Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu
menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Dalam sebuah praktek kebidanan tidak sedikit hambatan dalam melaksanakanya terutama
pada masyarakat plosok desa dan yang masih menjunjung tinggi budaya dan mitos mereka. Kita
sebagai tenaga kesehatan bidan, harus bisa melakukan pendekatan kepada masyarakatnya agar
tidak salah tanggap tentang mitos-mitos yang di percayai oleh mereka. Banyak akses untuk
melakukan pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan terhadap orang awam, sehingga
yang di inginkan orang-orang awam lebih tahu tentang masalah lingkup kehatan, terutama
kesehatan untuk dirinya sendiri, yang di harapkan bisa mencegah atau mengobati penyakit pada
dirinya sendri untuk penyakit tipe ringan, maupun berat.

1.2 Tujuan
- Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas ,profesi melalui pendekatan sosial budaya
yang akurat.dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial dan budaya
- Untuk mengetahui bagaimana memberikan pemahaman tentang pelayanan kesehatan pada
masyarakat.
- Sebagai acuan untuk bidan dalam memberikan pelayanan yang komprehensip dan menyeluruh agar
dalam memberikan pelayanan diterima dengan baik oleh masyarakat.
- Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan peran seorang bidan.
- Membantu masyarakat untuk merubah cara pandang terhadap mitos-mitos yang berkembang
dimasyarakat yang berdampak negatif terhadap masyarakat itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pengertian Pendekatan Sosial Budaya
Istilah pendekatan atau approach bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-
ukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama
lain.Definisi lain dari pendekatan adalah suatu cara untuk mendekatkan atau masuk kelingkungan
sosial yang baru agar kita bisa diterima dengan baik dilingkungan tersebut. (Vernon van Dyke:1)
Pengertian Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan
Setiap pendekatan dalam penelitian merupakan cara untuk memahami sesuatu, yang dalam
ilmu sosial dan humaniora adalah untuk memahami gejala-gejala sosial, gejala kehidupan kita
sendiri ataupun orang lain. Pendekatan itu juga adalah upaya untuk mencari, menemukan, atau
memberi dukungan akan kebenaran yang relatif, yang sebagai suatu model biasanya dikenal
dengan paradigma. Penelitian melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan
paradigma yang perlu diperhatikan. (Prof. H. Judistira K. Garna, Ph.D. 1999:59)

B. Tujuan Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.Seorang bidan harus mampu
menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Sebagai bidan harus bisa melakukan pendekatan kepada masyaratnya agar masyarakat
tidak salah tanggap tentang mitos-mitos yang di percayai oleh mereka agar tidak menimbulkan
dampak yang negatif terhadap masyarakat itu sendiri.

C. Jenis-jenis Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan


Setiap bidan yang bekerja di masyarakat perlu memahami keadaan masyarakat yang
dilayaninya, budaya dan tradisi setempat sangat menentukan cara pendekatan yang harus
ditempuh.
a. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat.
Pendekatan edukatif secara umum adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis terencana dan terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok maupun
masyarakat umum, untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
mempertimbangkan factor-faktor social ekonomi dan budaya.
Pendekatan edukatif secara khusus adalah satu bentuk atau model dari pelaksanaan
organisasi social masyarakat dalam memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
pokok penekanan pada :
1. Pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah.
2. Pengembangan provider merupakan bagian dari proses pengembangan masyarakat
secara keseluruhan.
Tujuan pendekatan edukatif adalah :
1. Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya
sendiri secara swadaya dan gotong royong.
Langkah-langkah pendekatan edukatif
1. Pendekatan pada tokoh masyarakat
2. Pendekatan melalui masing-masing keluarga, jadi setiap keluarga di lakukan
pendekatan
3. Pendekatan secara langsung pada setiap individunya sendiri, mungkin cara ini lebih
efektif
4. Tatap muka antara bidan dengan tokoh masyarakat.
5. Kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan data.
6. Pertemuan bidan dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan alternative
pemecahan masalah dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
7. Menjalin hubungan social yang baik dengan menghadiri upacara-upacara agama,
perkawinan, kematian dsb.
8. Menggerakan dan membina peran serta masyarat dalam bidang kesehatan dengan
melakukan penyuluhan disetiap PKK atau RT tentang kesehatan ibu ,anak, dan KB
sesuai kebutuhan dan masalah kesehatan setempat .
9. Pemerintah memberikan ,menerapkan dan menjalankan Poskesdes (pos kesehatan
Desa) pedalaman.Penyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
yang ditunjukkan kepada seluruh masyarakat setempat sampai kedaerah.
10. Membina dan memberikan bimbingan (peran bidan sebagai pendidik).Bersama
kelompok
11. Mengikuti arus sosial budaya yang ada dalam masyarakat tersebut, kemudian kalau
sudah memahami, kita mulai melakukan pendekatan secara perlahan-lahan.
b. Pendekatan melalui agama

Agama salah satu pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan yaitu melalui agama.

1. Khitan pada perempuan mengenai khitan untuk perempuan para ulama berbeda
pendapat dalam menghukuminya seperti halnya Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad
berpendapat khitan juga wajib bagi anak perempuan, adapun sebagian besar ulama
seperti mahzab Hanafi, Al- Maliky, Hambali, berpendapat khitan disyariatkan dan
disunahkan bagi perempuan. Serta sebagaimana telah disabdakan nabi Allah
Muhammad SAW dalam sebuah hadis dalam riwayat Al-Zuhri: “Barang siapa yang
masuk islam, maka wajib baginya berkhitan walaupun ia sudah dewasa”.
2. Pendekatan Sosial Budaya dalam praktek kebidanan melalui pesantren dalam praktek
kebidanan melalui pesantren sebagai salah satu alternativf pemecahan masalah dalam
bidang kesehatan. Saat ini pesantren diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya
memberdayakan masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat, karena Pondok
pesantren dianggap mampu menjadi penggerak masyarakat baik di bidang
agama,sosial, maupun ekonomi.

Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan


dan kesehatan diantaranya :

1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.


2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-
cita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi
dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang
bertentangan dengan ajarannya.

c. Pendekatan melalui kesenian tradisional


Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal
menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja . Tetapi bidan juga
dapat menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai nakes,
bidan juga dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut
ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan.
Dalam perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang
ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut. Ia juga dapat menambah wawasannya tentang
kesenian tradisional daerah lain.
Peran nya sebagai pendidik, bidan ikut mengajarkan keterampilan seni yang dia miliki seperti seni
tari, seni suara , seni lukis , seni rupa dan sebagainya kepada masyarakat dimana ia melakukan
disamping penyuluhan kesehatan.
D. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendekatan sosial budaya
dalam praktek kebidanan.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan
pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian melakukan pendekatan-
pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaan yang tidak
mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Dalam sebuah praktek kebidanan tidak sedikit hambatan dalam melaksanakanya terutama
pada masyarakat plosok desa dan yang masih menjunjung tinggi budaya dan mitos mereka.Fakta-
fakta kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi - konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab - akibat antara makanan kondisi sehat - sakit, kebiasaan dan ketidak
tahuan sering kali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.

Adapun beberapa kepercayaan yang masih berlaku diberbagai daerah di Indonesia seperti:
1. Di Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena
akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2. Di Jawa Barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Di Masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Wanita hamil tidak boleh makan buah nanas dan duren, karen bisa menyebabkan
keguguran.
5. Saat hamil juga di larang untuk membangun rumah,karena bisa membuat janin yang di
kandung keguguran.

Kita sebagai tenaga kesehatan bidan, harus bisa melakukan pendekatan kepada
masyaratnya agar tidak salah kaprah tentang mitos-mitos yang di percayai oleh mereka. Banyak
akses untuk melakukan pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan terhadap orang awam,
sehingga yang di inginkan orang-orang awam lebih tahu tentang masalah lingkup kehatan,
terutama kesehatan untuk dirinya sendri, yang di harapkan bisa mencegah atau mengobati penyakit
pada dirinya sendri untuk penyakit tipe ringan maupun berat.
Untuk mengatasi masalah tentang mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat Menurut
Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai
persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.

Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh
bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan
dalam Permenkes, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian
wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT.
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Mata pencaharian
d. Pendidikan
e. Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
6. Hal yang harus bidan lakukan pertama kali jika datang ke suatu wilayah adalah
mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
E. Contoh kasus
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan
seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat kandungan
telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat
nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai
Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-
roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga
anak yang dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk
menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, siperempuan hamil perlu diasingkan dengan
menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang
anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan.
Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu
proses dimulainya bentuk kehidupan. Jadi kita sebagai bidan harus mendtangi keluarga ibu yang
hamil dan memberikan penjelasan bahwa hal tersebut adalah normal bagi seorang wanita dan
bukan merupakan bahaya dalam keluarga, dan kita sebagai bidan harus menjelaskan bahwa
seorang ibu hamil harus memerlukan dukungan dari keluarga supaya ibu dan janin tidak merasa
di asingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Modul Pendekatan Edukatif, Pusdiklat Pegawai.Jakarta.1992


Adirranyunn,2012,aspek Sosial budaya dalam pelayanan,03 13:00.
http://adirranyunn.blogspot.co.id/2012/10/aspek sosial budaya dalam pelayanan.html

Anda mungkin juga menyukai