Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN

C PADA KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT DESA


PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA
KABUPATEN GORONTALO

SUMARRY

Amelia Niode
Nim : 811409023

Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan


Universitas Negeri Gorontalo.

ABSTRAK

Amelia Niode. 2013. Dampak Aktivitas Pertambangan Bahan Galian


Golongan C Terhadap Kondisi Lingkungan Masyarakat Desa Pilohayanga Barat
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I Ibu Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra., M.Kes dan Pembimbing II Ibu Lia
Amalia, S.KM, M.Kes.
Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo merupakan
daerah yang memiliki potensi pertambangan bahan galian golngan C yang
potensial, sehingga membuat masyarakat mulai melakukan usaha di bidang
pertambangan. Aktivitas pertambangan bahan galian golongan C merupakan
aktivitas pengerukan bahan galian bukan galian strategis ataupun vital, karena
sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Bahan
galian golongan c yang dikeruk adalah batu dan tanah timbun. Kegiatan
pertambangan ini menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Kegiatan
pertambangan ini memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak aktivitas
pertambangan teradap lingkungan dan untuk mengetahui kadar debu di sekiar
pertambangan.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan
triangulasi teknik yaitu data diperoleh berdasarkan observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak lingkungan yang terjadi antara
lain adalah terjadinya pencemaran udara oleh debu, hilangnya sebagian lapisan
tanah, hilangnya tanaman-tanaman penutup tanah, beresiko terjadinya longsor,
hilangnya sebagian pemandangan yng indah dan sejuk,rusaknya jalan desa. Hasil
pengukuran kadar debu di daerah pertambangan yaitu pada titik tengah diperoleh
hasil 330 µg/Nm3, pada arah Timur diperoleh hasil 380 µg/Nm3, pada arah Barat
diperoleh hasil 370 µg/Nm3, pada arah selatan diperoleh hasil 310 µg/Nm3 dan
pada arah utara diperoleh hasil 315 µg/Nm3.
Dampak yang ditimbulkan harus menjadi perhatian serius oleh semua pihak
yang terkait diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, pihak penambang
dan masyarakat sekitar penambangan.
Kata Kunci : Dampak Lingkungan, Galian C, Kadar Debu
I. Pendahuluan pencegahan dan memperbaiki
Penambangan rakyat dilakukan sumberdaya alam lainnya yang telah
oleh rakyat, artinya dilakukan oleh rusak akibat kegiatannya.
masyarakat yang berdomisili di area Penambangan bahan galian
penambangan secara kecil-kecilan atau golongan C (batu dan tanah timbun) di
gotong royong dengan alat-alat desa Pilohayanga Barat ini memang
sederhana. Tujuan mereka adalah untuk memberikan keuntungan berupa
meningkatkan kehidupan sehari-hari. lapangan kerja dan kontribusi kepada
Dilaksanakan secara sederhana dan beberapa pihak tertentu. Tetapi juga
dengan alat sederhana, jadi tidak memberikan dampak negatif yaitu
menggunakan teknologi canggih, khususnya terhadap kenyamanan
sebagaimana halnya dengan masyarakat yang tinggal disekitar
perusahaan penambangan yang penambangan tersebut menjadi
mempunyai modal besar dan memakai terganggu.
teknologi canggih (Dyahwanti Inarni II. Metode Penelitian
Nur, 2007). Jenis penelitian yang dilakukan ini
Salah satu usaha penambangan termasuk jenis penelitian kualitatif.
yang banyak dilakukan di Indonesia Peneliti melakukan pendekatan kepada
adalah penambangan bahan galian masyarakat yaitu dengan mengamati
golongan C baik yang memiliki izin orang dalam lingkungan hidupnya,
(legal) maupun yang tidak memiliki berinteraksi dengan mereka, berusaha
izin (illegal). Sehingga hal ini memahami bahasa dan tafsiran mereka
menyulitkan dalam pengawasan dan tentang dunia sekitarnya (Nasution,
terabaikan dalam pembinaan kegiatan 1988).
penambangan yang berwawasan Dalam teknik pengumpulan data,
lingkungan. menggunakan triangulasi teknik yaitu
Penambangan bahan galian peneliti menggunakan observasi
golongan C adalah bukan merupakan partisipasi pasif, wawancara mendalam
bahan galian strategis ataupun vital, dan dokumentasi untuk sumber data
karena sifatnya tidak langsung yang sama secara serempak.
memerlukan pasaran yang bersifat Sampel sumber data dipilih, dan
internasional. Bahan galian golongan C mengutamakan pandangan informan,
ini adalah bahan yang tidak dianggap yaitu informan kunci dan informan
langsung mempengaruhi hayat hidup biasa.
ornag banyak Pengukuran kadar debu dilakukan
Kekayaan potensi bahan galian di tempat penelitian.
golongan C berupa material batu dan III. Hasill dan Pembahasan
tanah timbun mengakibatkan maraknya Kegiatan penambangan bahan
kegiatan penambangan batu dan tanah galian golongan c di desa Pilohayanga
timbun di wilayah kecamatan Telaga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten
yaitu di Desa Pilohayanga Barat. Gorontalo disebabkan oleh beberapa
Pengamatan di lokasi faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor
penambangan menunjukan bahwa pendidikan.
kegiatan penambangan lebih Usaha penambangan bahan galian
terkonsentrasi pada bagaimana golongan c di desa Pilohayanga Barat
memanfaatkan bahan galian batu dan Kecamatan Telaga Kabupaten
tanah timbun tersebut se ekonomis Gorontalo telah berlangsung selama
mungkin, belum terpikirkan upaya kurang lebih 7 tahun, yaitu dimulai
pada tahun 2006 sampai sekarang. tanaman pangan sekarang menjadi
Berdasarkan wawancara dengan kepala lahan penambangan.
desa Pilohayanga Barat bahwa usaha 3. Hilangnya tanaman-tanaman
penambangan ini tidak dilakukan penutup tanah, hal ini menyebabkan
secara terus-menerus selama 7 tahun aliran permukaan menjadi
tersebut. Usaha penambangan ini meningkat karena tidak adanya
sering terhenti karena adanya kendala tanaman pelindung, apalagi bila
seperti alat yang digunakan rusak, pada musim hujan. Air hujan tidak
selain itu usaha penambangan ini dapat lagi di serap karena sudah
memiliki jangka waktu penambangan, tidak adanya tanaman-tanaman
yakni setiap satu tahun harus penutup tanah.
mengajukan permohonan lagi kepada 4. Beresiko terjdinya longsor bila
pihak penambangan untuk dilihat dari kondisi penambangan
mendapatkan izin kembali melakukan saat ini.
usaha penambangan. Sehingga sampai 5. Hilangnya sebagian pemandangan
sekarang usaha ini masih berjalan yang indah dan sejuk karena
Usaha penambangan ini memang sekarang gunung tersebut bukan lagi
telah mendapatkan izin dari merupakan hamparan hijau lagi
pemerintah, hal ini dengan melalui tetapi hamparan bebatuan yang
tahap-tahapnya. Lokasi telah di tinjau tandus dan panas. Masyarakat
oleh badan lingkungan hidup dan telah mengeluhkan udara di desa mereka
mendapatkan izin bahwa lokasi sudah panas, gersang dan berdebu,
tersebut layak untuk dijadikan lokasi sudah tidak seperti dulu lagi yang
penambangan. sejuk.
Dampak lingkungan dengan 6. Rusaknya jalan desa yang dilalui
adanya penambangan bahan galian oleh truk-truk pengangkut batu dan
golongan c (batu dan tanah timbun) di tanah timbun karena konstruksi
desa Pilohayanga Barat sebagai jalan desa tidak dibuat khusus untuk
berikut: truk-truk bermuatan batu dan tanah
1. Aktivitas penambangan bahan timbun, perbaikan jalan telah
galian golongan c menimbulkan dilakukan namun beberapa lama
dampak terhadap lingkungan yaitu kemudian sudah mulai mengalami
pencemaran udara oleh debu yang kerusakan. Truk-truk yang
dihasilkan dari aktivitas bermuatan batu dan tanah timbun
penambangan bahan batu dan tanah yang berlebih semakin
timbun. Debu yang dihasilkan ini memperparah kerusakan jalan desa.
dapat menggangu pekerja tambang Berdasarkan masalah tersebut
dan masyarakat sekitar peneliti melakukan pengukuran kadar
penambangan yang sering dilewati debu yang dihasilkan oleh aktivitas
oleh truk-truk pembawa batu dan penambangan. Berikut adalah hasil
tanah timbun. yang telah diperoleh setelah dilakukan
2. Hilangnya sebagian lapisan tanah. pemeriksaan tingkat debu di daerah
Hilangnya lapisan tanah penambangan.
menyebabkan kesuburan tanah
hilang sehingga tanah tidak
produktif lagi. Adanya perubahan
tata guna lahan yang dulunya
diperuntukan bagi pertanian
Tabel 4.2 IV. Simpulan dan Saran
Hasil pengukuran kadar debu di lokasi Kegiatan penambangan bahan
penambangan bahan galian golongan c galian golongan c di Desa Pilohayanga
di Desa Pilohayanga Barat Tahun 2013 Barat kecamatan Telaga Kabupaten
Lokasi Suhu Kele Kec. Tekanan Arah TSP
mba
ban
Angin
(m/s)
udara
(mmhg)
angin dalam
µg/Nm3
Gorontalo selain menimbulkan dampak
Tengah 30,4
(%)
66,3 1,4 760 T-B 330
positif yaitu membuka lapangan kerja
Timur 29,1 68.5 1,2 760 T-B 380 bagi masyarakat lokal dan menambah
Barat 28,8 69,8 1,5 760 T-B 370 pendapatan asli daerah, penambangan
Selatan 28,1 71,3 1,3 760 T-B 310 ini juga menimbulkan dampak terhadap
Utara 27,3 74.5 1,4 760 T-B 315
lingkungan masyarakat desa
Catatan: pilohayanga. Dampak terhadap
Baku Mutu Ambien Mengacu pada PP. lingkungan yaitu pencemaran udara
NO.41 TAHUN 1999 oleh debu dari aktivitas penambangan,
TSP : 230 µg/Nm3 hilangnya sebagian lapisan tanah
Pemeriksaan kadar debu menyebabkan kesuburan tanah hilang
dilakukan di 5 titik area sehingga tanah tidak produktif lagi,
penambangan dengan hilangnya tanaman-tanaman penutup
menggunakan alat EPAM 5000 tanah, beresiko terjdinya longsor,
yakni 4 titik searah mata angin, hilangnya sebagian pemandangan yang
utara-timut-selatan-barat dan 1 titik indah dan sejuk, rusaknya jalan desa.
di tengahnya. Pada titik tengah Pengukuran kadar debu di daerah
diperoleh hasil 330 µg/Nm3, pada penambangan bahan galian golongan c
arah Timur diperoleh hasil 380 diperoleh yaitu pada titik tengah
µg/Nm3, pada arah Barat diperoleh diperoleh hasil 330 µg/Nm3, pada arah
hasil 370 µg/Nm3, pada arah Timur diperoleh hasil 380 µg/Nm3,
selatan diperoleh hasil 310 µg/Nm3 pada arah Barat diperoleh hasil 370
dan pada arah utara diperoleh hasil µg/Nm3, pada arah selatan diperoleh
315 µg/Nm3. Dari hasil tersebut hasil 310 µg/Nm3 dan pada arah utara
dapat terlihat bahwa pada bagian diperoleh hasil 315 µg/Nm3. Hasil yang
Timur dan Barat cukup tinggi diperoleh menunjukan bahwa kelima
karena arah angin dominan kearah titik pengukuran telah melebihi baku
Timur dan Barat. Walaupun mutu udara Ambien yang mengacu
demikian semua hasil yang telah pada PP. No 41 Tahun 1999, yaitu
diperoleh bahwa debu yang semua titik lebih dari 230 µg/Nm3.
dihasilkan dari aktivitas Dampak yang ditimbulkan harus
penambangan sudah melebihi batas menjadi perhatian serius oleh semua
yang yang telah di tetapkan. Baku pihak yang terkait diperlukan
mutu ambient mengacu pada PP. kerjasama yang baik antara pemerintah,
No. 41 Tahun 1999, yakni baku pihak penambang dan masyarakat
mutu udara ambient untuk debu sekitar penambangan.
230 µg/Nm3.
Daftar Pustaka
Dyahwanti Inarni Nur, 2007. Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan
Pasir Pada Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing Di Kabupaten
Temanggung. Program Magister Ilmu Lingkungan. Tesis, Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Mukono H.J, 2003. Pencemaran Udara Dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan
Saluran Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press.
Mulia Ricki M, 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graham Ilmu.
Soemarwot, Otto, 2003. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: cv. ALFABETA.
Sukandarrumidi, 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai