Abstrak: Sebagai makhluk sosial, kegiatan siswa erat kaitannya dengan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, tak jarang siswa kesulitan mengatasi masalahnya karena
kurang kreatif dalam menggunakan pengetahuannya. Tidak hanya berfokus pada hasil belajar,
siswa hendaknya diberikan ruang untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatifnya. Studi ini meneliti hubungan antara hasil belajar dan tingkat berpikir kreatif siswa
SMP Negeri 22 Banjarmasin. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda untuk
mengukur hasil belajar dan soal uraian untuk mengukur tingkat berpikir kreatif siswa. Data
hasil belajar dianalisis menggunakan teknik skor yang dikonversi ke nilai-nilai. Sedangkan
data berpikir kreatif siswa dikategorikan menurut tingkat berpikir kreatif, yaitu sangat kreatif
(4), kreatif (3), cukup kreatif (2), kurang kreatif (1), dan tidak kreatif (0). Selanjutnya, kedua
data diuji dengan analisis statistik nonparametrik menggunakan teknik korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara hasil belajar dengan tingkat
berpikir kreatif siswa.
191
Hubungan Hasil Belajar dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran
Matematika 192
menyelesaikan permasalahan, kritis, dan Rising dalam Suherman dkk, 2003). Jadi,
kreatif dalam kondisi yang berwawasan dapat disimpulkan bahwa belajar
nasional, regional, dan global. matematika adalah kegiatan kompleks
SMP Negeri 22 Banjarmasin mengkonstruksi pengetahuan seseorang
dipilih dengan pertimbangan informasi sehingga membentuk pola pikir, pola
yang diperoleh dari guru SMP Negeri 22 koordinasi, dan pembuktian yang logis.
Banjarmasin bahwa hasil belajar Hasil belajar adalah pola-pola
matematika siswa tergolong rendah dan perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
kreativitas siswa dalam membuat dan pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
menyampaikan ide pemikirannya masih keterampilan (Suprijono, 2010). Hasil
sangat kurang. SMP Negeri 22 memiliki belajar berkaitan dengan pencapaian dalam
siswa yang heterogen dilihat dari memperoleh kemampuan sesuai dengan
banyaknya siswa laki-laki dan perempuan tujuan khusus yang direncanakan (Sanjaya,
yang seimbang, serta tingkat kemampuan 2008). Hasil belajar dimiliki siswa setelah
siswa yang beragam. Studi ini membahas menerima pengalaman belajarnya dan
tentang hubungan antara hasil belajar dan menjadi indikator keberhasilan yang
tingkat berpikir siswa. dicapai siswa dalam usaha belajarnya.
Belajar merupakan hal mendasar Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa
untuk seseorang berkembang melakukan taksonomi (pengelompokan) tujuan
perubahan baik kognitif maupun tingkah pendidikan itu harus senantiasa mengacu
lakunya. Belajar menurut Gagne (Dimyati pada tiga jenis ranah yang melekat pada
& Mudjiono, 2006) merupakan kegiatan diri siswa, yaitu ranah proses berpikir
yang kompleks. Dalam teori (cognitive domain), ranah nilai atau sikap
kontruktivisme, belajar merupakan (affective domain), dan ranah keterampilan
konstruksi pengetahuan berdasarkan (psycomotor domain).
pengalaman dari individu (Krulik, Rudnick Menurut Bloom, ranah kognitif
& Milou, 2003). Sementara, Hudojo (2005) mencakup segala upaya yang menyangkut
menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan mental (otak). Dalam ranah
suatu proses aktif dalam memperoleh kognitif terdapat enam jenjang proses
pengalaman/pengetahuan baru sehingga berpikir mulai dari yang terendah sampai
menyebabkan perubahan tingkah laku. tertinggi, yaitu pengetahuan (knowledge),
Jadi, belajar dapat diartikan sebagai proses pemahaman (comprehension), penerapan
kompleks dari seseorang yang berkembang (application), analisis (analysis), sintesis
sehingga terjadi perubahan, baik kognitif (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
maupun tingkah lakunya. Selanjutnya, pada ranah afektif berkaitan
Lebih lanjut, matematika dengan sikap dan nilai. Sedangkan ranah
merupakan pola berpikir, pola psikomotor berkaitan dengan keterampilan
mengkoordinasikan, dan pembuktian yang atau kemampuan bertindak setelah
logis. Matematika itu merupakan bahasa seseorang menerima pengalaman belajar
yang menggunakan istilah yang tertentu (Sudjono, 2011).
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan Usaha belajar siswa terlihat pada
akurat, serta refresentasinya dengan simbol hasil belajarnya. Penilaian hasil belajar
mengenai ide atau gagasan (Johnson & menggambarkan sejauh mana penguasaan
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
193 Winda Agustina, Fahriza Noor
siswa terhadap materi yang telah dipelajari. ditandai dengan kemampuan berpikir
Kegiatan mengukur dan menilai sampai di kreatif.
manakah tujuan pembelajaran yang telah Hasil belajar tersebut dapat dilihat
dirumuskan sudah dapat dilaksanakan secara terpisah dengan kemampuan
disebut evaluasi (Sudijono, 2007). berpikir kreatif. Kemampuan berpikir
Pada pembelajaran yang terjadi di kreatif adalah kemampuan mencipta dan
sekolah atau khususnya di kelas, guru hasilnya berupa kreativitas, yaitu ide
adalah salah satu pihak yang bertanggung seseorang yang berpikir kreatif. Kreativitas
jawab atas hasilnya. Namun, pembelajaran lebih mengutamakan penemuan sesuatu
bukanlah satu-satunya faktor penentu hasil yang baru melalui proses. Pada dasarnya,
belajar (Arikunto, 2012). Terdapat semua siswa mampu untuk berpikir kreatif.
beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi Namun hanya sebagian yang dapat
rendahnya hasil belajar. Secara umum memanfaatkan kemampuan berpikir kreatif
faktor tersebut dikelompokkan menjadi yang dimilikinya.
dua, yaitu faktor internal dan faktor Torrance (dalam Filsaime, 2008)
eksternal. memandang berpikir kreatif sebagai
Syah (2014) mengelompokkan sebuah proses yang melibatkan unsur-
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas,
belajar ke dalam tiga kelompok yakni dan elaborasi. Kategori orisinalitas
sebagai berikut. mengacu pada keunikan dari respon apa
1. Faktor internal (faktor dari dalam pun yang diberikan. Elaborasi yaitu
diri siswa, yaitu keadaan atau kemampuan untuk menguraikan sebuah
kondisi jasmani dan rohani siswa. obyek tertentu, ditunjukkan oleh sejumlah
2. Faktor eksternal (faktor dari luar tambahan dan detail yang bisa dibuat untuk
siswa), yaitu kondisi lingkungan stimulus sederhana untuk membuatnya
sekitar siswa. lebih kompleks. Kelancaran ditunjukkan
3. Faktor pendekatan belajar dengan kemampuan menciptakan
(approach to learning), yaitu upaya segudang ide. Selanjutnya, fleksibilitas
belajar siswa yang meliputi strategi yaitu kemampuan untuk mengubah
dan metode belajar yang digunakan perangkat mentalnya ketika keadaan
siswa untuk mempelajari materi- memerlukan untuk itu, atau cenderung
materi pelajaran. memandang suatu masalah secara instan
Faktor tersebut dapat mendukung dari berbagai perspektif.
maupun menghambat keberhasilan belajar Berpikir kreatif menurut Winkel
siswa. Sebagian besar hasil belajar siswa (dalam Purwanto, 2003) merupakan
ditentukan oleh kemampuan intelektual tindakan berpikir yang menghasilkan
yang merupakan bagian dari faktor gagasan kreatif atau cara berpikir yang
internal. Namun dengan tuntutan baru, asli, independen, dan imajinatif.
pendidikan saat ini, siswa tidak hanya Tingkatan tertinggi dari kegiatan berpikir
dituntut mampu dalam intelektualnya yaitu kreatif, sedangkan tingkat paling
tetapi juga harus mampu mengembangkan rendah yaitu mengingat (Krathwol &
kemampuan berpikir kreatifnya. Salah satu Anderson, 2002; Krulick, Rudnick, Milou,
faktor internal tersebut adalah kreativitas 2003). Oleh karena itu, berpikir kreatif
yang dimiliki siswa itu sendiri yang sering disebut dengan berpikir tingkat
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Hubungan Hasil Belajar dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran
Matematika 194
tinggi. Berpikir kreatif dapat diukur dengan Silver (1997) menyebutkan bahwa
pendekatan kemampuan kognitif. ada 3 indikator siswa dapat dikatakan
Berpikir kreatif merupakan sebuah kreatif ketika menyelesaikan suatu masalah
proses pemecahan masalah. Torrance yaitu kefasihan (fluency), fleksibel
menyebutkan ada enam tahap proses (flexibility), dan kebaruan (novelty).
pemecahan masalah ketika seseorang Adapun deskripsi setiap indikator
berpikir kreatif, yaitu (1) merasakan diuraikan sebagai berikut.
masalah-masalah dan mengumpulkan
informasi, (2) kesulitan-kesulitan Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif Siswa
didefinisikan, (3) mencari dan menduga Indikator Deskripsi
solusi-solusi, (4) menguji dan menguji Kefasihan Siswa dapat menyelesaikan
kembali solusi-solusi, (5) (fluency) soal dengan jawaban yang
menyempurnakan solusi-solusi, dan (6) beragam.
mengkomunikasikan hasil-hasil. Keenam Fleksibel Siswa dapat menyelesaikan
proses tersebut dapat terjadi secara utuh (flexibility) soal lebih dari satu cara
tergantung pada faktor internal di dalam penyelesaian
dirinya. Sedangkan Wallach Kebaruan Siswa dapat menyelesaikan
menggambarkan proses berpikir kreatif (novelty) soal dengan cara yang belum
pada bagan berikut. pernah diselesaikan siswa
lainnya.
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
195 Winda Agustina, Fahriza Noor
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Hubungan Hasil Belajar dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran
Matematika 196
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
197 Winda Agustina, Fahriza Noor
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Hubungan Hasil Belajar dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran
Matematika 198
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
199 Winda Agustina, Fahriza Noor
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Hubungan Hasil Belajar dan Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran
Matematika 200
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016