Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG
INTERNA II RSUD Dr.R. SOEDJONO SELONG KABUPATEN LOMBOK
TIMUR

OLEH:
BAQIATUS SHOLEHA
032001D17007

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


DINAS KESEHATAN AKADEMI PERAWAT KESEHATAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………………………..) (…………………..……………….)

Mengetahui

Kepala Ruangan

(…………………………………………..)
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang berbahaya.
Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam waktu yang siingkat.
DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit
penyakit ini (Meilany, 2010).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus Dengue


(arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aidesaegypti. Demam Berdarah
Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang
anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan
berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).

DHF (Dengue HaemorragicFever) adalah merupakan penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.
(Hidayat, A. Aziz, 2009).

Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari
pertama (Meilany, 2010).

2. ETIOLOGI

Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragicfever (DHF)


adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopediborne virus (arbovirus) yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah
dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus,
maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul.
(Meilany, 2010.

Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang


menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :

1. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.


2. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap
di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng
bekas  yang menampung air hujan.
3. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.
4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

3. PATOFISIOLOGI Dan CLINICAL PATHAWAY


 Patofisiologi

           Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk
pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam berakhir,
biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap
darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun
masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.

Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor


koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding


pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Warsidi, E. 2009)

PATHAWAY
4. MANIFESTASI KLINIS

Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi
lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa,
penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang
demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrikdiscomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,
walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud
memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa
konvalesensseringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali.
Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.

Patokan World HealthOrganization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa


Dengue HaemorragicFever (DHF) adalah sebagai berikut :

1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.


2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi) dan hematemesismelena.
Rumpelleedtest dengan tekhnik :
a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan
sampai 5 menit.
e. Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
f. Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan
bawah.      Kriteria normal Rumpleleede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis
disekitar mulut

5. KLASIFIKASI DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu :
1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan
manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet
positif.
2. Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.
3. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-
tanda dini renjatan).
4. Derajat IV: Ditemukan dengue shocksyndrome dengan tensi dan nadi yang tak
terukur.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji


rumpelleede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi
untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD
terdapat Leukopenia  padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi leukopenia dan
Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif
pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi :
Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cellculture) atau
pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG)
(Warsidi, E, 2009).

7. PENATALAKSANAAN UMUM

Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut :

1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen,
jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam,
serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur,
seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan
teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29
ml/kg BB dan dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila
kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.

8. KOMPLIKASI

Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

1. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang


2. Disorientasi dan penurunan kesadaran
3. Perdarahan luas
4. Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan

9. PENCEGAHAN

Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi :

1. Pencegahan dengan prinsip 3 M :


a. Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
b. Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
c. Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
2. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
3. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate
kedalamgenangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3
bulan sekali.
4. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan
kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
5. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara :
a. Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.
b. Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan
tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian
sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
c. Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu
membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan air
selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama
takarannya benar tetap aman digunkaan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi identitas pasien dan identitas keluarga.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan saat ini.
biasanya klien mengeluh, antara lain;
 Demam akut / suhu meningkat tiba-tiba (selama 2 – 7 hari).
 Sering disertai menggigil
 Perdarahan pada kulit ( petekie, ekimosis, hematoma ) serta perdarahan lain
seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena
 Keluhan pada saluran pernapasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan nafas
 Keluhan pada saluran cerna : mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi
 Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh.
b) Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah pada anggota keluarga yg mengalami penyakit yg sama seperti di derita oleh
klien.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami riwayat penyakit yg sama.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
 Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau koma (tergantung dari
derajat penyakit DHF)
 TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Kepala
a) Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis
b) Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak  kering & kadang-
kadang lidah tampak kotor dan adanya hiperemia pada tenggorokan
3. Leher : Tidak ada masalah pada leher
4. Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat ditemukan bunyi
redup lantaran adanya efusi fleura
5. Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan
6. Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan  palpasi dapat ditemukan adanya
pembesaran hepar & limpa
7. Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi
8. Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan  hyperemia serta
hematoma.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue
HemorhagicFever :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
2. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue
Kriteria evaluasi :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria :
a. Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
b. Pasien bebas dari demam

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam - Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien

2. Observasi tanda-tanda vital 3 jam - Tanda-tanda vital merupakan acuan


untuk mengetahui keadaan umum
pasien.

3. Beri kompres hangat pada dahi - Kompres hangat dapat mengembalikan


suhu normal memperlancar sirkulasi.

4. Beri banyak minum (±1-1,5 liter/hari) - Mengurangi panas secara konveksi


sedikit tapi sering (panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
tubuh karena penguapan)

5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis - Pakaian yang tipis menyerap keringat
menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan
tubuh akibat dari peningkatan suhu

6. Beri           penjelasan        pada - Penjelasan yang diberikan pada keluarga


keluarga klien tentang penyebab klien bisa mengerti dan kooperatif dalam
meningkatnya suhu tubuh memberikan tindakan keperawatan

7. Kolaborasi pemberian obat anti piretik - Dapat menurunkan demam

2. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbanganinput dan output cairan.
Kriteria evaluasi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan kriteria :
a. Turgor kulit baik
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keadaan umum klien dan tanda- - Mengetahui dengan cepat penyimpangan
tanda vital. dari keadaan normalnya

2. Kaji input dan output cairan. - Mengetahui balance cairan dan elektrolit
dalam tubuh/homeostatis.

3. Observasi adanya tanda-tanda syok. - Agar dapat segera dilakukan tindakan


jika terjadi syok.

4. Anjurkan klien untuk banyak minum - Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam - Pemberian cairan I.V untuk memenuhi
pemberian cairan I.V. kebutuhan cairan klien.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.


Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria :
a. Porsi makan yang disajikan dihabiskan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keadaan umum klien - Memudahkan untuk intervensi


selanjutnya

2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh - Merangsang nafsu makan klien


klien. sehingga klien mau makan.

3. Anjurkan orang tua klien untuk - Makanan dalam porsi kecil tapi sering
memberi makanan sedikit tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam
metabolisme

4. Anjurkan orang tua klien memberi - Makanan dengan komposisi TKTP


makanan TKTP dalam bentuk lunak berfungsi membantu mempercepat
proses penyembuhan.

5. Timbang berat badan klien tiap hari. - Berat badan merupakan salah satu
indicator pemenuhan nutrisi berhasil.

6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. - Menambah nafsu makan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Kriteria Evaluasi :
a. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
b. Klien mampu mandiri setelah bebas demam

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan - Mengetahui tingkat ketergantungan


klien. klien dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Bantu klien memenuhi kebutuhan - Bantuan sangat diperlukan klien pada


aktivitasnya sesuai dengan tingkat saat kondisinya lemah dalam
keterbatasan klien pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa
mengalami ketergantungan pada orang
lain.

3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang - Dengan penjelasan, pasien termotivasi


dapat membantu dan meningkatkan untuk kooperatif selama perawatan
kekuatan fisik klien. terutama terhadap tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan fisiknya.

4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan - Keluarga merupakan orang terdekat


ADL klien dengan klien
5. Jelaskan pada keluarga dan klien - Untuk mencegah terjadinya keadaan
tentang pentingnya bedrestditempat yang lebih parah
tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk Perawatan


Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA, Intervensi


NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai