OLEH:
BAQIATUS SHOLEHA
032001D17007
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
(…………………………………..) (…………………..……………….)
Mengetahui
Kepala Ruangan
(…………………………………………..)
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang berbahaya.
Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam waktu yang siingkat.
DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit
penyakit ini (Meilany, 2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari
pertama (Meilany, 2010).
2. ETIOLOGI
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk
pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam berakhir,
biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap
darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun
masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Warsidi, E. 2009)
PATHAWAY
4. MANIFESTASI KLINIS
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi
lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa,
penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang
demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrikdiscomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,
walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud
memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa
konvalesensseringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali.
Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
5. KLASIFIKASI DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu :
1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan
manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet
positif.
2. Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.
3. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-
tanda dini renjatan).
4. Derajat IV: Ditemukan dengue shocksyndrome dengan tensi dan nadi yang tak
terukur.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cellculture) atau
pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG)
(Warsidi, E, 2009).
7. PENATALAKSANAAN UMUM
1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen,
jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam,
serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur,
seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan
teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29
ml/kg BB dan dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila
kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.
8. KOMPLIKASI
9. PENCEGAHAN
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue
HemorhagicFever :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
2. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue
Kriteria evaluasi :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria :
a. Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
b. Pasien bebas dari demam
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam - Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien
5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis - Pakaian yang tipis menyerap keringat
menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan
tubuh akibat dari peningkatan suhu
2. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbanganinput dan output cairan.
Kriteria evaluasi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan kriteria :
a. Turgor kulit baik
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda- - Mengetahui dengan cepat penyimpangan
tanda vital. dari keadaan normalnya
2. Kaji input dan output cairan. - Mengetahui balance cairan dan elektrolit
dalam tubuh/homeostatis.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum - Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam - Pemberian cairan I.V untuk memenuhi
pemberian cairan I.V. kebutuhan cairan klien.
INTERVENSI RASIONAL
3. Anjurkan orang tua klien untuk - Makanan dalam porsi kecil tapi sering
memberi makanan sedikit tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam
metabolisme
5. Timbang berat badan klien tiap hari. - Berat badan merupakan salah satu
indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
INTERVENSI RASIONAL