Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Disusun Oleh Kelompok 10 kelas B :

AMER SYARIFUDDIN (1311021039)


SUNARYADI (1311021043)
MUHAMMAD IRFAN (1311021046)

Jurusan Teknologi Pendidikan


Fakultas Ilmu pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
2014
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah


peningkatan kualitas SDM. Oleh sebab itu pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan
dari seluruh sektor pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum
tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata-mata hanya
beruang lingkup pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan,
pabrik, dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik itu justru sangat ditentukan
oleh keberhasilan oleh di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara bulat diartikan
pembangunan manusia, dan yang terakhir ini menjadi tugas utama pendidikan.
Persepsi yang keliru tentang arti pembangunan, yang menganggap bahwa pembangunan
itu hanya semata-mata pembangunan material dapat berdampak menghambat pembangunan
sistem pendidikan, karena pembangunan itu semestinya bersifat komprehensif yaitu mencakup
pembangunan manusia dan lingkungannya. Paparan materi Bab IX ini bermaksud memberikan
gambaran yang komprehensif tenang pembangunan manusia dan lingkungannya.
Di dalam bagian ini akan dikemukakan tiga hal berturut-turut yaitu :

1. Esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya.

2. Sumbangan pendidikan pada pembangunan

3. Pembangunan sistem pendidikan nasional

A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya


Menurut paham umum kata “pembangunan”lazimnya diasosiasikan dengan
pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-
pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan
sejenisnya.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi
tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah
dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan
demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan
hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia maka dalam ruang gerak
pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek”
pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam
hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan
jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial,
dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja.
Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang masih
bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”. Fuad hasan menyatakan : “Manusia adalah makhluk
yang terentang antara “potensi” dan “aktualisasi” (manusia dan citrannya, juni 1985). Diantara
dua kutub itu terentang upaya pendidikan. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pendidikan
berperan mengembangkan yaitu menghidupsuburkan potensi-potensi “kebaikan” dan sebaliknya
mengerdilkan potensi “kejahatan”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan
berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendirian, rasa bebas yang bertanggung
jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima,
melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana
lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam
esensi pembangunan serta antar keduanya.

1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan


usaha ke luar dari diri manusia.

2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil
pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan
seterusnya).
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi :
(a) Segi sasaran
(b) Segi lingkungan
(c) Segi jenjang pendidikan
(d) Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan

1. Segi Sasaran Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah
terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawai.
Prof. Dr. Slamet Imam Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia
yang baik. Manusia yang baik dimanapun ia berada akan memperbaiki lingkungan.

2. Segi Lingkungan Pendidikan


Klasifikasi ini menunnjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem.
Lingkungan keluarga (pendidikan informal), liingkungan sekolah (pendidikan formal),
lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dlam sistem pendidikan pra-jabatan dan
dalam jabatan.
1) Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation)
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral.

2) Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing, untuk memperluas
bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Bekal yand dimaksud baik brupa bekal dasar, lanjutan, (dari SD
dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif
(Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi).

3) Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal), peserta didik memperoleh bekal
praktis untuk berbagai jenis pekerjaan. Khususnya mereka yang tidak sempat melanjtukan
proses belajarnya melalui jalur formal.

3. Segi Jenjang Pendidikan


Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan pendidikan tinggi (PT)
memberikan bekal kepada para peserta didik secara bersinambungan. Pendidikan dasar
merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya
berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diartikan bahwa pendidikan dasar
memberikan bekal dasar kepada warga negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk
dapat melibatkan diri kedalam gerak pembangunan.

4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan


Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang ekonomi,
hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan,
pertahanan, dan lain-lain. Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin
dikerjakan hanya diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan.
Orang-orang yang dimaksud hanya tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
Uraian tentang sumbangan pendidikan pada pembangunan seperti dikemukakan diatas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya
pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membangun
lingkungannya.
b. Pada instansi terakhir, manusialah yang menjadi kunci pembangunan. Kesuksesan
pembangunan sangat tergantung kepada manusiannya.
c. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia
pencipta pembangunan.
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu :
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan

1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun


Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia
hanya mengejar kesempurnaan, tetapi tidak pernah akan menyatu dengan kesempurnaan itu
sendiri. Jadi logi jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk
mengantarkan dirinnya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan. Disamping
itu pula pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan
sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai
dirinnya.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena
pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika masyarakat Indonesia (menurut
rencana pembangunan) pada pelita VI berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industri,
tentunnya pola pikir dan prilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi agraris harus berubah
kearah situasi dan kondisi dimana manusia disibukkan dengan kegiatan industri
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem pendidikan harus
berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial)
tidak berfungsi sebagaimana mestinnya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga
kependidikannya mau tidak mau harus dengn tuntutan baru tersebut.

2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan


Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian
erat, yaitu :
- Aspek filosofis dan keilmuan
- Aspek yuridis atau perundang-undangan
- Struktur
- Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi

a) Hubungan Antar Aspek-Aspek


Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena
memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan, kurikulum,
dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek
yuridis.

b) Aspek Filosofis Keilmuan


Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Bagi kita pengembangan
sifat kodrati manusia itu paralel dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini menggantikan
secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana
untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada
penjajah.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dengan “praktek”,
demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is
voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan
praktek tanpa teori hanya terdapat para orang gila.

c) Aspek Yuridis
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya kebutuhan akan
penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru
tersebut. Jelasnya sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat dilakukan
dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang Pendidikan.
a) Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) lebih
komprehensif, dalam arti bahwa UU No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan.
b) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No. 4/1950 dan UU No. 22/61.
Fleksibilitas ini terlihat dalam hal-hal seperti :
(1) Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan peraturan-peraturan
pemerintah dan keputusan menteri.
(2) Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional (Bab XIV, pasal 48) yang
bertugas memberikan masukan dan saran-saran kepada pemerintah/menteri
pendidikan.
(3) Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga
dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah
kepada keserasian pemenuhan tujuan negara di satu pihak dan kepentingan
rakyat banyak di pihak yang lain pada masa mendatang.
c) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat mengatur (seperti UU
Pendidikan yang lalu), tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa.
d) UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa depan.

d) Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan
struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari
jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan
politik.
Terjadinnya perubahan struktur dalam sistem pendidikan kita dapat disebut antara lain :
pendidikan guru pada zaman penjajahan belanda dapat dikenal apa yang disebut CVO (Cursus
voor Volks-Onderwijs) dengan lam studi 2 tahun sesudah sekolah rakyat (SR) 5 tahun, Normal
school, yang lama studinnya 4 tahun sesudah SR 5 tahun, setara dengan SGB (Sekolah Guru
Bawah)

e) Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler berubah, maka
kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasinya,
pendekatannya ataupun metodenya.
KESIMPULAN

Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun manusiannya,


selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan.
Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran
lingkungan sosial yaitu diri manusia itu sendiri.
Jika manusia memiliki jiwa pembangunan sebagai hasil pendidikan, maka diharapkan
lingkungannya akan terbangun dengan baik.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari segi sasarannya,
lingkungan pendidikan, jenjang pendidikan, dan sektor kehidupan.
Secara khusus sumbangan pendidikan terhadap pembangunan adalah pembangunan atas
penyempurnaan sistem pendidikan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai