Case Kontrasepsi Pasca Salin - Dr. Zaimursyah
Case Kontrasepsi Pasca Salin - Dr. Zaimursyah
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. H. Zaimursyaf Aziz, Sp.OG(K)
Laporan Kasus
Oleh :
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 20
Mei – 29 Juli 2019.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Kontrasepsi Pasca
Bersalin”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Zaimursyaf Aziz,
Sp.OG(K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
3
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II STATUS PASIEN ................................................................................ 3
Identifikasi ............................................................................................. 3
Anamnesis ............................................................................................. 3
Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 5
Diagnosis ............................................................................................... 6
Prognosis ............................................................................................... 6
Tatalaksana ............................................................................................ 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
4
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Ny. NA
b. Umur : 36 tahun
c. Alamat : Ogan Baru, Kertapati, Palembang
d. Suku : Sumatera
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Pendidikan : SLTA
i. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
j. MRS : 17 Mei 2019
k. No. RM : 1086744
l. Nama Suami : Tn. H
m. Pekerjaan Suami : Wiraswasta
3
51 cm, A/S 8/9, pervaginam ekstraksi forceps. Os mengatakan ingin dipasang alat
kontrasepsi.
4
4. 2019, laki-laki, 3100 gram, forceps atas
indikasi maternal distress, dibantu
Sp.OG, sehat.
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran KGB tidak ada, JVP (5-2) cmH2O
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
Auskultasi : Vesikuler (+/+) Wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
5
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (+) 80x/menit regular , murmur
sistolik (+), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Ekstremitas
Akral dingin (-), edema pretibial (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-),
lochia rubra (+), hecting episiotomi tenang, vulva dan vagina tenang.
6
Bilirubin Indirek 0,6 mg/dL <0,8 mg/dL
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa sewaktu 66 mg/dL <200 mg/dL
Ginjal
Ureum 13 mg/dL 16,6 – 48,5 mg/dL
Elektrolit
Kalsium (Ca) 9,0 mg/dL 8,8 – 10,2 mg/dL
V. DIAGNOSIS KERJA
P3A1 post ekstraksi forceps atas indikasi VSD NYHA II
VI. TATALAKSANA
Dipasang kontrasepsi intrauterin, yaitu IUD
VII. FOLLOW UP
18 Mei 2019 pukul 06.00 WIB
S : Habis melahirkan
O : Pemeriksaan fisik umum
7
- Sensorium : compos mentis - Napas : 20x/menit
- Tekanan darah : 120/80 mmHg - Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 84x/menit
Abdomen : Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), vulva tenang
A : P3A1 post ekstraksi forcepsi atas indikasi VSD NYHA II + post insersi IUD
P : Observasi tanda vital, perdarahan, nyeri
Terapi sesuai kardex
ASI on demand
Mobilisasi
2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3
3.4 Metode Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida.8
4
3.5 Macam-Macam Kontrasepsi
Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain:
a. Metode kontrasepsi sederhana
1) Metode kalender
Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari informasi
yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara berurutan. Untuk
mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi dengan durasi
minimal enam dan dianjurkan dua belas siklus. Untuk menjamin efektivitas
maksimum, metode kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator
lainnya.9
5
b. Metode Barrier
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi
hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya
mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk
HIV/AIDS.10
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. 3) Spermisida Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa),
tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk krim.10
2) Kontrasepsi implan
Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis
progesteron levonorgestrel yang ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja mengurangi
transportasi sperma.12
6
4) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen baik pada pria dan pada
wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit atau
memotong saluran telur (wanita), atau menutup saluran mani laki-laki.13
5) Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara
disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus).13
7
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agarc dapat menyusui dalam 30 menit
pasca persalinan, efektivitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan, dan mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
2) Metode Kalender
Mekanisme:
Metode kalender adalah metode alamiah dengan menghindari senggama pada
masa subur.
Efektivitas:
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan berkisar antara 1 hingga 9 di antara
100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
Efek samping: Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya dan prosedur khusus, membantu ibu
mengerti tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan yang menganut agama atau
kepercayaan tertentu.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Memerlukan perhitungan yang cermat, kadang sulit diterapkan pada ibu yang
siklus haidnya tidak teratur.
3) Senggama Terputus
Mekanisme:
Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
Efektivitas:
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan adalah 4 di antara 100 ibu dalam 1
tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
Efek samping: Tidak ada.
8
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya dan prosedur khusus, membantu ibu
mengerti tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan yang menganut agama atau
kepercayaan tertentu.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Kurang efektif.
b. Penghalang
1) Kondom
Mekanisme:
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Efektivitas:
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2 di antara 100 ibu dalam 1
tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mencegah penularan penyakit menular seksual dan konsekuesinya (misal: kanker
serviks).
Risiko bagi kesehatan:
Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang dengan alergi lateks.
Efek samping: Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping hormonal, mudah didapat, dapat digunakan sebagai
metode sementara atau cadangan (backup) sebelum menggunakan metode lain,
dapat mencegah penularan penyakit meular seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Keberhasilan sangat dipengaruhi cara penggunaan, harus disiapkan sebelum
berhubungan seksual.
9
2) Diafragma
Mekanisme:
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks
sehingga sperma tidak dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus
dan tuba falopii). Dapat pula digunakan dengan spermisida.
Efektivitas:
Bila digunakan dengan benar bersama spermisida, risiko kehamilan adalah 6 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mencegah penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks.
Risiko bagi kesehatan:
Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial, kadidiasis, sindroma syok toksik.
Efek samping:
Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak ada efek samping hormonal, pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan,
dan dapat dipasang sebelum berhubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Memerlukan pemeriksaan dalam untuk menentukan ukuran yang tepat,
keberhasilan tergatung cara pemakaian.
c. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil Kombinasi
Mekanisme:
Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan menganggu pergerakan tuba
sehingga transportasi telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari.
Efektivitas:
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
10
Mengurangi risiko kanker endometrium, kanker ovarium, penyakit radang
panggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko kista ovarium, dan anemia
defisiensi besi. Mengurangi nyeri haid, masalah perdarahan haid, nyeri saat
ovulasi, kelebihan rambut pada wajah dan tubuh, gejala sindrom ovarium
polikistik, dan gejala endometriosis.
Risiko bagi kesehatan:
Gumpalan darah di vena dalam tungkai atau paru-paru (sangat jarang), stroke da
serangan jantung (amat sangat jarang).
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur,
haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara,
perubahan berat badan, perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat membaik
atau memburuk, tapi biasaya membaik), dan peningkatan tekanan darah.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dapat dihentikan kapannpun tanpa
perlu bantuan tenaga kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Relatif mahal dan harus digunakan tiap hari.* Beberapa efek samping tidak
berbahaya dan akan menghilang setelah pemakaian beberapa bulan, misalnya haid
tidak teratur
2) Suntikan Kombinasi
Mekanisme:
Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, atrofi pada endometrium sehingga implantasi
terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan ini diberikan
sekali tiap bulan.
Efektivitas:
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
11
Penelitian mengenai hal ini masih terbatas, namun diduga mirip dengan pil
kombinasi.
Risiko bagi kesehatan:
Penelitian mengenai hal ini masih terbatas, namun diduga mirip dengan pil
kombinasi.
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur,
haid memanjang, haid jarang, atau tidak
haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu diminum setiap hari, ibu dapat mengguakanya tanpa diketahui
siapapun, suntikan dapat dihentikan kapan saja, baik untuk menjarangkan
kehamilan.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Penggunaannya tergantung kepada tenaga kesehatan.
3) Suntikan Progestin
Mekanisme:
Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali
(DMPA).
Efektivitas:
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung kembali setelah berhenti, biasanya
dalam waktu beberapa bulan.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus. Dapat mengurangi
risiko penyakit radang paggul simptomatik dan anemia defisiensi besi.
Mengurangi gejala endometriosis dan krisis sel sabit pada ibu dengan anemia sel
sabit.
Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
12
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan pertama,
haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1 tahun), sakit kepala, pusing,
kenaikan berat badan, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana
perasaan, dan penurunan hasrat seksual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu diminum setiap hari, tidak mengganggu hubungan seksual, ibu dapat
menggunakannya tanpa diketahui siapapun, menghilangkan haid, dan membantu
meningkatkan berat badan.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Penggunaannya tergantung kepada tenaga kesehatan.
4) Pil Progestin
Mekanisme:
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium,
endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit,
mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap hari.
Efektivitas:
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu
menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid jarang, atau tidak
haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri payudara, nyeri
perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Dapat diminum saat menyusui, pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan,
dapat dihentikan kapapun tanpa perlu bantuan tenaga kesehatan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual.
13
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Harus diminum tiap hari.
5) Implan
Mekanisme:
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menjadikan
selaput rahim tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implan
dimasukkan di bawah kulit dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung
jenisnya.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko
anemia defisiesi besi.
Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama: haid sedikit dan singkat, haid
tidak teratur lebih dari 8 hari, haid jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid
sedikit dan singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala, pusing,
perubahan suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik atau
memburuk), nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu melakukan apapun lagi untuk waktu yang lama setelah pemasangan,
efektif mencegah kehamilan, dan tidak mengganggu hubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
14
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Mekanisme:
AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi telur
dalam uterus.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12 tahun.
Waktu pemasangan:
Pascaplasenta
Pada persalinan normal dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir,
sedangkan pada persalinan caesar dipasang pada waktu operasi.
Pasca persalinan
Dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan atau dipasang antara 4
minggu – 6 minggu setelah melahirkan.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium.
Risiko bagi kesehatan:
Dapat menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia
atau gonorea sebelum pemasangan.
Efek samping:
Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan
banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak ada
biaya tambahan setelah pemasangan, tidak mempengaruhi fase menyusui, tidak
mempengaruhi hubungan seksual, dan dapat langsung dipasang setelah persalinan
atau keguguran.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
15
Tabel 1. Perbandingan Tingkat Ekspulsi pada Insersi AKDR14
16
e. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Mekanisme:
Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapatbertemu dengan ovum.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi risiko kanker
endometrium.
Risiko bagi kesehatan: Komplikasi bedah dan anestesi.
Efek samping: Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Menghentikan kesuburan secara permanen.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
2) Vasektomi
Mekanisme:
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak
terjadi.
Efektivitas:
Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah vasektomi, risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di lokasi operasi (sangat jarang), dan
hematoma (jarang). Vasektomi tidak mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual
pria, ataupun maskulinitasnya.
Efek samping: Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
17
Menghentikan kesuburan secara permanen, prosedur bedahnya aman dan nyaman,
efek samping lebih sedikit dibanding metode-metode yang digunakan wanita, pria
ikut mengambil peran, dan meningkatkan kenikmatan serta frekuensi seks.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
18
Tabel 4. Pemilihan Kontrasepsi Berdasarkan Kondisi Kesehatan (2)
19
Tabel 6. Pemilihan Kontrasepsi Berdasarkan Kondisi Kesehatan (4)
20
Tabel 8. Pemilihan Kontrasepsi Berdasarkan Kondisi Kesehatan (6)
21
Tabel 10. Pemilihan Kontrasepsi Berdasarkan Kondisi Kesehatan (8)
22
3. 6 Konseling Kontrasepsi Pasca Persalinan
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-
petugas kesehatan untuk membantu mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik,
dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.
Proses konseling yang baik memiliki empat unsur kegiatan: 1) pembinaan hubungan
yang baik, 2) penggalian dan pemberian informasi, 3) pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan perencanaan, dan 4) menindaklanjuti pertemuan.14
a. Manfaat konseling14
1) Membina hubungan yang baik dan membangun rasa saling percaya
2) Memberi informasi yang lengkap, jelas, dan benar
3) Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhannya
4) Memberikan rasa puas kepada klien terhadap pilihannya
Dalam pelayanan kontraspesi pasca persalinan, sebelum mendapatkan kontrasepsi, klien
dan pasangannya harus mendapat informasi secara lengkap, jelas dan benar, agar dapat
menentukan pilihannya yang tepat. Pelayanan akan berjalan baik bila didahului dengan
konseling yang baik, dimana klien berada dalam kondisi yang sehat, sadar, dan tidak di
bawah tekanan ataupun tidak dalam keadaan kesakitan.
b. Tahapan Konseling14
Dalam memberikan konseling dapat diterapkan enam langkah dengan kata kunci
“SATU TUJU” :
SA : SApa dan salam kepada klien secara sopan dan ramah
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya, pengalaman berkontrasepsi
dan keinginan metode yang akan digunakan.
U : Uraikan pada klien tentang beberapa pilihan metode kontrasepsi pasca
persalinan yang direkomendasikan.
TU : BanTU klien dalam memilih dan memutuskan pilihan
J : Jelaskan secara lengkap tentang metode kontrasepsi yang dipilih klien
U : Buat rencana kunjungan Ulang dan kapan klien akan kembali.
23
Dalam konseling kontrasepsi pasca persalinan, informasi penting yang harus diberikan
umumnya meliputi:14
1) Efektivitas dari metode kontrasepsi
2) Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
3) Kembalinya kesuburan setelah melahirkan
4) Efek samping jangka pendek dan jangka panjang
5) Gejala dan tanda membahayakan
6) Kebutuhan untuk pencegahan terhadap infeksi menular seksual
7) Waktu dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada:
Status menyusi
Metode kontrasepsi yang dipilih
Tujuan kontrasepsi
24
c. Kontrasepsi Pasca Persalinan untuk Ibu Menyusui
Menyusui memberikan banyak dampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan
ibu dan bayi sehingga dalam pemilihan kontrasepsi pasca persalinan harus
menggunakan metode kontrasepsi yang tidak mengganggu produksi ASI. Beberapa hal
yang harus diinformasikan dalam konseling pada ibu menyusui adalah:14
1) Jika menggunakan MAL dapat diproteksi sekurangnya enam bulan, setelah enam
bulan harus menggunakan metode kontrasepsi lainnya.
2) Jika menyusui namun tidak penuh hanya terproteksi sampai 6 minggu pasca
persalinan dan selanjutnya harus menggunakan kontrasepsi lain.
3) Dapat menggunakan kondom kapanpun
4) Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
5) Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi mantap yaitu
tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca persalinan.
25
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. NA, 36 tahun, P3A1 melahirkan anak ketiga. Os datang ke RSMH dengan
keluhan hamil dengan riwayat penyakit jantung bawaan (katup jantung bocor). Os
sebelumnya kontrol kehamilan ke RS Muhammadiyah lalu os dibawa ke RSMH.
Riwayat perut mules menjalar ke pinggang hilang timbul makin lama makin sering dan
kuat (-), riwayat keluar air lendir (-), riwayat keluar air-air (-), riwayat sesak napas saat
aktivitas (+), riwayat penyakit menahun (-), riwayat penyakit jantung bawaan (+).
Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Pada tanggal
17 Mei 2019 pukul 20.30. Os melahirkan bayi laki-laki, BBL 3100 g, PB 51 cm, A/S
8/9, pervaginam ekstraksi forceps. Setelah persalinan os meminta untuk dipasang alat
kontrasepsi dalam rahim.
Pada riwayat persalinan Ny. NA terdapat penyulit berupa riwayat penyakit
jantung sehingga ibu mengalami kesulitan untuk mengeran yang dapat dilihat dari
adanya keluhan sesak napas saat beraktivitas. Oleh karena itu persalinan dibantu
dengan ekstraksi forceps untuk mengurangi risiko maternal distress. Setelah persalinan
dilakukan pemasangan AKDR (10 menit – 48 jam setelah persalinan). Pemasangan
AKDR dalam waktu tersebut memiliki tingkat ekspulsi yang rendah yaitu sebesar 25 -
37%. Digunakan kontrasepsi AKDR, karena kontrasepsi AKDR ini fungsinya untuk
menghambat sperma untuk masuk ke dalam tuba fallopi, mencegah sperma dan ovum
bertemu, serta mencegah implantasi telur dalam uterus. Risiko kehamilannya kurang
dari 1% dan bertahan lama hinga 12 tahun. Keuntungan dari AKDR ini dapat
mengurangi risiko kanker endometrium. Selain itu, keuntungan lain dari AKDR ialah
pasien tidak perlu melakukan apapun lagi untuk waktu yang lama setelah pemasangan,
efektif mencegah kehamilan, tidak mempengaruhi proses menyusui, dan dapat langsung
dipasang setelah persalinan atau keguguran. Oleh karena itu, disarankan menggunakan
kontrasepsi jenis AKDR.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Depkes RI
2. BPS, BKKBN, Kemenkes, DHS Macro. 2013. Survei Demografi Dan
Kependudukan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, DHS Macro.
3. WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.
4. Tjekyan, Suryadi RM. Karakteristik Demografi Akseptor Kontrasepsi Suntik Depot
Medroxyprogesterone Acetate di Puskesmas Merdeka Palembang Periode Januari –
Desember 2012. Palembang: 2015
5. Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
6. Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
7. Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
8. Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
9. Glasier, A. & Gebbie, A., 2005, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,
Jakarta : EGC.
10. Saifuddin, A. B., Affandy, B., Baharuddin, M. & Soekir, S., 2006, Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Kedua, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiharjo.
11. Glasier, A. & Ailsa Gebbie. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : EGC.
12. Rabe, T. 2003. Ilmu Kandungan. Jakarta :Hipokrates
13. Siswosudarmo.,Anwar ,H., Ova,E. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press
14. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca
Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
27