Anda di halaman 1dari 5

CARA KERJA DI LABORATORIUM

Laboratorium memiliki berbagai fungsi di dalam suatu lembaga pendidikan, misalnya


saja untuk kegiatan praktikum atau penelitian, untuk kegiatan pengajaran atau diskusi,
maupun untuk kegiatan demonstrasi. Oleh karena itu, hampir semua sekolah-sekolah
ataupun universitas kini telah memiliki laboratorium, mengingat perannya yang sangat
penting di dalam kegiatan belajar mengajar.

Namun, di balik peranannya yang sangat penting itu, laboratorium juga memiliki sisi
berbahaya jika tidak tahu cara menggunakannya atau cara kerja di di laboratorium. Sebab,
Di dalam laboratorium terdapat berbagai alat dan bahan khusus yang bisa saja
menyebabkan terjadinya kecelakaan, jika dilakukan dengan cara yang salah atau tidak tepat.
Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan fungsi laboratorium sabagai tempat untuk
kegiatan praktikum atau penelitian.

Bekerja di laboratorium tidaklah seperti bekerja di ruangan atau di tempat lain.


Pelaksana kegiatan penelitian, seperti pelajar, mahasiswa, dosen ataupun peneliti, harus
memiliki keterampilan-keterampilan khusus, ketelitian, serta kehati-hatian yang tinggi saat
bekerja di laboratorium. Tanpa adanya dasar-dasar ini, kegiatan penelitian tentunya akan
berpotensi untuk gagal atau bahkan dapat terjadi kecelakaan.

Ketidaktahuan pengguna laboratorium terhadap bahan-bahan kimia yang digunakan


serta ketidaktahuan dalam mengoperasikan alat-alat laboratorium juga menjadi penyebab
utama terjadinya kecelakaan di laboratorium yang disebabkan oleh faktor keteledoran
manusia. Oleh karena itu, sebelum menggunakan laboratorium, pemakai laboratorium
harus punya pengetahuan yang cukup tentang bahan-bahan kimia serta mengetahui cara
kerja di laboratorium.

A. Mengenal Bahan
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengenali bahan kimia yang
digunakan di laboratorium, antara lain melalui sifat dan fasanya ataupun melalui
penginderaan seperti melihat bentuk ataupun baunya.
Sifat yang paling umum dari bahan kimia adalah bersifat asam, basa, dan garam.
Tiap-tiap sifat tersebut juga dapat dikatagorikan menjadi, asam kuat, asam lemah, basa
kuat basa lemah, garam netral, garam bersifat asam dan garam bersifat basa. Tiap-tiap
sifat ini harus diperlakukan sesuai dengan karakteristik mereka masing-masing,
misalnya senyawa yang bersifat basa yang harus dihindari bersentuhan dengan kulit
karena bersifat kaustik
Fase bahan kimia dapat berbentuk padatan, cairan, dan gas. Bahan kimia
berbentuk padatan dapat dibagi lagi menjadi bentuk kristal dan serbuk. Bentuk cairan
misalnya pelarut organik, dan bentuk gas misalnya Oksigen dan Karbon dioksida.
Selain cara-cara tersebut, pengenalan melalui indera juga bisa dilakukan. Akan
tetapi, terbatas hanya pada sebagian kecil bahan dan hanya bagi orang yang sudah
terbiasa bekerja dengan bahan kimia.
Perlu untuk diketahui, sebelum melakukan pengenalan bahan seperti cara di atas,
sebaiknya kita harus tahu dulu sifatnya dengan melihat simbol pada label, misalnya
gambar tengkorak untuk bahan beracun, gambar ledakan untuk bahan mudah meledak,
dan lain sebagainya.

B. Cara Kerja di Laboratorium


1. Mengaduk Bahan
Proses pengadukan biasanya dilakukan pada gelas kimia. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengadukan adalah kontrol tangan yang stabil pada
saat mengaduk sehingga batang pengaduk tidak sampai berbenturan dengan
dinding atau dasar dari gelas kimia. Ada dua alasan dihindarinya hal ini. Pertama,
secara estetika suara yang dihasilkan benturan batang pengaduk dan gelas kimia
sangatlah mengganggu. Kedua, secara teoritis benturan antara batang pengaduk
dan gelas kimia dapat menyebabkan kerusakan pada salah satu atau kedua alat
tersebut.
2. Menuangkan Bahan
Setiap kali akan menuangkan bahan kimia sebaiknya baca dahulu secara teliti
informasi yang tercantum dalam labelnya agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
menimbulkan kerugian atau kecelakaan. Berikut adalah teknik mengambil dan
menuangkan bahan kimia :
a. Mengambil dan menuangkan bahan padat
Cara I :
- Peganglah wadah bahan dengan baik. Bila wadah ditempelkan label,
letakkan label tersebut di dibawah telapak tangan. Cara ini dilakukan agar
bahan tidak menetes atau menempel pada label sehingga label tetap utuh.
- Miringkan botol sehingga ada sedikit bahan yang masuk ke tutup botol.
- Buka tutup botol dengan hati-hati agar bahan tidak kembali lagi ke dalam
botol.
- Ketuk tutup botol dengan telunjuk atau batang pengaduk sehingga bahan
jatuh sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
- Kemudian tutup kembali botol bahan kimia tersebut.

Cara II :

- Ambillah bahan dengan spatula atau sendok yang sesuai.


- Ketuk pelan-pelan bahan dengan spatula atau sendok dengan telunjuk atau
batang pengaduk sampai bahan jatuh sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
- Kemudian tutup kembali botol bahan kimia tersebut.

Cara III :

- Buka tutup wadah kimia yang akan dipindahkan.


- Miringkan botol secara perlahan dan guncang atau ketuk pelan-pelan
sehingga bahan padat jatuh ke dalam wadah yang diinginkan.
- Kemudian tutup kembali wadah bahan kimia tersebut.
b. Mengambil dan Menuangkan Bahan Cair
Cara umum :
- Bacalah terlebih dahulu labelnya dengan teliti agar bahannya sesuai dengan
kebutuhan.
- Peganglah botol sedemikian rupa agar label botol terletak pada telapak
tangan, sehingga akan mencegah penetesan bahan cair ke label.
- Miringkan botol sampai tutup botol terbasahi oleh bahan kimia guna untuk
memudahkan terlepasnya tutup botol.
- Kemudian buka tutup botol dan jepitlah di antara jari.
- Tuangkan bahan cair dengan bantuan batang pengaduk.

Menuangkan ke dalam gelas ukur :

- Botol bahan dimiringkan secara langsung dengan tutup botol dijepit di


antara jari atau dengan cara ditampung terlebih dahulu di dalam gelas kimia.
- Kemudian, tuangkan ke dalam gelas ukur sesuai dengan volume yang
diinginkan.

Catatan : jangan menuangkan bahan kimia dari botol yang bermulut lebar ke
dalam gelas ukur yang diameternya lebih kecil.

3. Menimbang
- Bersihkan dulu neraca jika masih terdapat sisa bahan.
- Setimbangkan neraca sehingga jarum menunjukkan skala nol dengan cara
menggeser skrup pengatur.
- Timbang terlebih dahulu tempat bahan, botol, kaca arloji atau alas lainnya
dengan meletakkannya pada piring timbangan dan catat beban beratnya.
- Masukkan bahan yang akan ditimbang ke wadah yang sudah ditimbang tadi.
- Pasang beban timbangan seberat-berat wadah bahan ditambah berat bahan
yang ditimbang. Timbanglah sampai benar-benar setimbang.
- Setelah selesai, kembalikan semua ke posisi awal, yaitu skala beban pada skala
nol dan penahan piring neraca dinaikkan agar piring neraca tidak bergoyang.
Catatan : perhatikanlah kapasitas neraca. Jangan menimbang melebihi kapasitas
neraca.

4. Mengukur Volume Bahan Cair


Volume bahan cair dapat diukur menggunakan gelas ukur ataupun pipet ukur.
Berikut adalah cara mengukur volume bahan cair menggunakan gelas ukur :
- Pilihlah gelas ukur yang digunakan sesuai dengan volume bahan yang akan
diukur.
- Pastikan agar gelas ukur bersih tanpa sisa bahan.
- Bacalah skala pada gelas ukur dan tentukan harga tiap skala, misalnya 0,1.
- Isilah gelas ukur dengan bahan cair yang akan diukur volumenya.
- Baca skalanya sesuai dengan yang diinginkan sebelumnya. Pembacaan skala
harus lurus dengan mata.
- Perhatikan permukaan bahan cairnya. Bila permukaannya cekung dibaca pada
bagian terbawah permukaan dan bila permukaannya cembung bacalah pada
permukaan yang paling atas. Hal ini menyesuaikan dengan bentuk dasar gelas
ukur.
- Jika sudah mencapai volume yang diinginkan, tuangkan ke dalam wadah dan
bersihkan kembali gelas ukurnya.

Mengukur volume bahan cair dengan pipet ukur :

- Pilih pipet ukur yang sesuai volumenya dan dalam kondisi bersih.
- Bilas dengan air suling kemudian dengan zat cair yang akan diukur volumenya.
- Isaplah bahan cair yang akan diukur dengan pipet ukur sampai di atas garis
batas.
- Tutup ujung pipet dengan telunjuk lalu angkat pipet ukur. Keringkan ujung pipet
ukur dengan kertas saring dan turunkan permukaan bahan cair dengan cara
melepaskan telunjuk dari ujung pipet secara hati-hati.
- Masukkan zat cair ke dalam tempat yang diinginkan. Kemudian cuci kembali
pipet ukur.

Catatan : jangan mengukur bahan berbahaya dengan cara seperti tadi, akan tetapi
gunakan pipet dengan pengisap karet (ball pipet)

5. Menyaring
- Gunakan kertas saring yang sesuai dengan kebutuhan.
- Bentuklah kertas saring sesuai dengan ukuran corong. Sobeklah pada bagian
bawah kertas saring yang dilipat untuk memberikan udara sehingga proses
penyaringan berlangsung lancar.
- Tempatkan kertas saring pada corong dan basahilah kertas saring dengan air
suling sehingga benar-benar melekat pada corong.
- Pasang corong pada statif dan masukkan ke dalam penampungan filtrat.
- Tuangkan campuran yang akan disaring ke atas corong dengan hati-hati agar
tidak melebihi kertas saring atau corong.
6. Memanaskan
Proses pemanasan ataupun penguapan bahan memerlukan pengetahuan
tentang bahan kimia, misalnya jangan memanaskan atau menguapkan bahan yang
mudah terbakar di atas nyala api langsung, tetapi gunakan penangas air atau
penangas uap.
Menggunakan tabung reaksi :
- Nyalakan pemanas bunsen atau spritus (nyala kecil atau biru)
- Jepit tabung reaksi dengan penjepit
- Kemudian, panaskan tabung reaksi di atas nyala api. Hadapkan tabung
berlawanan dengan wajah kita. Panaskan cairan mulai dari permukaan cairan
kemudian menuju ke dasar tabung. Gerakkan tabung reaksi pada saat
pemanasan agar tidak berlangsung pada satu bagian saja.
Menggunakan gelas kimia :
- Letakkan gelas kimia di atas kawat kasa berasbes.
- Masukkan batang pengaduk atau batu didih untuk meratakan panas.
- Arahkan nyala api tepat ke arah batang pengaduk.
7. Mensterilkan
Proses sterillisasi bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai cara seperti
cara fisik yaitu dengan suhu panas, radiasi ultra violet, sinar-X atau dengan cara
kimiawi yaitu menggunakan bahan kimia. Sterilisasi dengan suhu panas dapat
berupa udara kering atau dengan uap bertekanan. Cara yang paling sering
digunakan adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan. Alat
sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan disebut dengan autoclave.
Autoclave memiliki berbagai model dengan cara kerja yang berbeda dan pemanasan
menggunakan gas ataupun listrik, tetapi prinsipnya tetap sama. Berikut adalah cara
mensterilkan alat atau bahan menggunakan autoclave :
- Semua objek yang akan disterilkan dibungkus dengan kertas buram kemudian
diikat dengan benang kasur.
- Masukkan objek tadi ke dalam autoclave yang sudah berisi air kemudian tutup
autoclave dan panaskan.
- Kemudian, tutup katup tekanan sehingga suhu yang diinginkan dicapai.
- Biarkan pada suhu yang diinginkan sesuai dengan waktu sterilisasi yang
diperlukan. Lamanya sterilisasi tergantung atas obyek yang akan disterilkan dan
volumenya.
- Bila proses sterilisasi telah selesai, matikan sumber pemanasan (gas atau listrik),
buka katup pengatur tekanan sedikit demi sedikit dan jangan sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai