Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MATERNITAS

RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

LAPORAN PENDAHULUAN
PUD (PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

I. Konsep Medis

A. Defenisi

Perdarahan uterus disfungsi adalah perdarahan abnormal dari uterus (lama,

frekuensi, jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan

organ, hematologi, dan kehamilan, dan merupakan kelainan poros hipotalamus-

hipofise-ovarium (Sadikin, 2005).

Perdarahan rahim disfungsional atau DUB didefinisikan sebagai

perdarahan yang terjadi dari endometrium proliferatif sebagai akibat anovulasi

bila tidak ada penyakit organik (Hacker, edisi 2, 2001).

Perdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya adalah perdarahan

menstruasi abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan,

penyakit sistemik, atau kanker. Diagnosis dan manajemen dari perdarahan

uterus abnormal saat ini menjadi sesuatu yang sulit dalam bidang ginekologi.

Pasien mungkin tidak bisa melokalisir sumber perdarahan berasal dari vagina,

uretra, atau rektum. Pada wanita menyusui, komplikasi kehamilan harus selalu

dipikirkan, dan perlu diingat adanya dua keadaan sangat mungkin terjadi secara

bersamaan (misal mioma uteri dan kanker leher rahim).

B. Penyebab

1. Sebab-sebab organik

Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan

pada:

1
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus

pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri;

b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang

berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,

subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;

c. Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor

tuba;

d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.

2. Sebab-sebab fungsional

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab

organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional

dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi ,

kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir

fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit

untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3% dibawah

20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan

disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya

dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.

Perdarahan rahim disfungsional yang terjadi selama umur reproduksi

dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab misalnya :

a. Gagalnya efek umpan balik positif  dari estrogen, pengubahan perifer

yang abnormal dari androgen menjadi estrogen, atau cacat endometrium

yang dapat berada dalam tingkat reseptor atau dalam sekresi atau

pelepasan prostaglandin.

2
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

b. Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) dan dalam perangsangan

yang terus berlanjut, endometrium akan berproliferasi , sehingga

mencapai tinggi yang abnormal. Terdapat vaskularitas yang hebat dan

pertumbuhan kelenjar yang tanpa dukungan stroma. Endometrium

akhirnya tumbuh melebihi perangsangan yang ditimbulkan oleh estrogen

dan perdarahan terjadi, dengan peluruhan endometrium secara tidak

teratur.

c. Kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofise-ovarium.

Usia terjadinya :

Perimenars (usia 8-16 tahun)

Masa reproduksi  (usia 16-35 tahun)

Perimenopouse  (usia 45-65 tahun

(Manuaba edisi 2010 )

C. Patofisiologi

PUD dapat terjadi pada siklus haid ovulasi (10%) maupun anovulatoar

(90%) atau pada keadaan folikel yang persisten. PUD siklus ovulatoar, lebih

sering terjadi pada usia reproduksi dan mungkin disebabkan oleh :

1. Penurunan estradiol pada pertengahan siklus yang berakibat perdarahan

pertengahan siklus Fase proliferasi atau sekresi yang pendek berakibat

polimenore

2. Penurunan respon folikel terhadap pengaruh Gonadotropin

3. Fase proliferasi yang memanjang

4. Insufisiensi korpus luteum

5. Aktifitas korpus luteum yang memanjang

3
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

PUD pada siklus anovulatoar, sering dijumpai pada masa perimenopause

dan masa reproduksi. Dasar dari perdarahan yang terjadi pada siklus

anovulatoar adalah karena tidak terjadinya ovulasi, maka korpus luteum tidak

terbentuk. Dengan sendirinya akan terjadi kadar progesterone yang rendah dan

estrogen yang berlebihan. Karena estrogen tinggi, maka endometrium

mengalami proliferasi berlebihan (hyperplasia). Dengan rendahnya kadar

progesterone, maka tebalnya endometrium tersebut tidak diikuti dengan

terbentuknya penyangga yang baik, kaya pembuluh darah dan kelenjar.

Jaringan ini rapuh, mudah melepaskan bagian permukaan dan menimbulkan

perdarahan. Perdarahan disatu tempat baru sembuh, timbul perdarahan

ditempat lain, sehingga perdarahan tidak terjadi secara bersamaan.

PUD pada keadaan folikel persisten, sering dijumpai pada masa

perimenopause, jarang pada masa reproduksi. Folikel persisten adalah

stagnasinya fase perkembangan folikel di satu fase sebelum fase ovulasi.

Keadaan ini menyebabkan rangsangan yang terus menerus dan menetap dari

estrogen terhadap endometrium sehingga terjadi hyperplasia endometrium.

Perdarahan terjadi pada tingkat hyperplasia endometrum lanjut atau apabila

folikel tidak mampu lagi membentuk estrogen, maka terjadi perdarahan lucut

estrogen. Keadaan lain yang terjadi pada penderita-penderita PUD adalah

meningkatnya aktifitas fibrinolitik pada endometrium. Terjadi peningkatan

kadar prostaglandin yaitu PGF2, PGE2 dan prostasiklin. Peningkatan rasio

PGF2 : PGE2 mengakibatkan vasodilatasi, relaksasi miometrium dan

menurunnya agregasi trombosit sehingga kehilangan darah haid lebih banyak.

Prostasiklin mengakibatkan relaksasi dinding pembuluh darah dan berlawanan

4
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

dengan aktivits agregasi trombosit sehingga terjadi perdarahan yang lebih

banyak.

Makin tinggi rasio PGF2 : PGE2, terjadinya menoragi dan menometroragi

akan meningkat. PUD bervariasi antara tiga kelompok umur yaitu masa remaja,

usia reproduksi dan perimenopause. Perdarahan kelompok remaja dan

perimenopause biasanya akibat anovulasi kronik, sedangkan pada kelompok

usia reproduksi perdarahan terjadi walaupun siklus haid ovulator.

1. PUD pada remaja

PUD pada kelompok usia belasan tahun biasanya akibat imaturitas

fungsi poros Hipotalamus - hipofise – ovarium (H – P). Pada usia 7 – 9

tahun hipofise menjadi sensitif terhadap umpan balik menopause dari

ovarium. Namun saat menjelang pubertas sensifitas ini berkurang dan

dimulailah fungsi gonad sehingga perubahan-perubahan pubertas dimulai

dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Siklus haid yang pertama

tidak diakibatkan/ berkaitan dengan ovulasi sekalipun terjadi siklus

ovulatoar, siklus ini mungkin belum teratur yang dapat berlangsung 2-5

tahun, sehingga kita belum dapat menyatakan bahwa fungsi ovulasi berjalan

tidak normal sampai kurun waktu 5 tahun. PUD paling sering pada masa

perdarahan ini.

2. PUD pada masa reproduksi Imaturitas poros H – P

Pada usia remaja dapat berlanjut sampai usia reproduksi. Penyebab lain

disfungsi H – P adalah :

a. Stress psikologis

b. Kenaikan/ penurunan BB yang berlebihan

5
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

c. Pemakaian obat-obatan (fenotiazid, reserpin, metal dopa) yang

mempunyai efek inhibisi terhadap ovulasi dari kontrasepsi hormonal dan

obat kontrasepsi oral.

PUD pada kelompok ini terjadi dalam bentuk perdarahan pervaginam

yang irregular dan dapat menjadi sangat banyak setelah beberapa tahun

menganami haid yang normal dan tak lama kemudian haid akan berhenti.

Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) adalah penyebab utama terjadinya

anovulasi kronik pada masa usia reproduksi. Keadaan ini bermanifestasi

sebagai ovarium berbentuk kistik, hipertropik dan terdapat sekresi

gonadotropin yang tidak sesuai ( LH meningkat, FSH normal atau rendah ).

Perdarahan yang timbul biasanya banyak dan ireguler

3. PUD pada masa Perimenopause

Penyebabnya adalah fungsi ovarium yang abnormal, fungsi ovarium

menurun disertai konversi androgen menjadi estrogen. Proses penuaan

berdampak pada ovarium dan berakibat perubahan produksi hormon seks

steroid. Fungsi ovarium yang abnormal mengakibatkan sekresi estrogen

yang tidak dapat diramalkan. Sedangkan penurunan fungsi ovarium

berakibat konversi androgen yang abnormal. Jika kadar estrogen dan

Gonadotropin cukup tinggi akan terjadi peningkatan stimulasi pada

endometrium. Maka pada siklus anovulatoar didapat :

a. Endometrium yang tebal

b. Endometrium yang penuh dengan pembuluh darah

c. Kelenjar yang padat dengan sedikit stroma

d. Jaringan Endometrium yang sangat rapuh

6
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

e. Endometrium yang rapuh dan tebal mengalami perdarahan secara

spontan pada tempat-tempat yang berbeda dan tak teratur

Pada keadaan dimana tidak terdapat kontrol terhadap turunnya

progesterone maka :

a. Tidak ada vasokontriksi

b. Tidak ada lekukan vasa spiralis

c. Tidak terjadi kollaps yang teratur yang akan menginduksi stasis oleh

karena itu perdarahan anovulatoar berlangsung lama dan banyak.

D. Manifestasi Klinis

Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.

Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan

berulang.Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang

wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.

1. Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi

2. Siklus menstruasi yang abnormal

3. Siklus menstruasi bervariasi (biasanya < 28 hari pada siklus menstruasi )

4. Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse

5. Infertill

6. Mood yang berfluktuasi

7. Hot Flashes

8. Kekeringan vagina

9. Hirsutism

10. Nyeri

7
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ini harus sudah terarah sesuai hasil pemeriksaan fisis dan

anamnesis karena biayanya sangat mahal.

1. Tes kehamilan harus dilakukan dan dihasilkan negatif (-)

2. PAP tes

3. Hitung jenis leukosit 6600 ul

4. Pemeriksaan kadar hormon steroid

5. Biopsi endometrium

6. Hematokrit 2 9 , 0 %

7. H e m o g l o b i n 9 , 6 g r / d l

8. USG. Ini adalah hasil dari pemeriksaan USG

F. Penatalaksanaan

Beberapa pasien mungkin memerlukan terapi penunjang berupa zat besi

atau transfusi darah. Pasien dengan pemeriksaan pelvis yang normal dan

dengan endometrium proliferatif yang dipastikan dengan biopsi endometrium

terbaik diterapi dengan terapi hormonal. Pasien yang tidak memberi respons

terhadap terapi hormonal secara cepat atau yang lebih tua daripada 35 tahun

harus menjalani kuretase untuk menyingkirkan karsinoma endometrium. Pasien

yang gagal memberi respons terhdap terapi hormonal dapat juga mengalami

mioma submukosa atau polip endometrium dan dapat membutuhkan

histereskopi untuk diagnosis dan terapi.

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai

kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka

8
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai

berikut:

Menghentikan perdarahan.

Mengatur menstruasi agar kembali normal

Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

1. Menghentikan perdarahan

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai

berikut:

a. Kuret (curettage)

Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis

b. Obat  (medikamentosa)

Golongan estrogen

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya estradiol valerat

(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani

kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis

lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan

fungsi liver.

Obat Kombinasi

Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya

banyak, yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan

dosis 1×1 tablet selama 3 hingga 6 siklus.

Golongan progesterone

a. Mengatur menstruasi agar kembali normal

9
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah

pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan

pemberian:

Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum

obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.

b. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

Pada keadaan ini,klien dianjurkan untuk rawat inap di Rumah

Sakit atau klinik, sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat

menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar

Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4

kantong darah.

G. Komplikasi

1. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi

2. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama

3. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketidakseimbangan

hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium .(Rahman,2008)

10
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

H. Pathway

Perdarahan Stress Obesitas Usia Gangguan


non organic menarche & hormonal
(trauma, menapause
pemakaian
kontrasepsi)

LH/FSH

Ovarium

Estrogen
meningkat

Penebalan
endometrium

Tdk terjadi
proses ovulasi

Proliferasi
endometrium

Infeksi Perdarahan Ggn nutrisi


kurang dari
kebutuhan

Nyeri Perubahan
status kesehatan

Ansietas

II. Konsep Keperawatan


11
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama,Umur(menarche & menopouse),jenis kelamin,pekerjaan,

2. Keluhan Utama

Perdarahan pervagina diantara siklus menstruasi, Nyeri, Siklus

menstruasi yang abnormal, Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya

kurang dari 28 hari diantara siklus menstruasi ).Variable menstruasi flow

ranging from scanty to profuse,Infertill,Mood yang berfluktuasi,Hot

Flashes,Kekeringan vagina,Hirsutism

3. Riwayat Penyakit

Harus memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas termasuk :

a. Ginekologi reproduksi.

Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir,

menars, pola haid ada tidaknya dimenore, molimina, penggunaan

tampon, benda asing, aktivitas seksual, pemakaian kontrasepsi (tipe, efek,

lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada keluarga.

b. Coba tentukan banyaknya perdarahan

Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat

apakah ada perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka

perdarahan dikatakan banyak.

c. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola

makan, olahraga, kompetisi atletik, penyakit kronis, pengobatan dan

penyalahgunaan obat.

d. Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir

12
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala: Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut

merata.

b. Mata :Ortoforia, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil

+/+

c. Telinga :Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/-

d. Hidung :Normal, sekret -/- , tidak ada deviasi septum

e. Mulut dan gigi: Mukosa bibir basah, sianosis (-), lidah kotor -/-.

f. Pemeriksaan leher :

Kelenjar getah bening tidak teraba membesar 

g. Pemeriksaan Toraks : Paru : dada simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-

h. Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

i. Pemeriksaan Abdomen : datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba.

j. Pemeriksaan ekstermitas : edema (-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik

Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda

penyebab lain dari perdarahan. Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) dapat

ditentukan karena gejalanya sangat jelas, sedangkan adanya anovulasi

kronik tidak menunjukkan tanda yang jelas.

a. Obesitas, SOP, disfungsi H-P dan hipotiroidisme (menometroragi)

b. Kelebihan hormon androgen

c. Memar-memar – koagulopati

d. Galaktore-peningkatan prolaktin , singkirkan kemungkinan adanya

adenoma hipofise

e. Pembesaran uterus. Kemungkinan hamil, tumor atau miom

13
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

f. Adanya masa pada adneksa

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

2. Risiko infeksi b/d adanya proses inflamasi

3. Resiko kekurangan volume cairan b/d output yang berlebihan

4. Ansietas b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian

C. Intervensi

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

Tujuan dan kriteria Hasil :

a. Klien mampu mencapai level nyaman

b. Klien mampu mengontrol nyeri

c. Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri

d. Klien mampu mengurangi level nyeri

Intervensi :

a. Observasi nyeri

b. Identifikasi penyebab nyeri hebat yang tidak turun

c. Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman dan metode menangani

nyeri yang terakhir dilakukan

d. Berikan posisi yang nyaman bagi klien

e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri

f. Laksanakan terapi dokter untuk pemberian analgesic sesuai dosis

2. Risiko infeksi b/d adanya proses inflamasi

Tujuan dan Kriteria Hasil:

a. Klien mampu mencegah status infeksi pada tanggal

14
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

b. Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh pada tanggal…

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda infeksi

b. Monitor dan catat pemeriksaan terutama leukosit

c. Lakukan semua tindakan invasive perawatan luka

d. Perawatan alat medis invasive dengan prinsip steril

e. Beri penjelasan pada klien dan keluarga cara pengontrolan

f. Infeksi termasuk cuci tangan, faktor resiko, cara mencegah infeksi

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic

3. Resiko kekurangan volume cairan b/d output yang berlebihan

Faktor resiko :

a. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)

b. Pengobatan deuritik

c. Kehilangan cairan melalui jalur abnormal

d. Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan

e. Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal

f. Usia lanjut

Tujuan dan Kriteria hasil :

a. Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien seimbang setelah

perawatan

b. Keseimbangan cairan

Intervensi :

a. Manajemen elektrolit

 Monitor elektrolit sebelum abnormal

15
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

 Monitor manifestasi keseimbangan cairan dan berikan cairan

 Pertahankan keakuratan intake dan output

 Berikan elektrolit tindakan tambahan (oral, NGT, 10) sesuai resep

 Ajarkan pasien dengan keluarga tentang tipe, penyebab, treamorit

dalam keseimbangan cairan.

b. Manajemen cairan

Naikkan masukan obat oral

c. Cairan intravena

 Berikan cairan IV temperatur ruang

 Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik

4. Ansietas b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan dan Kriteria hasil :

a. Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan

mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang

b. Klien lebih rileks

c. Rasa cemas klien berkurang

Intervensi :

a. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

b. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

c. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

d. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

e. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

f. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

DAFTAR PUSTAKA
16
KEPERAWATAN MATERNITAS
RIDWANCA,S.Kep PRORAM PROFESI NERS
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

Bulun E Serdar, et al, The Physiology and Pathology of the Female Reproductive

Axis, dalam William Textbook of Endocrinology, 10 th Edition, Elsevier

2003 : pp 587-599

Karkata Kornia Made, et al, Perdarahan Uterus Disfungsional, dalam : Pedoman

Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien, 2003 : pp 68 - 71

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.

Yogyakarta : mocaMedia

Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC. Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Simanjuntak Pandapotan. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam : Wiknjosastro

GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kandungan. Edisi 5.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2005 : pp. 223-228

Silberstein Taaly, Complications of Menstruation; Abnormal Uterine Bleeding.

Dalam : DeCherney Alan H; Nathan Lauren, Current Obstetric &

Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th Edition, Los Angeles:Lange

Medical Books/McGraw-Hill; 2003 : pp 623-630

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

17

Anda mungkin juga menyukai