Anda di halaman 1dari 11

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR


SHARE UNTUK MELATIH KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA
PADA MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SMAN PLOSO

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODELS TYPE THINK


PAIR SHARE TO TRAIN METACOGNITIVE SKILL ON OXIDATION AND
REDUCTION REACTION IN SMAN PLOSO

Tresia Anita Sari dan Utiya Azizah


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
e-mail: tresiaanitasari@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share danketerampilan metakognitif siswa. Sasaran penelitian adalah siswa kelas X MIA 3
SMAN Ploso semester 2 tahun ajaran 2015-2016 sebanyak 32 siswa. Desain penelitianyang
digunakan adalah One-Shot Case Study. Metode pengumpulan data yang digunakan adalahmetode
observasi berupa lembar keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share,
metode tes berupa soal keterampilan metakognitif dan metode angket berupa angket inventori
metakognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share terlatih dengan kriteria sangat baik dengan rata-rata nilai pada fase 1 sampai fase 6 berturut-
turut sebesar 3,58; 3,64; 3,68; 3,55; 3,44; dan 3,74. Hasil tes berbasis keterampilan metakognitif
selama tiga kali pertemuan berturut-turut pada keterampilan merencanakan (Planning Skill) sebesar
3,04; 3,35; dan 3,45, memantau (Monitoring Skill)sebesar 3,24; 3,43; dan 3,52, dan mengevaluasi
(Evaluating Skill) sebesar 3,01; 3,31; dan 3,42. Hasil tersebut didukung oleh hasil inventori
metakognitif yang diberikan selama tiga kali berturut-turut pada Planning Skill sebesar 3,23; 3,28;
dan 3,34, Monitoring Skill sebesar 3,25; 3,31; dan 3,37, dan Evaluating Skill sebesar 3,08; 3,26; dan
3,31. Secara keseluruhan keterampian metakognitif siswa berada pada kategori sangat baik.
Kata Kunci: Metakognitif, Think Pair Share, Redoks

Abstract

The aim of this research is to know feasibility of cooperative learning models type Think Pair
Share and the metacognitive skills. The subject of this research were 32students of X MIA 3 SMAN
Ploso in the 2nd semester in academic year 2015-2016. The research design used in this research
is One-Shot Case Study. The study lasted for three meeting. The research design used in this
research is One-Shot Case Study. Method of data collection used in this study is observation
method such as sheet of feasibility of cooperative learning models type Think Pair Share, test
method such as metacognitive skill test and questionnare method such as metacognitive awareness
inventory questionnaire. The result of this research showed that learning models is trained very
well with the averagevalue of phase 1 to phase 6 is 3,58; 3,64; 3,68; 3,55; 3,44; and 3,74. The
result of metacognitive skill students based on metacognitive test for three times at Planning Skill
3,04; 3,35; 3,45, Monitoring Skill is 3,24; 3,43; and 3,52, and Evaluating Skill is 3,01; 3,31; and
3,42. This results are supported by the result of inventory metacognitive given for three
timesatPlanning Skill is 3,23; 3,28; and 3,34, Monitoring Skill is 3,25; 3,31; and 3,37, and
Evaluating Skill is 3,08; 3,26; and 3,31. Overall of metacognitive skill students are in very good
category.

381
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

Keywords:Metacognitive, Think Pair Share, Oxidation-Reduction

PENDAHULUAN secara empiris dan dapat diamati


Pendidikan merupakan usaha sadar dan menggunakan metode observasi. Salah
terencana untuk mewujudkan suasana satu ilmu bagian dari IPA yang
belajar dan proses pembelajaran agar membutuhkan banyak observasi adalah
peserta didik secara aktif mengembangkan kimia. Kimia memiliki dua sifat penting,
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, hukum, dan teori) dari temuan ilmuwan
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, dan kimia sebagai proses. Kedua sifat
masyarakat, bangsa dan negara [1]. tersebut haruslah seimbang karena jika
Pendidikan sangat diperlukan untuk proses pembelajaran kimia berjalan dengan
menentukan arah seluruh upaya baik akan dihasilkan produk yang baik
kependidikan sekolah atau unit organisasi pula dan juga sebaliknya. Namun
lainnya, sekaligus menstimulasi kualitas kebanyakan produk dari pembelajaran
pendidikan yang diharapkan [3]. Kualitas kimia tidak sesuai dengan harapan yang
pendidikan yang baik akan melahirkan diinginkan. Masih banyak siswa yang tidak
sumber daya manusia (SDM) yang baik. mencapai nilai kriteria ketuntasan
Hasil survey dari United Nation minimum (KKM).
Development Programme menyatakan Berdasarkan angket yang disebar di
bahwa Indonesia memiliki tingkat SDM SMAN Ploso pada tanggal 30 Oktober
yang rendah yaitu menempati peringkat 2015, sebanyak 80% siswa menyatakan
127 dari 187 negara di dunia [13]. bahwa pelajaran kimia sulit, salah satunya
Rendahnya kualitas SDM tersebut dapat pada materi reaksi redoks. Hasil pra
disebabkan dari kualitas pendidikan yang penelitian juga menyatakan bahwa
rendah. Oleh karena itu, kurikulum diubah- keterampilan metakognitif siswa masih
ubah sesuai dengan perkembangan zaman kurang yang ditunjukkan dari hasil angket
untuk meningkatkan kualitas SDM. yang menyatakan bahwa 59% siswa tidak
Kurikulum yang diterapkan sekarang ini menunjukkan Planning Skill, 40% siswa
adalah kurikulum 2013. tidak menunjukkan Monitoring Skill, dan
Berdasarkan kurikulum 2013, siswa 80% siswa tidak menunjukkan Evaluating
yang telah menempuh Sekolah Menengah Skill. Ketiga keterampilan metakognitif ini
Atas harus memiliki pengetahuan faktual, sangat diperlukan untuk mempelajari kimia
konseptual, prosedural, dan metakognitif sesuai dengan Pulmones [9] yang
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, menyatakan bahwa dalam mempelajari
dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, materi yang memerlukan pemahaman
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban konsep, seperti mempelajari ilmu kimia,
terkait penyebab serta dampak fenomena diperlukan keterampilan metakognitif.
dan kejadian[1]. Salah satu ilmu Keterampilan metakognitif dapat
pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu digunakan untuk mengembangkan
pengetahuan alam (IPA) yang mengkaji keterampilan berpikir dalam pembelajaran
fenomena-fenomena atau gejala-gejala
IPA [2]. Metakognitif adalah suatu
alam yang kebenarannya dapat dirumuskan

382
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

keterampilan berfikir bagaimana lain karena pengajaran pribadi dengan


menyelesaikan cara penyelesaian belajar. teman sebaya yang lebih kompeten dapat
Metakognitif berhubungan dengan meningkatkan keterampilan kognitif
mereka. Model pembelajaran ini
bagaimana siswa berpikir tentang cara
digunakan untuk meningkatkan kesadaran
berpikir mereka sendiri dan kemampuan
baik kognitif maupun metakognitif dan
mereka menggunakan strategi-strategi kemampuan belajar siswa karena interaksi
belajar tertentu dengan tepat. Pengajaran teman sebaya merupakan
metakognitif dapat menghasilkan pusat keberhasilan pembelajaran kooperatif
peningkatan yang jelas dalam pencapaian yang dapat meningkatkan metakognitif
tujuan belajar [10]. Siswa dapat belajar siswa terutama dalam hal pemecahan
memikirkan proses pemikiran mereka masalah [5]. Pembelajaran kooperatif yang
dikombinasikan dengan metakognitif
sendiri melalui tugas-tugas yang sulit.
digunakan untuk meningkatkan
Siswa yang memiliki keterampilan
pemahaman siswa pada kelas sains dengan
metakognitif yang baik, akan menunjukkan deadline waktu sedikit dengan jumlah
prestasi belajar yang baik pula [5], untuk materi yang banyak.
itu keterampilan metakognitif siswa harus Model pembelajaranKooperatif tipe
dikembangkan karena keterampilan Think Pair Share memberi kesempatan
metakognitf tidak muncul dengan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja
sendirinya, tetapi memerlukan latihan sama dengan orang lain sehingga metode
pembelajaran ini lebih mengoptimalisasi
sehingga menjadi kebiasaan.
partisipasi siswa untuk lebih aktif dan
Perkembangan metakognitif dapat
mandiri dalam mengikuti proses belajar.
diupayakan melalui cara dimana siswa
Model pembelajaran tersebut melibatkan
dituntut untuk mengobservasi apa yang
tiga komponen metakognitif yaitu self
mereka ketahui dan kerjakan, dan
planning pada tahap berpikir (think), self
merefleksi apa yang telahdiobservasi [10].
monitoring pada tahap berpasangan (pair)
Oleh karena itu, sangat penting bagi guru
dan self evaluation pada tahap berbagi
untuk mengembangkan keterampilan
(share). Rudiyanto [9] menjelaskan model
metakognitif melalui pembelajaran di
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
sekolah dengan merancang suatu model
Share sesuai digunakan dalam
pembelajaran yang tepat yang dapat
pembelajaran kimia materi reaksi reduksi
digunakan untuk mengembangkan
dan oksidasi karena model pembelajaran
keterampilan metakognitif karena model
tersebut sesuai dengan karakter dari materi
pembelajaran yang digunakan sangat
redoks yaitu banyak teori-teori dan konsep-
berpengaruh terhadap perkembangan
konsep sebagai dasar dalam pembelajaran
keterampilan metakognitif siswa [7].
materi selanjutnya yang lebih kompleks,
Salah satu model pembelajaran yang
sehingga memerlukan wait time yang lebih
sesuai dengan proses keterampilan
banyak untuk memahami konsep-konsep
metakognitif adalah model pembelajaran
tersebut.
kooperatif tipeThink Pair Share sesuai
dengan Slavin [9], perkembangan kognisi METODE
sangat terkait dengan masukan dari orang

383
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian keterampilan metakognitif yang dianalisis


pra-eksperimen. Sasaran dalam penelitian menggunakan skala Likert 4 pilihan
ini adalah kelas X MIA 3 SMANPloso jawaban dengan ketentuan skorpada tabel
sebanyak 32 siswa. Penelitian ini 1berikut.
dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran
2015-2016 pada tanggal 19-26 Februari
2016 selama tiga kali pertemuan. Desain
penelitian yang digunakan adalah One
Shoot Case Study, yaitu penelitian Tabel 1. Interpretasi skor inventori
yangdilakukan tanpa adanya kelompok metakognitif
pembanding dan tanpa pretest. Kriteria Skor
Pernyataan Pernyataan
Metode pengumpulan data yang
negatif positif
digunakan dalam penelitian ini adalah Tidak pernah 4 1
metode observasi, tes dan angket. Metode Kadang-kadang 3 2
Sering 2 3
observasi digunakan untuk mengetahui Selalu 1 4
keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share, metode Skor yang didapat dikonversi ke dalam
tes untuk mengetahui keterampilan bentuk nilai dengan rumus sebagai berikut:
metakognitif siswa berdasarkan soal
metakognitif, dan metode angket untuk 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = ×4
mengetahui keterampilan metakognitif 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
siswa berdasarkan inventori metakognitif.
Angket inventori metakognitif yang Selanjutnya nilai rata-rata keterampilan
digunakan diadaptasi dari Metacognitive metakognitif pada setiap aktivitas
Awareness Inventory oleh Schraw, G. & ditentukan menggunakan rumus sebagai
Dennison, R.S, berisi 20 pertanyaan yang berikut:
menyangkut Planning Skill, Monitoring
Skill, dan Evaluating Skill selama proses 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑘𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = ×4
pembelajaran. 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Analisis data keterampilan metakognitif
diperoleh dari tes berbasis keterampilan Nilai keterampilan metakognitif
metakognitif yang dinilai dengan skor 1-4 berdasarkan tes keterampilan metakognitif
berdasarkan rubrik penilaian metakognitif dan angket inventori dikonversikan sesuai
pada tiap-tiap skor dan dikonversikan dengan kriteria tertentu. Skala 0-1,0 (Tidak
menjadi nilai keterampilan metakognitif Baik); 1,1-2,0 (Cukup); 2,1-3,0 (Baik); dan
yang meliputi planning skill, monitoring 3,1-4,0 (Sangat Baik).
skill, dan evaluating skill dengan rumus
sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ meliputi data keterlaksanaan model
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = ×4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share, data keterampilan metakognitif
Data angket inventori metakognitif berdasarkan tes keterampilan metakognitif
siswa merupakan data pendukung
dan data inventori metakognitif. Berikut

384
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

merupakan data hasil keterlaksanaan model Skill. Pelatihan tersebutdilakukan siswa


pembelajaran kooperatifThink Pair secara individu untuk memberikan
Shareselama tiga kali pertemuan. kesempatan kepada siswa dalam bekerja
secara mandiri untuk menemukan dan
mentransfer informasi-informasi kompleks
apabila mereka harus menjadikan informasi
itu miliknya sendiri [7]. Berikut merupakan
contoh hasil identifikasi masalah (gambar
2), rumusan masalah dan hipotesis (gambar
3) yang dibuat siswa secara mandiri.

Gambar 1. Diagram Keterlaksanaan


Model Pembelajaran
Gambar 2. Hasil identifikasi masalah
Berdasarkan diagram di atas, dapat pada tahap Think
diketahui bahwa nilai keterlaksanaan
model pembelajaran selama tiga kali
pertemuan telah terlaksana dengan
sangat baik.
Fase 1 dilakukan dengan apersepsi dan
pemberian motivasi. Apersepsi bertujuan (a)
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
yang akan membantu siswa dalam (b)
pelatihan Planning Skill. North Central
Regional Educational Laboratory (b)
(NCREL)menjelaskan bahwa pengetahuan Gambar 3. Hasil Rumusan Masalah (a) dan
awal yang dimiliki siswa sangat membantu Hipotesis (b) pada tahap Think
dalam kegiatan perencanaan
(planning)[6].Pemberian motivasi Gambar 2 dan 3 mengungkapkan bahwa
bertujuan agar siswa tertarik mengikuti siswa kurang mampu mengidentifikasi
kegiatan pembelajaran. Kedua kegiatan permasalahan dan menuliskan hipotesis
tersebut bertujuan untuk menyiapkan siswa yang sesuai dengan rumusan masalah. Hal
dalam pelatihan Planning Skilldan ini berarti Monitoring Skill masih belum
meningkatkan kesadaran siswa tentang apa terlatih secara optimal. Oleh karena itu,
yang harus dipelajari sehingga siswa akan dibutuhkan diskusi kelompok secara
lebih terarah dalam mengikuti kegiatan berpasangan sehingga siswa akan lebih
pembelajaran. Planning Skill yang mampu untuk mengkonstruksikan
dilatihkan meliputi keterampilan pengetahuan yang dimilikinya.
mengidentifikasi untuk mendapatkan Fase 3 (mengorganisasikan siswa dalam
informasi dan menentukan tujuan. tim belajar)bertujuan untukmelatihkan
Fase 2 (mengajukan Planning Skill danMonitoring Skill
permasalahanThink) bertujuan untuk sehingga siswa mampu mengetahui kapan
melatihkan Planning Skilldan Monitoring dan bagaimana menerapkan strategi yang

385
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

telah mereka buat untuk memecahkan kelompok secara kooperatif dapat


masalah seperti yang disajikan dalam mempercepat perkembangan kognitif siswa
gambar 4. Prinsip monitoring yang efektif [11].Selain itu diskusi kelompok tersebut
berarti bahwa siswa dapat mengetahui juga sesuai dengan teori Piaget yang
bagaimana dan kapan menerapkan strategi menyatakan bahwa interaksi sosial dengan
belajarnya dan bagaimana siswa mampu teman sebaya, khususnya berargumentasi
bekerja untuk memecahkan masalah dan berdiskusi membantu memperjelas
menggunakan strateginya tersebut [7]. pemikiran menjadi lebih logis [7].
Fase 4 dan 5 bertujuan untuk melatihkan
Evaluating Skillpada dimensi mengecek
kembali penulisan pemecahan masalah.
Tahap yang dilakukan dalam fase ini
adalah adalah berbagi dengan seluruh siswa
untuk melatihkan Evaluating Skilldimensi
mengecek kembali penulisan pemecahan
(a) masalah berupa analisis data yang
dilakukan dengan cara kelompok diskusi
menanggapi pertanyaan dan bertanya
tentang hasil presentasi kelompok
lain.Hasil diskusi kelas tersebut ditulis
(b) dalam analisis data pada tahap berbagi
(Share). Selanjutnya guru memberikan
umpan balik sebagai apresiasi terhadap
siswa.
Fase 6 bertujuanuntuk refleksi dan
(c) memberikan penghargaan kepada siswa
Gambar 4. (a) Identifikasi Masalah; (b) yang telah berprestasi.Guru membimbing
Rumusan Masalah; dan (c) siswa untuk merefleksi apa yang telah
Hipotesis pada tahap Pairing dipelajari pada materi reaksi redoks dan
bertanya tentang konsep apa saja yang
Gambar 4 mengungkapkan bahwa siswa belum dipahami siswa, sehingga guru dapat
telah mampu dalam mengidentifikasi memberikan penguatan kepada siswa.
masalah, merumuskan masalah, dan Selanjutnya guru memberikan
menuliskan hipotesis setelah bekerja dalam rewardkepada “kelompok super”.
kelompok (Pair). Hal tersebut Pemilihan kelompok tersebut ditinjau
menunjukkan bahwa dalam bekerja secara berdasarkan hasil perhitungan antara skor
kelompok, siswa telah mengembangkan awal siswa dan skor hasil tes evaluasi
Planning SkilldanMonitoring Skillsecara pembelajaran.
optimal. Siswa mempelajari keterampilan Keterampilan metakognitif adalah
metakognitif lebih baik bilamana bekerja kemampuan berpikir dimana siswa dapat
dalam kelompok-kelompok kooperatif [8]. diajarkan strategi-strategi untuk menilai
Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky pemahaman mereka sendiri dengan
tentang pengaruh teman sebaya terhadap memilih rencana tindakan yang efektif
perkembangan kognitif siswa, dimana kerja untuk belajar atau menyelesaikan soal-soal

386
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

[10].Data keterampilan metakognitif siswa Siswa tidak mendapatkan skor


diperoleh dari nilai tes berbasis maksimal sesuai dengan rubrik penilaian
keterampilan metakognitif dan inventori metakognitif karena siswa mengidentifikasi
metakognitif yang diberikan pada setiap informasi berdasarkan fenomena yang
akhir pertemuan. Berikut merupakan data dihadirkan namun tidak menuliskan tujuan
hasil nilai keterampilan metakognitif percobaan.Berikut merupakan jawaban
berdasarkan tes berbasis keterampilan siswa dengan skor maksimal 4:
metakognitif

Gambar 5. Diagram Nilai Keterampilan


Metakognitif Siswa Gambar 7. Jawaban Planning Skill skor 4

Berdasarkan data tersebut dapat Berdasarkan gambar tersebut dapat


disimpulkan bahwa seluruh keterampilan diketahui bahwa siswa dapat menentukan
metakognitif siswa berada pada kriteria tujuan percobaan dan mengidentifikasi 3
baik dan sangat baik. Planning Skilladalah permasalahan dengan tepat berdasarkan
langkah-langkah, prosedur atau kegiatan fenomena yang disajikan sehingga siswa
yang melibatkan siswa dalam belajar atau mendapat skor maksimal 4 sesuai dengan
menyelesaikan tugas [8].Tes Planning Skill rubrik penilaian yang telah ditentukan.
yang diberikan kepada siswa meliputi Monitoring Skilladalah manifestasi
keterampilan menentukan tujuan dan nyata dimana siswa memeriksa kemajuan
mengidentifikasi informasi dan dinilai mereka, melakukan prosedur atau tujuan
menggunakan skor 1-4 dengan kriteria dan melakukan strategi belajar [8].
tertentu berdasarkan rubrik. Namun tidak Monitoring Skillyang dilatihkan adalah
seluruh siswa dapat mencapai skor keterampilan dalam memecahkan soal dan
maksimal pada tes Planning Skill seperti membaca ataupun membuat tabel.
yang disajikan dalam gambar6. Monitoring Skill ini menuntut siswa untuk
mengingat informasi penting yang
diperlukan dalam memecahkan
permasalahan. Informasi tersebut
merupakan pengetahuan awal siswa yang
selanjutnya digunakan untuk membuat
suatu strategi pemecahan permasalahan,
misalnya ketika siswa diminta untuk
Gambar 6. Jawaban Planning Skill skor 3 menentukan variabel, siswa harus meninjau
fenomena yang dihadirkan dan

387
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

mengidentifikasi informasi yang ada hasil penyelesaian pemecahan masalah


sebagai pengetahuan awal, selanjutnya yang telah dibuat dengan cara menuliskan
menentukan strategi yang tepat untuk kesimpulan berdasarkan strategi
meyelesaikan soal tersebut dengan cara pemecahan masalah yang telah mereka buat
menentukan rumusan masalah dan sebelumnya. Berikut merupakan jawaban
hipotesis yang sesuai dengan percobaan siswa pada soal Evaluating Skill:
yang akan dilakukan. Berikut merupakan
jawaban siswa dengan skor maksimal:

Gambar 10. Jawaban Evaluating Skillskor 2


Gambar 8. Jawaban Monitoring Skillskor 4
Berdasarkan gambar tersebut, dapat
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa jawaban siswa pada
diketahui bahwa siswa dapat menyebutkan keterampilan mengevaluasi masih kurang
1 variabel manipulasi, 2 variabel kontrol teliti sehingga siswa tidak mendapatkan
dan 1 variabel respon. Hal ini berarti siswa skor maksimal. Berikut merupakan
telah menjawab 4 kata kunci dengan benar jawaban siswa dengan skor maksimal:
sesuai dengan fenomena yang dihadirkan
sehingga siswa memperoleh skor
maksimal. Meskipun demikian, masih
terdapat siswa yang tidak mendapat skor
maksimal seperti gambar 9.

Gambar 11. Jawaban Evaluating Skill skor


4

Data keterampilan metakognitif siswa


tersebut didukung oleh hasil angket
Gambar 9. Jawaban Monitoring Skillskor 3 inventori. Berdasarkan data hasil inventori
metakognitif, keterampilan metakognitif
Evaluating Skill fokus pada bagaimana siswa berada pada kriteria baik dan sangat
siswa menilai hasil belajar mereka [8]. baik sesuai dengan gambar 12 berikut:
Evaluating Skill yang dilatihkan kepada
siswa adalah keterampilan mengecek
kembali penulisan pemecahan masalah.
Siswa melakukan pengecekan terhadap

388
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

Gambar 12. Hasil inventori metakognitif

389
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

Berdasarkan gambar tersebut, dapat Skill sebesar 3,32; 3,43; dan 3,52, dan
diketahui nilai rata-rata inventori Evaluating Skill sebesar 3,01; 3,31; dan
metakognitif yang paling tinggi adalah nilai 3,42. Secara keseluruhan keterampilan
Monitoring Skill. Hal ini sesuai dengan metakognitif siswa selama tiga kali
hasil pada tes berbasis keterampilan pertemuan berada pada kategori baik dan
metakognitif sehingga dapat dikatakan sangat baik.
bahwa inventori metakognitif dapat
digunakan sebagai data pendukung Saran
keterampilan metakognitif yang dimiliki Sebelum menerapkan model
siswa. Metakognitif dapat dinilai dengan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
menggunakan (angket) untuk melaporkan Share untuk melatih keterampilan
persepsi dan kemampuan memecahkan metakognitif, perlu dilakukan pengaturan
masalah siswa [7]. Nilai keterampilan waktu yang sesuai dengan alokasi waktu
metakognitif terendah adalah pada yang telah ditentukan dalam Rencana
Evaluating Skillkarena siswa masih belum Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar
optimal dalam mengevaluasi hasil kerjanya, setiap fase dalam model pembelajaran
siswa tidak memberikan alasan yang tepat dapat terlaksana dengan sangat baik.
mengenai kesimpulan pengerjaan soal,
sehingga sebagian besar jawaban siswa DAFTAR PUSTAKA
dalam tahap tersebut tidak mendapatkan 1. Depdiknas. 2013. Permendikbud
nilai maksimal. Nomor 69 tahun 2013 tentang
Secara keseluruhan, keterampilan Kerangka Dasar dan Struktur
metakognitif siswa kelas X MIA 3 SMAN Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta:
Ploso Jombang dapat dikatakan terlatih
Depdikbud.
dengan sangat baik. Peningkatan
keterampilan metakognitif pada setiap 2. Donovan, Suzanna, dkk. 2005. How
Student Learn Science in The
pertemuannya sangat dibantu dengan
Classroom. Washington: The
model pembelajaran kooperatif tipe Think National Academies Press.
Pair Share, dimana model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share 3. Hamalik, Oemar. 2009.
DasarPengembangan Kurikulum.
merupakan salah satu model pembelajaran Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
yang dikembangkan untuk meningkatkan
perolehan akademik [4]. 4. Ibrahim, A.R.2010 Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa melalui Penerapan
PENUTUP Model Pembelajaran Think Pair
Simpulan Share pada Mata Kuliah Kimia
Keterlaksanaan sintaks model Dasar I. FORUM MIPA
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Universitas Sriwijaya Vol 13 No.2
Share fase 1 sampai fase 6 berturut-turut Edisi Juli 2010. (online) diakses
sebesar 3,58; 3,64; 3,68; 3,55; 3,44; dan tanggal 26 April 2015
3,74 dengan kriteria sangat baik. Nilai 5. Jayapraba, Kanmani. 2013.
keterampilan metakognitif Planning Skill “Metacognitive Instruction and
selama tiga kali pertemuan berturut-turut Cooperative Learning Strategies for
sebesar 3,04; 3,35; dan 3,45, Monitoring Promoting Insightful Learning in

390
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 5, No. 2, pp. 381-391 May 2016

Science”. The Online Journal of Redoks. Skripsi tidak diterbitkan.


New Horizons in Education. Vol. Malang: Universitas Negeri
4(02): hal. 47-57. Malang.
6. North Central Regional Laboratory.
10. Slavin, Robert. 2008. Psikologi
1995. Metacognitive, (online)
(http://www.nerel.org/sdrs/areas/iss Pendidikan Teori dan Praktik Edisi
ues/students/learning/lrlmetn.htm, kedelapan. Penerjemah Marianto
diakses 20 desember 2015) Samosir. Jakarta: PT Indeks.
7. Nur, Mohamad dkk. 2000. 11. Schunk, Dale H. 2012. Teori-teori
Pembelajaran Kognitif. Surabaya: Pembelajaran: Perspektif
Program Pascasarjana Institut Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Belajar.
Surabaya.
12. Suherman dkk. (2001). Strategi
8. Pulmones, Richard. 2007. Pembelajaran Matematika
“Learning Chemistry in a Kontemporer. Bandung: Jurusan
Metacognitive Environment”. Pendidikan Matematika UPI.
Journal of Education. Vol 16 (02):
13. United Nation Development
hal. 165-183.
Programme. 2013. Human Progress
9. Rudiyanto, dkk. 2013. Pengaruh in a Diverse World Explanatory
Model Pembelajaran Think Pair note on 2013 HDR of
Shareterhadap Prestasi Belajar Indonesia,(online),
SiswaKelas X SMAN 6 Kota Malang (http://hdr.undp.org/en/countries/pro
Tahun 2012-201 pada Reaksi files/IDN, diakses tanggal 26 April
2015)

391

Anda mungkin juga menyukai