Namun, di balik peranannya yang sangat penting itu, laboratorium juga memiliki sisi
berbahaya jika tidak tahu cara menggunakannya atau cara kerja di di laboratorium. Sebab,
Di dalam laboratorium terdapat berbagai alat dan bahan khusus yang bisa saja
menyebabkan terjadinya kecelakaan, jika dilakukan dengan cara yang salah atau tidak tepat.
Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan fungsi laboratorium sabagai tempat untuk
kegiatan praktikum atau penelitian.
A. Mengenal Bahan
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengenali bahan kimia yang
digunakan di laboratorium, antara lain melalui sifat dan fasanya ataupun melalui
penginderaan seperti melihat bentuk ataupun baunya.
Sifat yang paling umum dari bahan kimia adalah bersifat asam, basa, dan garam.
Tiap-tiap sifat tersebut juga dapat dikatagorikan menjadi, asam kuat, asam lemah, basa
kuat basa lemah, garam netral, garam bersifat asam dan garam bersifat basa. Tiap-tiap
sifat ini harus diperlakukan sesuai dengan karakteristik mereka masing-masing,
misalnya senyawa yang bersifat basa yang harus dihindari bersentuhan dengan kulit
karena bersifat kaustik
Fase bahan kimia dapat berbentuk padatan, cairan, dan gas. Bahan kimia
berbentuk padatan dapat dibagi lagi menjadi bentuk kristal dan serbuk. Bentuk cairan
misalnya pelarut organik, dan bentuk gas misalnya Oksigen dan Karbon dioksida.
Selain cara-cara tersebut, pengenalan melalui indera juga bisa dilakukan. Akan
tetapi, terbatas hanya pada sebagian kecil bahan dan hanya bagi orang yang sudah
terbiasa bekerja dengan bahan kimia.
Perlu untuk diketahui, sebelum melakukan pengenalan bahan seperti cara di atas,
sebaiknya kita harus tahu dulu sifatnya dengan melihat simbol pada label, misalnya
gambar tengkorak untuk bahan beracun, gambar ledakan untuk bahan mudah meledak,
dan lain sebagainya.
Cara II :
Cara III :
Catatan : jangan menuangkan bahan kimia dari botol yang bermulut lebar ke
dalam gelas ukur yang diameternya lebih kecil.
3. Menimbang
- Bersihkan dulu neraca jika masih terdapat sisa bahan.
- Setimbangkan neraca sehingga jarum menunjukkan skala nol dengan cara
menggeser skrup pengatur.
- Timbang terlebih dahulu tempat bahan, botol, kaca arloji atau alas lainnya
dengan meletakkannya pada piring timbangan dan catat beban beratnya.
- Masukkan bahan yang akan ditimbang ke wadah yang sudah ditimbang tadi.
- Pasang beban timbangan seberat-berat wadah bahan ditambah berat bahan
yang ditimbang. Timbanglah sampai benar-benar setimbang.
- Setelah selesai, kembalikan semua ke posisi awal, yaitu skala beban pada skala
nol dan penahan piring neraca dinaikkan agar piring neraca tidak bergoyang.
Catatan : perhatikanlah kapasitas neraca. Jangan menimbang melebihi kapasitas
neraca.
- Pilih pipet ukur yang sesuai volumenya dan dalam kondisi bersih.
- Bilas dengan air suling kemudian dengan zat cair yang akan diukur volumenya.
- Isaplah bahan cair yang akan diukur dengan pipet ukur sampai di atas garis
batas.
- Tutup ujung pipet dengan telunjuk lalu angkat pipet ukur. Keringkan ujung pipet
ukur dengan kertas saring dan turunkan permukaan bahan cair dengan cara
melepaskan telunjuk dari ujung pipet secara hati-hati.
- Masukkan zat cair ke dalam tempat yang diinginkan. Kemudian cuci kembali
pipet ukur.
Catatan : jangan mengukur bahan berbahaya dengan cara seperti tadi, akan tetapi
gunakan pipet dengan pengisap karet (ball pipet)
5. Menyaring
- Gunakan kertas saring yang sesuai dengan kebutuhan.
- Bentuklah kertas saring sesuai dengan ukuran corong. Sobeklah pada bagian
bawah kertas saring yang dilipat untuk memberikan udara sehingga proses
penyaringan berlangsung lancar.
- Tempatkan kertas saring pada corong dan basahilah kertas saring dengan air
suling sehingga benar-benar melekat pada corong.
- Pasang corong pada statif dan masukkan ke dalam penampungan filtrat.
- Tuangkan campuran yang akan disaring ke atas corong dengan hati-hati agar
tidak melebihi kertas saring atau corong.
6. Memanaskan
Proses pemanasan ataupun penguapan bahan memerlukan pengetahuan
tentang bahan kimia, misalnya jangan memanaskan atau menguapkan bahan yang
mudah terbakar di atas nyala api langsung, tetapi gunakan penangas air atau
penangas uap.
Menggunakan tabung reaksi :
- Nyalakan pemanas bunsen atau spritus (nyala kecil atau biru)
- Jepit tabung reaksi dengan penjepit
- Kemudian, panaskan tabung reaksi di atas nyala api. Hadapkan tabung
berlawanan dengan wajah kita. Panaskan cairan mulai dari permukaan cairan
kemudian menuju ke dasar tabung. Gerakkan tabung reaksi pada saat
pemanasan agar tidak berlangsung pada satu bagian saja.
Menggunakan gelas kimia :
- Letakkan gelas kimia di atas kawat kasa berasbes.
- Masukkan batang pengaduk atau batu didih untuk meratakan panas.
- Arahkan nyala api tepat ke arah batang pengaduk.
7. Mensterilkan
Proses sterillisasi bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai cara seperti
cara fisik yaitu dengan suhu panas, radiasi ultra violet, sinar-X atau dengan cara
kimiawi yaitu menggunakan bahan kimia. Sterilisasi dengan suhu panas dapat
berupa udara kering atau dengan uap bertekanan. Cara yang paling sering
digunakan adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan. Alat
sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan disebut dengan autoclave.
Autoclave memiliki berbagai model dengan cara kerja yang berbeda dan pemanasan
menggunakan gas ataupun listrik, tetapi prinsipnya tetap sama. Berikut adalah cara
mensterilkan alat atau bahan menggunakan autoclave :
- Semua objek yang akan disterilkan dibungkus dengan kertas buram kemudian
diikat dengan benang kasur.
- Masukkan objek tadi ke dalam autoclave yang sudah berisi air kemudian tutup
autoclave dan panaskan.
- Kemudian, tutup katup tekanan sehingga suhu yang diinginkan dicapai.
- Biarkan pada suhu yang diinginkan sesuai dengan waktu sterilisasi yang
diperlukan. Lamanya sterilisasi tergantung atas obyek yang akan disterilkan dan
volumenya.
- Bila proses sterilisasi telah selesai, matikan sumber pemanasan (gas atau listrik),
buka katup pengatur tekanan sedikit demi sedikit dan jangan sekaligus.