Ipa Kelompok 1
Ipa Kelompok 1
A. Pendahuluan
Dunia pendidikan saat ini dituntut untuk dikembangkannya pendekatan
pembelajaran sesuai dengan dinamika pendidikan Negara kita, yang berakar pada UUD 45
dan UU no. 20 Tahun 2003 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap tuntunan zaman dan sesuai perkembangan IPTEK.
Proses pembelajaran hendaknya berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memeberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat dan minat peserta didik. Proses pembelajaran harus melibatkan banyak pihak yang
diimbangi oleh perkembangan teknologi untuk mempermudah dalam tercapainya suasana
tertentu dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik nyaman dalam belajar.
Materi pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang penting, dekat dan tidak asing dalam
kehidupan sehari-hari mempelajari IPA tentunya tidak bisa lepas dari lingkungan sekitar dan
saling berkaitan erat dengan pelajaran lainnya.
IPA dianggap sulit karena peserta didik terjebak pada tatanan konsep yang
cenderung mengabaikan praktikum sebagai sebuah cara baru untuk memahami pelajaran
dan berpusat pada meniru contoh tanpa memahami konsep yang sudah ada. Hal ini
menjadikan peserta didik bingung akan cara menentukan langkah penyelesaian masalah IPA
yang melibatkan lingkungan, benda-benda alam, maupun benda di sekitar rumah.
Kecenderungan cara mengajar guru IPA yang serius dan monoton menjadikan
pembelajaran IPA sebagai pembelajaran yang kurang menarik dan cenderung
membosankan, sehingga menurunkan minat belajar peserta didik. Kurangnya minat belajar
IPA menyebabkan banyak peserta didik yang kurang menyukai IPA akibatnya motivasi dalam
mengikuti pembelajaran di kelas menurun. Pembelajaran tidak hanya tentang bagaimana
mengajar, namun diperlukan dassar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran.
B. Pembahasan
1. Teori Pembelajaran Kognitivistik
Teori kognitivistik adalah teori yang mengatakan bahwa bealajar adalah suatu
proses perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tigkah laku
yang dapat diukur dan diamati.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan kurikulum yang wajib
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara istematis, bukan hanya penguasaan fakta, konsep,
maupun prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Prinsip-prinsip dasar teori kognitivistik antara lain :
a. Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
b. Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran.
c. Menekannkan pada pola pikir peserta didik
d. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya.
e. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai
proses aktif di dalam diri peserta didik.
f. Hasil mempelajaran tidak hanya bergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memperoleh informasi tersebut.
Kelebihan teori pembelajaran kognitivistik
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Kelemahan teori pembelajaran kognitivtik
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit dipraktikkan khususnya ditinhkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
2. Teori Pembelajaran Behavioristik
Belajar dan pembelajaran menurut paradigma behavioristik adalah perubahan
tingkah laku yang sifatnya permanen. Pembelajaran behavioristik ditekankan pada
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar (biasanya berupa pemberian
penguatan).
Teori behavioristik adalah teori yang menerapkan prinsip penguatan stimulus
respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimul respon
yang semakin kuat apabila diberi kekuatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan
positif juga penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan
terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan tersebut dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Teori ini berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku
yang diinginkan dapat menjadi suatu kebiasaan.
Teori Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengamatan. Ciri dari teori ini adalah
mengutamakan unsur-unsur bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan
lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh.
Prinsip-prinsip teori behavioristik adalah obyek psikologi, tingkah laku, semua
bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek, mementingkan pembetukan kebiasaan.
Tujuan dari teori pembelajaran behavioristik lebih menekankan kepada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktifitas mimetic, yang menuntut pembelajaran
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, maupun tes.
Kelebihan teori pembelajaran behavioristik yaitu diantaranya:
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
b. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleksi dan lain sebagainya.
c. Guru tidak dibiasakan ceramah sehingga siswa belajar mandiri.
d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa.
Kekurangan teori pembelajaran behavioristik yaitu diantaranya:
a. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon.
b. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok.
c. Proses belajar berlangsung secara teoritis.