Anda di halaman 1dari 14
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA NOMOR 1.8 TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL VERIFIKASI PERJALANAN DINAS PADA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, efektif, dan akuntabel perlu disusun sistem, prosedur, dan mekanisme perjalanan dinas yang terpadu pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama; bahwa menindaklanjuti. perubahan Standar Biaya Masukan dan Standar Biaya Keluaran sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2019, peru mengganti Keputusan Inspektur —_Jenderal Kementerian Agama Nomor 15 Tahun 2018 tentang Petunjuk Operasional Verifikasi Perjalanan Dinas pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2018; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Inspektur Jenderal tentang Petunjuk Operasional Verifikasi Perjalanan Dinas pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2019; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Menetapkan 10. 11. 12. 13. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890}; Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012, tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012, tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736); Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.02/2018, tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 511); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 847); Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 2012, tentang Standar Prosedur Operasional Perjalanan Dinas Dalam dan Luar Negeri di Lingkungan Kementerian Agama; Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 22/PB/2013, tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap; Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 31/PB/2016 tentang Tata Cara Pembayaran Penghasilan Bagi Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang Dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL VERIFIKASI! PERJALANAN DINAS PADA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2019. KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT Menetapkan Petunjuk Operasional Verifikasi Perjalanan Dinas pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2019 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Petunjuk Operasional Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU merupakan acuan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama dalam melaksanakan perjalanan dinas. Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Agama Nomor 15 Tahun 2018 tentang Petunjuk Operasional Verifikasi Perjalanan Dinas pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2018 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 2 Januari 2019 Plt. INSPEKTUR JENDERAL, y,, be } M. NUR|KHOLIS SETIAWAN LAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA NOMOR —TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL VERIFIKAS] PERJALANAN DINAS PADA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2019 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap dijelaskan bahwa perjalanan dinas dalam negeri yang selanjutnya disebut perjalanan dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia e@ untuk kepentingan negara. Perjalanan dinas merupakan suatu kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen). Hal itu terkait dengan peran Itjen sebagai instansi pemerintah yang bertugas melakukan pengawasan internal pada kementerian. Kementerian Agama memiliki jumlah satuan _organisasi (sator)/satuan kerja (satker)/Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang paling besar dibandingkan dengan kementerian lain. Dengan jumlah sator/satker/UPT yang banyak, tidak mungkin Itjen Kementerian Agama mampu mengawasi seluruh sator/satker/UPT dalam tahun yang sama. Untuk itu upaya strategi yang dapat dilakukan adalah menetapkan kebijakan pengawasan setiap tahun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan pendekatan risk audit, Dengan pendekatan risk audit, sator/satker/UPT yang memiliki potensi temuan atau penyimpangan paling tinggi akan diprioritaskan untuk dilakukan audit. e Dokumen PKPT tersebut dijabarkan kembali dalam dokumen Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Rencana Kerja & Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) untuk dihitung anggarannya. Dari perhitungan anggaran, diketahui bahwa komposisi anggaran PKPT didominasi oleh akun perjalanan dinas dikarenakan terdiri dari komponen uang harian, transpor, penginapan dan representasi. Akun tersebut mutlak diperlukan untuk mendukung terlaksananya pengawasan yang telah diprogramkan. Dengan fakta tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan biaya perjalanan dinas pada Itjen setiap bulannya cukup tinggi sehingga dituntut ketelitian dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam pengelolaan keuangan negara terutama _ pengelolaan perjalanan dinas agar berjalan dengan lancar dan baik serta sesuai dengan aturan yang berlaku, maka setiap pegawai yang melakukan perjalanan dinas harus mengetahui mekanisme dan prosedur verifikasi perjalanan dinas mulai dari dokumen yang harus dilampirkan, diverifikasi, dan dipertanggungjawabkan. Untuk itu, agar terwujud persepsi yang sama di antara seluruh pegawai Itjen Kementerian Agama maka diperlukan adanya petunjuk operasional yang mengatur tata cara teknis dan pembiayaan terkait perjalanan dinas yang dilakukan oleh pegawai pada Itjen Kementerian Agama. Maksud dan Tujuan a Maksud Petunjuk operasional verifikasi perjalanan dinas pada Itjen Kementerian Agama dimaksudkan sebagai acuan pelaksanaan perjalanan dinas pada Itjen Kementerian Agama. 2. Tujuan Petunjuk operasional verifikasi perjalanan dinas pada Itjen Kementerian Agama bertujuan sebagai acuan kegiatan dan pembiayaan perjalanan dinas yang dilakukan oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap sebagai Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri pada Itjen Kementerian Agama dan pihak lain yang terkait. Sasaran Sasaran penetapan Petunjuk Operasional Verifikasi Perjalanan Dinas pada Itjen Kementerian Agama adalah: 1. Tercapainya kesamaan pengertian dan pemahaman_pelaksanaan perjalanan dinas pada Itjen Kementerian Agama; dan Tercapainya pelaksanaan perjalanan dinas yang lebih tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip Perjalanan Dinas Perjalanan dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut: 1 2. 3. 4. Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja Kementerian Negara/Lembaga; Efisiensi penggunaan belanja negara; dan Akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan perjalanan dinas dan pembebanan biaya perjalanan dinas. Prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud di atas diwujudkan dalam hal-hal sebagai berikut: 1, 2. Kepastian tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas yang tumpang tindih atau rangkap; Tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas yang dipecah-pecah apabila suatu kegiatan dapat dilaksanakan secara sekaligus dengan sasaran auditi, tempat tujuan dan kinerja yang dihasilkan sama, kecuali atas perintah pimpinan; Perjalanan dinas hanya dilaksanakan oleh pelaksana SPD yang memang benar-benar diharapkan memberikan kontribusi nyata dalam hasil yang akan dicapai; dan Mengutamakan pencapaian kinerja dengan pagu anggaran yang telah tersedia. Ruang Lingkup Keputusan ini mengatur mengenai_—_pelaksanaan dan pertanggungjawaban perjalanan dinas pada Itjen Kementerian Agama. Perjalanan dinas yang dimaksud dalam Keputusan ini adalah perjalanan dinas jabatan dalam negeri. Pengertian Umum 1. a 10. LL. 12. 13. Perjalanan Dinas Dalam Negeri, selanjutnya disebut Perjalanan Dinas, adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas kota dan/atau dalam kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula di dalam negeri. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dan pihak lain berdasarkan Surat Tugas. Pelaksana SPD adalah Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dan pihak lain yang melaksanakan perjalanan dinas. Pendamping Pimpinan adalah Pegawai Negeri Sipil dan/atau Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang ditugaskan oich Inspektur Jenderal/Sekretaris dalam rangka mendampingi pimpinan. Pengemudi adalah sopir pejabat eselon I dan/atau pejabat eselon Il. Informan adalah Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dan pihak lain yang bertugas memberikan informasi atas pelaksanaan tugas pengawasan. Pemberi Keterangan Ahli/Saksi Ahli adalah Pejabat Negara/Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri)/Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diberi tugas menghadiri dan memberikan informasi/keterangan sesuai dengan keahlian di bidang tugasnya yang diperlukan dalam tingkat penyidikan dan/atau persidangan di pengadilan. Beracara adalah Pejabat Negara/Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Anggota Polri/TNI yang diberi tugas untuk beracara mewakili instansi pemerintah dalam persidangan pengadilan sepanjang merupakan tugas tambahan dan tidak duplikasi dengan pemberian gaji dan tunjangan kinerja. Pemberi Keterangan Ahli/Saksi Ahli adalah Pejabat Negara/Pegawai Aparatur Sipil Negara/Anggota Polri/TNI yang diberi tugas menghadiri dan memberikan informasi/keterangan sesuai dengan keahlian di bidang tugasnya yang diperlukan dalam tingkat penyidikan dan/atau persidangan di pengadilan. Beracara adalah Pejabat Negara/Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Anggota Polri/TNI yang diberi tugas untuk beracara mewakili instansi pemerintah dalam persidangan pengadilan sepanjang merupakan tugas tambahan dan tidak duplikasi dengan pemberian gaji dan tunjangan kinerja. Biaya Riil adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah, Perhitungan Rampung adalah perhitungan biaya perjalanan dinas yang dihitung sesuai kebutuhan riil berdasarkan ketentuan yang berlaku. 14, 15. 16. 17. 18. 19. 20. al. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Verifikator adalah petugas yang melakukan verifikasi terhadap berkas perjalanan dinas. Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas adalah dokumen bukti yang mendukung telah terlaksananya perjalanan dinas. Biaya perjalanan dinas dalam negeri adalah biaya perjelanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang secara fungsional bertanggung jawab kepada Kuasa Bendahara Umum Negara (dalam hal ini KPPN selaku yang berwenang) atas pengelolaan ‘uuang yang menjadi tanggung jawabnya. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus. ‘Transit adalah perhentian sementara untuk berganti_ moda transportasi (atau melanjutkan dengan moda transportasi yang sama, tapi dengan mayoritas penumpang yang berbeda) untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Standar Biaya Keluaran Audit Kinerja adalah besaran biaya yang digunakan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah untuk menghasilkan sub keluaran (sub output) audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang selanjutnya disebut PPNPN adalah pegawai tidak tetap, pegawai honorer, staf khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah warga Negara Indonesia yang memenubhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap olch Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, Satuan Organisasi yang selanjutnya disebut Sator adalah bagian dari suatu organisasi yang menyelenggarakan —kegiatan-kegiatan administrasi dalam arti terbatas yang didalamnya terdapat pejabat- pejabat yang mengurusi administrasi kepegawaian, keuangan, dan umum, Satuan Kerja yang selanjutnya disebut satker adalah satuan-satuan dibawah satuan organisasi yang melaksanakan administrasi tertentu dan tidak memenuhi unsur-unsur yang menangani administrasi kepegawaian, keuangan, dan umum. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan Kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu dari organisasi induknya. BAB Il MEKANISME PERJALANAN DINAS Perjalanan Dinas Jabatan Perjalanan Dinas Jabatan yaitu perjalanan dinas melewati batas kota dan/atau dalam kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semnula di dalam negeri. Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi: 1. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas kota. 2. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam kota. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam kota terdiri atas: 1. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam. 2. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam. Penerbitan Surat Tugas Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan sesuai perintah atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat Tugas. Surat Tugas paling sedikit mencantumkan: dasar penugasan; pemberi tugas; pelaksana tugas; waktu pelaksanaan tugas; tempat pelaksanaan tugas; uraian tugas; dan . sumber biaya. Penerbitan SPD Penerbitan surat perjalanan dinas yaitu sebagai berikut: 1. Surat tugas menjadi dasar penerbitan SPD oleh PPK. 2. Perjalanan dinas jabatan di dalam kota sampai dengan 8 jam dapat dilakukan tanpa penerbitan SPD dan berhak menerima wang transpor. ee ee eee Uraian Tugas 1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PPK bertugas: a. Pengujian kesesuaian pelaksanaan perjalanan dinas dengan pencapaian kinerja. b. Pembebanan biaya perjalanan dinas dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan tetap memprioritaskan pencapaian kinerja. c. Pembebanan biaya perjalanan dinas dengan mengacu pada peraturan yang berlaku. d. Memerintahkan bendahara pengeluaran untuk membayarkan biaya perjalanan dinas kepada pelaksana SPD. . Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran bertugas membayarkan biaya perjalanan dinas kepada pelaksana SPD. Pelaksana SPD Pelaksana SPD bertugas: a. melaksanakan Perjalanan Dinas sesuai tugas yang diberikan; b. segera kembali ke tempat kedudukan semula apabila kinerja telah tercapai; dan ¢. segera mempertanggungjawabkan pelaksanaan perjalanan dinas setelah perjalanan dinas dilaksanakan berupa: 1) Laporan pelaksanaan tugas kepada pemberi tugas. 2) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas kepada PPK melalui verifikator paling lambat 5 hari kerja setelah perjalanan dinas dilaksanakan. Pendamping Pendamping bertugas: a. mendampingi pimpinan pejabat eselon I, bertugas sebagai protokoler dan/atau pengerudi; dan b. mendampingi pejabat eselon Il bertugas sebagai pengemudi, . Informan (Tenaga Ahli) Informan bertugas memberikan informasi atas pelaksanaan tugas pengawasan. . Pemberi Keterangan Ahli/Saksi Abli dan Beracara Pemberi Keterangan Ahli/Saksi Ahli dan Beracara bertugas: a. Pemberi Keterangan Abli/Saksi Abli diberi tugas menghadiri dan memberikan informasi/keterangan sesuai dengan keahlian di bidang tugasnya yang diperlukan dalam tingkat penyidikan dan/atau persidangan di pengadilan; b. Beracara diberi tugas untuk beracara mewakili instansi pemerintah dalam persidangan pengadilan sepanjang merupakan tugas tambahan dan tidak duplikasi dengan pemberian gaji dan tunjangan kinerja. Verifikator Verifikator bertuga: a. verifikasi/pengujian kebenaran dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas; dan b. melaporkan hasil verifikasi/pengujian kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan pembayaran. berikut: A. -10- BAB III BIAYA PERJALANAN DINAS Biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen sebagai Uang Harian Uang harian dapat dibayarkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Uang harian dibayarkan secara lumpsum dengan besaran sesuai standar biaya. 2. Dibayarkan sesuai jumlah hari rill pelaksanaan perjalanan dinas dengan mengacu jumlah hari yang tercantum dalam surat tugas, SPD dan boarding pass. 3. Uang harian dapat diberikan kepada peserta diklat yang tidak disediakan asrama/penginapan dan akomodasi tidak ditanggung oleh panitia penyelenggara. Biaya Transportasi Biaya transportasi dapat dibayarkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1, Biaya transpor pergi dan pulang (PP) pada prinsipnya dibayar secara at cost. Dalam hal bukti pengeluaran transpor tidak diperoleh, pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan hanya dapat menggunakan Daftar Pengeluaran Riil yang dibayar secara lumpsum. Sesuai dengan prinsip perjalanan dinas yaitu ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja yang tertuang dalam POK- DIPA RKA-KL Itjen Kementerian Agama Tahun 2019 maka perlu ditetapkan besaran biaya transpor tempat tujuan sebagai berikut: a. Banten dan Jawa Barat sebesar Rp600.000,00. b. Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Lampung sebesar Rp800.000,00. c. Jawa Timur sebesar Rp1.000.000,00. 4. Biaya transpor fullboard mengikuti satuan biaya transportasi dari DKI Jakarta ke kabupaten/kota sekitar. . Biaya transpor dari kantor ke bandara pergi pulang (PP) dan dari bandara tujuan keberangkatan ke tempat tujuan PP mengikuti besaran standar biaya taksi perjalanan dinas dalam negeri sesuai dengan Standar Biaya Masukan. f. Biaya transpor dari provinsi/kota/kabupaten ke kota/kabupaten lain diberikan at cost, dalam hal tidak diperoleh bukti pengeluaran riil diberikan maksimal sebesar Rp250.000,00. 2. Dalam hal tanda bukti tidak ada, biaya transpor sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan oleh KPA dengan melampirkan disposisi keterangan bertanda tangan Ketua tim dan diketahui oleh Sekretaris/Inspektur. 3. Dalam hal penugasan yang dilaksanakan lebih dari 1 (satu) tujuan pelaksanaan perjalanan dinas dalam kota dan merupakan satu kesatuan penugasan hanya diberikan 1 (satu) kali biaya transpor dalam kota. -ll- Jenis biaya transpor yang dapat dibayarkan adalah sebagai berikut: ab Biaya Tiket Pesawat Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan, Pelaksana Surat Perjalanan Dinas (SPD) tidak diperkenankan untuk transit di tempat selain tempat kedudukan semula atau yang dituju kecuali hal-hal sebagai berikut: a, Rute maskapai penerbangan yang mengharuskan transit. b. Melaksanakan perjalanan dinas jabatan lanjutan (dengan surat tugas baru). c. Lokasi bandara lebih dekat dengan sator/satker/UPT tujuan, meskipun berbeda provinsi. d. Pengecualian hal-hal tersebut di atas termasuk biaya rebooking, reschedule, dan reroute dibayarkan apabila melampirkan bukti disposisi perintah Inspektur dan/atau Sekretaris. e. Dalam hal keadaan force majeure atau keadaan yang tak terduga, pelaksana SPD dapat diberikan biaya perjalanan dinas dengan melampirkan dokumen berupa: a) surat keterangan dari pihak terka b) surat perpanjangan tugas. f. Apabila diperlukan melakukan klarifikasi pada sator/satker/UPT selain yang tertera pada surat tugas, maka pelaksana SPD tersebut harus melampirkan surat keterangan klarifikasi dari ketua tim dan diketahui oleh pengendali teknis/penanggung jawab. Biaya Transpor antar Kabupaten/Kota ‘Transpor antar kabupaten/kota adalah transpor yang dibayarkan atas perjalanan yang dilakukan dari kabupaten/kota satu ke kabupaten/kota lain. Ketentuan dan syarat dapat dibayarkannya transpor antar kabupaten/kota adalah: a. SPD berstempel sator/satker/UPT dan/atau lembaga yang dikunjungi. b. Melampirkan surat keterangan melaksanakan tugas dari pejabat eselon Il Inspektorat Jenderal Kementerian Agama. ‘Transpor DKI Jakarta Kurang dari 8 jam Biaya transpor lokal DKI Jakarta kurang dari 8 jam mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Uang transpor lokal dapat diberikan dalam rangka memenuhi undangan rapat, konsinyering dan koordinasi yang bersifat insidentil, selama yang bersangkutan tidak mendapat kompensasi uang dari pihak penyelenggara b. Uang transpor lokal tidak dapat dibayarkan apabila perjalanannya menggunakan kendaraan dinas dan/atau untuk perjalanan yang bersifat rutin. c. Uang transpor lokal dibayarkan secara lumpsum mengikuti SBM yang berlaku dilampirkan dengan bukti verifikasi perjalanan dinas dalam kota antara lain: 1) surat tugas yang ditandatangani_ dan _distempel sator/satker/UPT dan/atau lembaga yang dikunjungi; 2) surat undangan (apabila ada); dan -12- 3) daftar penerimaan uang transpor. Biaya Penginapani Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap di hotel atau di tempat menginap lainnya. Pelaksana SPD yang menggunakan biaya penginapan pada saat transit atau tidak menggunakan biaya penginapan dan/atau tidak mempunyai tanda bukti menginap diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pagu hotel di kota tempat tujuan sesuai surat tugas. Uang Representasi Uang representasi diberikan kepada pejabat eselon I dan II selama melakukan perjalanan dinas. Uang representasi mengikuti pembayaran uang harian. -1B- BAB IV PERJALANAN DINAS NARASUMBER, PENDAMPING DAN INFORMAN Narasumber Pegawai yang ditugaskan menjadi narasumber berhak mendapatkan biaya perjalanan dinas sebagai beriku 1. uang harian; 2, transpor; dan 3. penginapan. Dengan ketentuan apabila biaya tersebut tidak ditanggung oleh pihak penyelenggara, kelengkapan berkas yang harus dilampirkan: 1. Undangan sebagai narasumber/peserta kegiatan dari pihak luar. 2. Surat Tugas. Pendamping Biaya perjalanan dinas pendamping mengikuti ketentuan sebagai berikut : 1, Jumlah pendamping a, Jumlah pendamping pimpinan eselon I adalah maksimal 2 (dua) orang. b. Jumlah pendamping pimpinan eselon Il adalah 1 (satu) orang. 2. Biaya Perjalanan Dinas Pendamping a, Pendamping berstatus PNS dan PPNPN berhak memperoleh biaya perjalanan dinas sebagai berikut: 1) wang harian; 2) transpor; dan 3) penginapan. b. Pendamping berstatus pengemudi PNS dan PPNPN berhak memperoleh biaya perjalanan dinas sebagai berikut: 1) uang harian; dan 2) penginapan. Informan Biaya perjalanan dinas informan dibayar maksimal sesuai dengan Standar Biaya. Pemberi Keterangan Ahli/Saksi Abli dan Beracara Biaya honorarium pemberi keterangan ahli/saksi ahli dan beracara dibayar maksimal sesuai dengan Standar Biaya. -14- BAB V PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS. Biaya perjalanan dinas akan diberikan dalam bentuk uang muka oleh Bendahara Pengeluaran yang ditransfer kepada setiap Pelaksana SPD, meliputi: a Uang penginapan golongan Il dan Ill dibayar penuh, kecuali uang penginapan pejabat eselon II, Ill, dan golongan IV dibayar maksimal Rp. 1.000.000,00 per hari, Uang harian dibayar 75%, dan 25% sisanya dibayarkan setelah pelaksana SPD melaporkan verifikasi perjalanan dinas. Pengembalian kelebihan pembayaran biaya penginapan disetorkan Jangsung ke Bendahara Pengeluaran segera setelah verifikasi, apabila belum mengembalikan maka akan dipotong pada penugasan perjalanan dinas jabatan berikutnya. Pelaksana SPD segera mempertanggungjawabkan pelaksanaan perjalanan dinas setelah selesai melaksanakan tugas paling lambat 5 (lima) hari kerja dengan menyerahkan bukti perjalanan dinas kepada Subbagian Verifikasi dan Pelaporan Keuangan sebagai berikut: 1. 2. 3. 6. 7. 8. Formulir isian verifikasi_ dengan persetujuan ketua tim dan dikoordinasikan oleh Kepala Subbagian masing-masing. Surat Tugas. SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat berwenang di tempat pelaksanaan perjalanan dinas atau pihak terkait yang menjadi tempat tujuan perjalanan dinas yang telah lengkap. Tiket pesawat/Bis/Kereta Api/Kapal Laut, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti pembayaran moda transpor lainnya (tidak termasuk biaya rebooking, reschedule, dan reroute). Bukti tertulis transpor lainnya seperti kuitansi transpor antar kota sesuai bukti rill dari perusahaan transpor setempat. Bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya. Daftar Pengeluaran Riil. Surat keterangan lainnya. Semua pengeluaran untuk membiayai perjalanan dinas tersebut diatas, memedomani dan memperhatikan ketersediaan anggaran dalam DIPA Itjen Kementerian Agama. Pit. INSPEKTUR JENDERAL, .. Iw ® M. NURGHOLIS SETIAWAN

Anda mungkin juga menyukai