ujung-ujung seratnya terlepas
dari pilinan.Kain yang bulunya akan dibakar dicuci dan disikat untuk menghilangkan
kotoran serta dikeringkan.Kain yang sudah kering ini dilakukan pada logam panas atau
pada nyala api.Pada logam panas yang pijar dengan kecepatan yang sudah diatur sesuai
tebal kain, pada nyala api dilakukan dua atau tiga kali pada nyala api gas atau minyak
tanah yang biru warnanya, lalu kain atau bahan ini dilakukan pada bak berisi air atau rol
pemadam api untuk mematikan api yang mungkin terbawa oleh kain.Lalu kain
dikeringkan.
4.1.2 Penghilangan kanji (desizing)

Penghilangan kanji dengan enzim.Enzim dapat mengubah kanji menjadi zat gula,kain
dimasukkan ke larutan ensima panas sambil menaikkan suhu jika suhu optimal 55°C
maka perhatikanlah agar suhu tersebut bertahan selama 1 atau 2 jam.Akhirnya kain
tersebut dicuci dan dikeringkan.Menghilangkan kanji dengan bahan kimia bisa merusak
kain mengandung selulosa

4.1.3 Pemasakan

Pada serat kapas terdapat lilin atau lema yang menghalangi penyerapan bahan
terhadap air dan zat warna.Untuk menghilangkannya serat kapas dimasak dengan larutan
soda api dan soda abu. Larutan ini dapat merubah lilin atau lemak menjadi semacam
sabun yang mudah larut dalam air.Kain dimasukkan ke dalam larutan soda api dan soda
abu sambil suhu dinaikkan perlahan-lahan sampai mendidih selama 1-2 jam lalu kain
dicuci dengan air panas kemudian dicuci dengan air dingin sampai benar bersih.

4.1.4 Penggelantangan

Kaporit(CaOCl2) digunakan untuk menggelantang bahan yang berasal dari kapas.Kain


dimasukkan ke dalam larutan kaporit yang mengandung soda abu selama satu sampai dua
jam,lalu dicuci bersih.Kemudian kain dimasukan ke larutan berisi klor selama seperempat
sampai setengah jam.Proses ini disebut pengasaman. Akhirnya kain dimasukkan ke
larutan mengandung natrium bisulfat maksudnya untuk menghilangkan klor atau disebut
proses anti klor.
Dengan H2O2 kain dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung H2O2 yang
mengandung natrium silikat dengan suhu 85°C.Proses menggelatntang dengan H2O2
sangat menguntungkan karena prosesnya singkat,hasilnya baik dan kemungkinan
merusak bahan kurang.

4.2 Pencapan

Proses pencapan diperlukan pasta cap yang terdiri dari zat warna,pengental atau
perekat dan zat pembantu lain. Pencapan langsung dilakukan pada kain kapas putih, pasta
cap mengandung Natrium Hidrofosfat, alkali dan pendispersi, pembasah dan albumine.
Albumine .albumine berfungsi untuk meningkatkan ketahatahanan luntur warna terhadap
pencucian. ada 2 jenis albumumine yaitu albumine telur untuk warna muda dan albumine
darah untuk warna tua.

Contoh :

Resep A

5 – 40 g zat warna direk

390 – 330 g air panas

5 – 30 g natrium fosfat

500 – 500 g pengental

tragan (65 : 100)

100 – 100 g larutan albuna (1 : 1)


1000 g pasta cap

Urutan kerjanya sebagai berikut :

Cara pemberian pasta cap adalah sebagai berikut :

 Zat warna dan zat lain yang berupa kristal dilarutkan dulu dengan air
panas.
 Larutan zat warna dicampur dengan larutan urea ditambah larutan
pengetal.
 Terakhir tambahkan larutan natrium fosfat.
 Pencapan Pengeringan Penguapan ½ - 1 jam
 Dibilas dengan air panas yang mengandung :
20 – 50 g/l garam glober ml/l Tmofix 6 g/l Fixanol
 Dibilas lalu dikeringkan .Urea untuk membantu kelarutan zat warna dan
membantu pasta cap besifat higroskopik.
 Jika dalam praktik, kesukaran menghilangkan pata cap, maka pada larutan
pembilas ditambah zat pencuci misal minol KB sebanyak 2 ml/l.

4.3 Finishing
4.3.1 Penyempurnaan Basah (Permerseran)

Memerser adalah penyempurnaan yang dilakukan pada kain kapas yang bertujuan
untuk mendapatkan kain yang lebih berkilau,kuat dan tahan cuci.Bahan yang digunakan
untuk memerser adalah NaOH. Proses merser : tenunan kapas direndam dalam
NaOH.Setelah direndam di NaOH tenunan akan susut 20% sampai 30%.Agar tidak
terlalu banyak menyusut maka tenunan perlu ditegangkan kuat-kuat.Permukaan kain
menjadi licin,tenunan diangkat dan dibilas dengan air bersih supaya zat kimia
hilang.Kemudian dikeringkan.

4.1.2 Penyempurnaa anti bakteri

Penyempurnaan anti mikroba bertujuan untuk menjaga bahan tekstil dari serangan
mikroba, mencegah timbulnya bau pada kain yang disebabkan oleh mikroorganisma.Pada
prinsipnya, penyempurnaan anti mikroba pada kain bekerja dengan menghambat
pertumbuhan mikroorganisma. Istilah bakteriostatik mempunyai arti menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida mempunyai arti dapat mematikan bakteri.

Efek bakteriostatik bertujuan untuk:

- mencegah penularan dan perkembangbiakan (propagation) mikroorganisma patogen


(faktor higienis).

- mengurangi bau yang kurang sedap akibat degenesari bakteri.

- mencegah hilangnya nilai pakai akibat rusaknya serat oleh bakteri.

Zat anti mikroba, pada prinsipnya mengandung fenol aktif, garam amonium kuartener,
dan senyawa logam-organik (Hg). Berbagai cara, baik kimia maupun fisika, dapat
dikerjakan untuk mendapatkan kain yang bersifat anti bakteri. Pada prakteknya, efek anti
mikroba diperoleh dengan menambahkan produk kimia tertentu pada tahap proses
penyempurnaan, atau bahkan melalui pencampuran zat kimia tertentu kedalam serat pada
proses pemintalan.

Memberikan zat penyempurnaan tekstil. Melalui pemanasan atau kondensasi, zat ini
digabungkan kedalam produk penyempurnaan polimer dan resin yang akan menempel
pada bahan tekstil.

Tabel 13.1 Golongan Zat Kimia yang Dapat Digunakan Sebagai Zat Anti Mikroba

Anti mikroba Zat Kimia


Anilin 3,4,4-triklorokarbanilin
Fenol Biozol, thymol, garam natrium alkilenabisfenol
Guanidin 1,1-exametilena sampai 5-(4-klorofenil) diguanida
diglukonat; diguanida poliexametilena hidroklorida
Imidazol 2(4-tiasolil)benzimidazol, benzotiazol
Senyawa perak zeolit, titanium oksida, perak silikat, perak
anorganik sulfonat, fero ftalosianat, tembaga sulfat
Produk alami Glukosan, propolis, hinokikiol
ZAP/Surfactant kloruro di poliossilalkiltrialkilamonio - organik silikon
dengan garam amonium tersier, okta-
desilidimetil(3-trimetoksipropil, ammonium klorida).
Garam amonium tersier: didesilmetilamonium,
exadesil peridium, setil dimetilbenilamonium,
polioksilalkiltrialkilamonium

Setelah kain disempurnakan kain siap untuk dibuat piyama dengan cara membuat pola
piyama yang diinginkan,lalu menjiplaknya di kain.Setelah itu kain dipotong sesuai
pola,lalu dijahit dan dilekatkan,lalu disetrika dan dikemas.
BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Untuk membuat piyama dengan anti bakteri dibutuhkan kain dimity,kain dimity
berasal dari benang rangkap,benang rangkap berasal dari serat kapas.Untuk membuat
benang dari serat diperlukan proses pemintalan,setelah dipintal ditenun untuk
mendapatkan kain,kain dicap agar berwarna dan bermotif untuk membuat kain anti
bakteri dibutuhkan zat kimia anti makroba.Setelah finishing kain tersbut dibuat pola dan
dijait dan jadilah barang jadi yaitu piyama.

5.2 Saran
Seharusnya langsung melihat bagaimana pembuatan piyama agar lebih paham dan
benar tahapan-tahapannya.Dibutuhkan buku sumber yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Djufri.R,Kasoenarno,G.A.,Salihima Astini,dan Lubis Arifin.1973.Teknologi


Pengelantangan,Pencelupan dan Pencapan.

Jumaeri,Wagimun,Jufri Rasyid,Djahmir Okim dan Gani Hasan.1977.Pengetahuan


Barang Tekstil.

Nyo Agustin dan Subandi Endang.1980.Pengetahuan Barang Tekstil.Jakarta

2015.Piyama.Diambil pada 10 November 2017 dari


https://fitinline.com/article/read/piyama
MANUFAKTUR PIYAMA ANTI BAKTERI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah

Manufaktur TPT

disusun oleh :

Karina Indirani

(17020046)

PRODI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2017

Anda mungkin juga menyukai