Anda di halaman 1dari 23

ASKEP BUMIL ANEMIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi karena terjadi
peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola
makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara
lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan
janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang
merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO)(2005) melaporkan bahwa terdapat 52 % ibu hamil mengalami anemia di
negara berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes- Unicef )dailaporkan bahwa
sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami
kekurangan energi kronis (Fatimah,2011). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu
diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas,
BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang
ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang,
napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
Dari uraian permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan keperawatan
keluarga pada ibu hamil dengan Anemia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakh konsep Keluarga itu ?
2. Apakah konsep Ibu Hamil itu ?
3. Bagaimakah konsep Anemia pada Ibu Hamil
4. Bagaimanakah contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep medis Ibu hamil dengan anemia dan asuhan keperawatan keluarga
pada ibu hamil dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep Keluarga
b. Untuk mengetahui konsep Ibu Hamil
c. Untuk mengetahui konsep Anemia pada Ibu Hamil
d. Untuk mengetahui contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Hariyanto, 2005 keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga .
2. Ciri- ciri keluarga
a. Diikat tali perkawinan
b. ada hubungan darah
c. ada ikatan batin
d. tanggung jawab masing–masing
e. ada pengambil keputusan
f. kerjasama diantara anggota keluarga
g. interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah
3. Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
suatu keluarga.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan
posisi dan situasi tertentu.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat
yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga. Kebahagiaan
keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga
mempertahankan hubungan yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadi
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu
ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di antara keluarga dari waktu ke waktu.
Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan yang mempunyai tugas
dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya. Adapun 8 tahapan perkembangan
tersebut adalah:
a. Tahap 1 keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui perkawinan.
Tugas perkembangan:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3) Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: Masalah seksual, peran perkawinan dan kehamilan yang kurang
direncanakan.
b. Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir sampai
berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan:
1) Perubahan peran menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.
Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan
penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain.
c. Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5 tahun sampai
dengan 5 tahun.
Tugas perkambangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
dipenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan: masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.,masalah
kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.,persaingan antara kakak adik, dan
pengasuhan anak.
d. Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6 tahun
samapi 13 tahun.
Tugas perkembangan:
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4) Meningkatkan komunikasi terbuka.
e. Tahap 5 keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun sampai
19-20 tahun.
Tugas perkembangan :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkatkan otonominya.
2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.
f. Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah
sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau banyaknya anak belum
menikah dan tinggal dalam rumah.
Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan: masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua tidak lancar, transisi
peran suami istri, memberi perawatan pada kondisi kesehatan kronis, masalah
menopause, efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
g. Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
Masalah kesehatan: promosi kesehatan, masalah hubungan dengan
perkawinan, komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain, masalah hubungan
dengan perawatan.
h. Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pension sampai
dengan dua-duanya meninggal.
7. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat
melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan.
b. KoordinatorKoordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan. Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan. Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Kolaborasi. Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota
tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
g. Fasilitator. Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala
untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan. Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
B. Konsep Ibu Hamil
1. Pengertian
Ibu Hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan. Kehamilan
adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum)
dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas : trimister I ( 1- 14 minggu), trimister II ( 14- 28 minggu), trimister III
( 28- 42 minggu)
2. Perkembangan / perubahan fisik selama kehamilan
a. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan
hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau
kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di
sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan
berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar
sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari
atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru
yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi
stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria
livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis.
b. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini
tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan,
payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir.
Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai berikut :
1) Payudara membesar, tegang dan sakit
2) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
3) Hiperpigmentasi mamae dan puting susu serta muncul areola mamae
4) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu
selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang
dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih
seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.

d. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan,
pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan
membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria
gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
e. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah.
Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak,
sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran
mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda
Chadwick.
f. Perubahan pada Tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema
pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena
femoralis sebelah kanan atau kiri.
g. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
h. Perkembangan / perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan
pengalaman masa lalu.

3. Masalah yang sering terjadi


a. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata.
Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen
yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan.
Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan
ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan
batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan
memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan
sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap
tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan
tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap
tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan
persepsi yang permanen tentang diri mereka.
b. Ambivalensi selama kehamilan
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci
terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang
dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita
memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan
kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau
janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa
promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan
pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan
kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa
konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang
sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat,
seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat
menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
c. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas
dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang
berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk
takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada
wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak
nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka.
Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual,
letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan
kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan
seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk,
1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama
masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi
masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan
hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi
dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya.
Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat
memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang
perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson,
Lowdermilk, 1993).
d. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney,
1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya
kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat
dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini
secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan
sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah.
4. Tugas Perkembangan
a. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan
mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat
penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima
kehamilan.
b. Kesiapan menyambuut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita
merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu
kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain
memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan
maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari
validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti
“tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses
keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan
dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat
gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita
ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima
kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan
diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang
anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat
disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya
hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.

c. Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai
pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri
yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya,
dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun
kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita
hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini
membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian
air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul
silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat
menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama
menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama
melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring
kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain.
Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam
keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan
menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan
untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan
meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk
mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung
dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut
biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan
lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman
ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat
mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih
lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984).
d. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni
melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi
kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran
sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada
interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan
merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk
menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini
mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi
prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman,
1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi
diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan
keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
e. Hubungan Ibu dan Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai
membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka
mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti
apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi
orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat
kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan,
kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka
mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum
dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya
sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang
memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan(Rubin, 1975).
Persiapan melahirkan, banyak wanita khususnya nulipara, secara aktif mempersiapkan
diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua,
dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak
dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan
(Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan
proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
f. Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari sang anak
(Richardson,1983), karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan
penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2
kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983).
Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan
kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi
bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus
“memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk
anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya.
Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa
hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan
suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing
pasangan.
g. Kesiapan melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin
menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu.
Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies
dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu
kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman
untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai
rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil
akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap
persalinan.
C. Konsep Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada
trimester II (Saifuddin, 2002).
2. Klasifikasi
a. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
b. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
c. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
3. Etiologi
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya
relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan
tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).
Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang
semakin berat dengan adanya kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan
oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi
(Safuddin, 2002). Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia karena kurang zar besi dalam
tubuh disebabkan karena:
a. Kurangnya konsumsi makanan yang kaya akan besi, terutama yang berasal dari sumber
hewani.
b. Kebutuhan yang meningkat karena kehamilan.
c. Kehilangan besi yang berlebihan karena perdarahan.
d. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan penyerapan dari
makanan
4. Manifestasi klinis
a. Mata berkunang-kunang.
b. Lemah.
c. Badan lesu.
d. Cepat lelah.
e. Wajah / muka pucat.
f. Lidah, bibir, kuku pucat sekali.
g. Gampang mengantuk.
5. Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan
ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen
plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

6. Pemeriksaan

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan

anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-

kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb

dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan

yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai

berikut:

a. Hb 11gr% : Tidak anemia

b. Hb 9-10 gr% : Anemia Ringan

c. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang

d. Hb < 7% : Anemia berat

7. Komplikasi

a. Keguguran.
b. Lahir sebelum waktunya.

c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

d. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.

e. Dapat menimbulkan kematian.


8. Penatalaksanaan

a. Pencegahan dan penanggulangan anemia antara lain :


1) Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti hati, ikan, daging, dan
sumber nabati seperti: sayuran hijau, tempe, tahu dan buah-buahan yang berwarna.
2) Hindarkan pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan kesehatan ibu
seperti ikan, telur, buah-buahan tertentu.
3) Bila nafsu makan ibu berkurang, makanlah makanan yang segar seperti buah, sayur bening,
sayur segar lainnya.
4) Selama hamil makanlah beraneka ragam setiap hari dalam jumlah cukup dan makanan yang
aman bagi kesehatan.
5) Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak daripada saat tidak hamil.
6) Selama hamil sebaiknya tidak melakukan pekerjaan yang berat.
b. Pemberian tablet Fe.
1) Ketentuan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil yaitu:
i. Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
ii. Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
iii. Diberikan tanpa pemeriksaan Hb.
iv. Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum mencukupi 90 tablet, maka
harus diteruskan sampai selesai.
2) Efek samping:
Menimbulkan gejala antara lain: mual – muntah, kadang diare / sulit BAB.
Tinja akan berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
3) Cara makan obat:
 Minum tablet tambah darah setelah makan malam / menghindari gejala efek samping.
 Dianjurkan untuk tidak minum bersama dengan susu, teh, kopi dan tablet kalk.
c. Memodifikasi lingkungan untuk perbaikan gizi.
d. Mendapat perhatian dari keluarga.
D. Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ibu Hamil dengan Anemia
1. Kasus
Tn.A menikah dengan Ny.S pada tahun 2010 lalu dan saat ini Ny.S sedang mengandung anak
pertama. Kehamilan Ny. S sekarang mulai masuk trimester II. Ny.S mengatakan selama
kehamilan sering merasakan pusing dan memang Ny.S tampak kelihatan pucat. Menurut
pengakuan Ny.S baru 1x memeriksakan kehamilannya di puskesmas, dan menurut hasil
pemeriksaan Ny.S menderita anemia. Ny.S Mengatakan jarang makan makanan yang bergizi
yang berguna untuk perkembangan janinnya.Ny S juga mengeluhkan perubahan – perubahan
yang terjadi pada dirinya, seperti berat badannya yang mulai meningkat dan sering merasa
lelah.
Ny.S mengatakan susah tidur karena kondisi kamar yang sempit dan pengap, di tambah lagi
kebisingan di sekitar lingkungan rumah.
Hasil Pemeriksaan :
TTV: TD = 100/80 mmHg
Nadi = 70 x/menit
R = 24 x/menit
S = 36, 5 ºC

Analisis Data
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Kehamilan
• Ny.S mengatakan sering Anemia
pusing
• Ny.S mengatakan jarang
mengkonsumsi makanan bergizi Perubahan hematologi
seperti sayur-sayuran.
• Ny.S mengatakan pernah di
beri obat penambah darah oleh Sirkulasi meningkat
bidan saat kunjungannya di
puskesmas namun sekarang obat Volume plasma meningkat
tersebut telah habis
DO : Peeningkatan sekresi
• Konjungtiva anemis aldosteron
• TTV :
TD : 100/ 80
N : 70x/ menit Resiko gangguan Kebutuhan zat
R : 24x/ menit perkembangan besi meningkat
S : 36,5 ° C. janin
Suplay zat besi berkurang

2.
DS: Anemia
• Ny.S mengatakan jarang
mengkonsumsi makanan yang Ketidakmampuan keluarga
bergizi dan sudah tidak minum dalam mengenal masalah
vitamin yang berguna untuk kebutuhan untuk BUMIL
perkembangan janinnya.
• Ny.S mengatakan harusnya
dia sudah memeriksakan kembali Kehamilan
kandungannya namun sampai
saat ini dia belum juga ke
puskesmas setelah kunjungan
Perubahan hematologi
pertamanya.
Do :
• Hasil pemeriksaan Lab
menunjukan HB turun Sirkulasi meningkat

Volume plasma meningkat

Peeningkatan sekresi
aldosteron
Kebutuhan zat
besi meningkat

Suplay zat besi berkurang

Anemia

Pasokan oksigen ke janin


rendah
Resiko ganggguan
perkembangan janin
ketidakmampuan keluarga
dalam mengambil
keputusan yang tepat.

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Anemia Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kebutuhan untuk BUMIL

2. Resiko gangguan perkembangan janin Ny.S pada Tn.A berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Dx
kep
Sifat masalah : 3/3x1=1 Terlihat Ny.S
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1 dalam kondisi
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1 lemas dan tampak
pucat.
Kemungkinan masalah dapat diubah : 2/2x2=2 Untuk pemenuhan
Skala : Mudah 2 2 nutrisi BUMIL
Sebagian 1
Tidak dapat 0 tidak selalu
membutuhkan
biaya mahal.
Potensial masalah untuk dicegah : 2/3x1=2/3 BUMIL bisa
Skala : Tinggi 3 1 mendapatkan
Cukup 2
Rendah 1 makanan yang
mengandung zat
besi dengan
mengkonsumsi
sayur – sayuran
hijau.
Menonjolnya masalah : 1/2x1=1/2 Keluarga
Skala : merasakan ada
Masalah berat, harus 2 1
segera ditangani 1 masalah tetapi
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 0 tidak
Masalah tidak dirasakan membutuhkan
penanganan segera
TOTAL SKOR 4 1/6

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Dx.
kep
Sifat masalah : 2/3x1=2/3 Masalah akan
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1 muncul jika tidak
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1 segera ditangani.
Kemungkinan masalah dapat diubah : 1/2x2= 1 Keterbatasan
Skala : Mudah 2 2 ekonomi dan
Sebagian 1
Tidak dapat 0 pengetahuan.
Potensial masalah untuk dicegah : 1/3x3= 1 Kondisi ekonomi
Skala : Tinggi 3 1 keluarga yang
Cukup 2
Rendah 1 terbatas dan
kurangnya
pengetahuan ibu
tentang nutrisi untuk
perkembangan
janin.

Menonjolnya masalah : 0/2x1=0 Keluarga belum


Skala : merasakan bahwa
Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1 keadaan itu menjadi
Masalah tidak dirasakan 0 masalah.
TOTAL SKOR 2 2/3
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Anemia Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan 4 1/6
dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kebutuhan untuk BUMIL
2. Resiko gangguan perkembangan janin Ny.S 2 2/3
pada Tn.A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil
keputusan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
YBP-SP
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/24/anemia-pada-ibu-hamil/

Diposting oleh Bagus Apriyanto di 10.37


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai