PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
- Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas ,profesi melalui pendekatan sosial budaya
yang akurat.dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial dan budaya
- Untuk mengetahui bagaimana memberikan pemahaman tentang pelayanan kesehatan pada
masyarakat.
- Sebagai acuan untuk bidan dalam memberikan pelayanan yang komprehensip dan menyeluruh agar
dalam memberikan pelayanan diterima dengan baik oleh masyarakat.
- Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan peran seorang bidan.
- Membantu masyarakat untuk merubah cara pandang terhadap mitos-mitos yang berkembang
dimasyarakat yang berdampak negatif terhadap masyarakat itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengertian Pendekatan Sosial Budaya
Istilah pendekatan atau approach bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-
ukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama
lain.Definisi lain dari pendekatan adalah suatu cara untuk mendekatkan atau masuk kelingkungan
sosial yang baru agar kita bisa diterima dengan baik dilingkungan tersebut. (Vernon van Dyke:1)
Pengertian Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan
Setiap pendekatan dalam penelitian merupakan cara untuk memahami sesuatu, yang dalam
ilmu sosial dan humaniora adalah untuk memahami gejala-gejala sosial, gejala kehidupan kita
sendiri ataupun orang lain. Pendekatan itu juga adalah upaya untuk mencari, menemukan, atau
memberi dukungan akan kebenaran yang relatif, yang sebagai suatu model biasanya dikenal
dengan paradigma. Penelitian melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan
paradigma yang perlu diperhatikan. (Prof. H. Judistira K. Garna, Ph.D. 1999:59)
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.Seorang bidan harus mampu
menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Sebagai bidan harus bisa melakukan pendekatan kepada masyaratnya agar masyarakat
tidak salah tanggap tentang mitos-mitos yang di percayai oleh mereka agar tidak menimbulkan
dampak yang negatif terhadap masyarakat itu sendiri.
Agama salah satu pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan yaitu melalui agama.
1. Khitan pada perempuan mengenai khitan untuk perempuan para ulama berbeda
pendapat dalam menghukuminya seperti halnya Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad
berpendapat khitan juga wajib bagi anak perempuan, adapun sebagian besar ulama
seperti mahzab Hanafi, Al- Maliky, Hambali, berpendapat khitan disyariatkan dan
disunahkan bagi perempuan. Serta sebagaimana telah disabdakan nabi Allah
Muhammad SAW dalam sebuah hadis dalam riwayat Al-Zuhri: “Barang siapa yang
masuk islam, maka wajib baginya berkhitan walaupun ia sudah dewasa”.
2. Pendekatan Sosial Budaya dalam praktek kebidanan melalui pesantren dalam praktek
kebidanan melalui pesantren sebagai salah satu alternativf pemecahan masalah dalam
bidang kesehatan. Saat ini pesantren diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya
memberdayakan masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat, karena Pondok
pesantren dianggap mampu menjadi penggerak masyarakat baik di bidang
agama,sosial, maupun ekonomi.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan
pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian melakukan pendekatan-
pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaan yang tidak
mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Dalam sebuah praktek kebidanan tidak sedikit hambatan dalam melaksanakanya terutama
pada masyarakat plosok desa dan yang masih menjunjung tinggi budaya dan mitos mereka.Fakta-
fakta kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi - konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab - akibat antara makanan kondisi sehat - sakit, kebiasaan dan ketidak
tahuan sering kali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Adapun beberapa kepercayaan yang masih berlaku diberbagai daerah di Indonesia seperti:
1. Di Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena
akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2. Di Jawa Barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Di Masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Wanita hamil tidak boleh makan buah nanas dan duren, karen bisa menyebabkan
keguguran.
5. Saat hamil juga di larang untuk membangun rumah,karena bisa membuat janin yang di
kandung keguguran.
Kita sebagai tenaga kesehatan bidan, harus bisa melakukan pendekatan kepada
masyaratnya agar tidak salah kaprah tentang mitos-mitos yang di percayai oleh mereka. Banyak
akses untuk melakukan pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan terhadap orang awam,
sehingga yang di inginkan orang-orang awam lebih tahu tentang masalah lingkup kehatan,
terutama kesehatan untuk dirinya sendri, yang di harapkan bisa mencegah atau mengobati penyakit
pada dirinya sendri untuk penyakit tipe ringan maupun berat.
Untuk mengatasi masalah tentang mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat Menurut
Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai
persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh
bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan
dalam Permenkes, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian
wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT.
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Mata pencaharian
d. Pendidikan
e. Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
6. Hal yang harus bidan lakukan pertama kali jika datang ke suatu wilayah adalah
mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
E. Contoh kasus
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan
seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat kandungan
telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat
nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai
Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-
roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga
anak yang dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk
menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, siperempuan hamil perlu diasingkan dengan
menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang
anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan.
Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu
proses dimulainya bentuk kehidupan. Jadi kita sebagai bidan harus mendtangi keluarga ibu yang
hamil dan memberikan penjelasan bahwa hal tersebut adalah normal bagi seorang wanita dan
bukan merupakan bahaya dalam keluarga, dan kita sebagai bidan harus menjelaskan bahwa
seorang ibu hamil harus memerlukan dukungan dari keluarga supaya ibu dan janin tidak merasa
di asingkan.
DAFTAR PUSTAKA