Anda di halaman 1dari 11

1

Pendahuluan

Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu,
wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan
mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak melibatkan bahasa. Kajian bahasa
juga mengalami perkembangan yang pesat. Para peneliti bahasa sudah banyak
menghasilkan temuan baru tentang bahasa yang secara langsung maupun tidak
langsung juga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Sebagian orang mengkaji bahasa dari segi keilmuannya atau yang berkaitan
dengan teori-teori bahasa, sementara sebagian yang lain mendalami halhal yang
berkaitan dengan segi-segi praktis dari bahasa. Hal yang terakhir ini amat erat
hubunganya dengan keterampilan berbahasa atau praktik berbahasa itu sendiri
sebagai alat komunikasi.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang terikat atau
menyertakan bahasa sebagai media atau sarananya. Bahasa merupakan alat utama
untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun
secara sosial (Pringgawidagdo, 2002: 4). Sedangkan menurut Kartomiharjo (1988:
1) menyatakan bahwa manusia berkomunikasi dengan dengan sesamanya melalui
bahasa, bahkan manusia ketika melakukan ibadah kepada Tuhan juga dijembatani
dengan penggunaan bahasa. Karena bahasa merupakan pemberian yang sangat
berharga dari Tuhan kepada manusia.
Setiap orang dituntut untuk mampu berbahasa. Sebenarnya kemampuan
berbahasa dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan cara belajar secara formal
melalui lembaga pendidikan atau sekolah serta kursus dan dapat pula dengan belajar
bahasa secara alamiah atau melalui pergaulan (lebih banyak dengan tidak disadari,
misalnya ketika seseorang pindah tempat tinggal yang berbeda bahasa yang
dibawanya dengan bahasa di tempatnya yang baru).
Kaitannya dengan kemauan seseorang untuk mampu berbahasa, maka yang
penting harus ada usaha tertentu dari yang bersangkutan. Kemampuan berbahasa
sebenarnya kemampuan yang dapat dipelajari dan ditingkatkan karena bahasa itu
sendiri telah mememiliki sistem tertentu. Secara praktis, kemampuan berbahasa
meliputi empat macam. Keempat macam kemampuan berbahasa tersebut adalah
kemampuan mendengarkan, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan
kemampuan menulis.
Salah satu kemampuan berbahasa yang sangat perlu dikuasai seseorang
adalah kemampuan berbicara. Istilah kemampuan berbicara disamakan saja dengan
istilah keterampilan berbicara. Kemampuan berbicara tidak didapat begitu saja,
sebagian besar memerlukan latihan atau pengalaman berbicara. Bicara merupakan
sesuatu yang khas pada manusia karena berbicara adalah satu sistem komunikasi
dimana seseorang mengutarakan pendapat dan perasaan hati dan mengerti maksud
seseorang melalui pendengar. (Sidiarto, 1986: 251).
Kemampuan berbicara seseorang tentu tidak sekedar mampu
mengemukakan apa yang ingin disampaikannya kepada pendengar atau lawan
2

bicaranya, tetapi juga harus dapat menela’ah dan memastikan bahwa apa yang
disampaikanya itu dapat diterima dengan tepat oleh pendengar bicaranya.
Karena peranan itu, tentang bicara perlu dipelajari dan dikuasai oleh
seseorang. Dengan demikian, seseorang dapat berbicra secara efektif atau tepat
sasaran dan tercapai apa yang diinginkan.
Berbicara merupakan kemampuan atau kesanggupan seseorang dalam
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
gagasan dan perasaannya secara lisan kepada orang lain.
Menurut Tarigan, (2008: 16) “berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.
Menurut Nurgiyantoro, (2010: 399) “ berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan”.
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang kompleks dan berbeda dari
ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan selama kegiatan
berbicara seseorang tidak hanya mengekspresikan, mengungkapkan ide/gagasan
dan perasaan kepada orang lain, tetapi lebih jauh lagi berbicara merupakan suatu
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologi,
semantik, dan linguistik. Kegiatan berbicara juga memanfatkan otot dan jaringan
tubuh manusia untuk menunjang maksud dan tujuan berbicara.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan, (2008: 16) yang menyatakan
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) dan
yang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumalah otot dan jaringan otot
tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Dengan demikian berbicara itu lebih daripada hanya sekedar
mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pendengar atau penyimak. Dalam kegiatan berbicara tidak hanya
suara yang dapat didengar secara lisan oleh penyimak tetapi dapat pula dilihat
penyimak gerakan-gerakan atau mimik si pembicara yang menunjang pokok
pembicaraan, sehingga yang diutarakan pembicara dapat dipahami
pendengar/penyimak. Pemahaman penyimak tentang sesuatu yang dibicarakan
merupakan hal yang sangat diperlukan, karena hal tersebut dapat menimbulkan
hubungan timbal balik antara pembicara dengan penyimak.

BERBICARA DAN PEMBAGIANNYA


Supaya komunikasi efektif kita dituntut tidak hanya memahami prosesnya,
tetapi harus menerapkan pengetahuan secara kreatif. Orang modern mengira
bahwa bahasa lisan hanya digunakan oleh manusia modern, tetapi kenyataannya
pada tahun-tahun belakangan ini dalam penelitian ditemukan bukti-bukti yang
menujukkan bahwa makhluk hidup yang pertama menggunakan komunikasi lisan
adalah manusia purba atau manusia yang sekitar 60.000 tahun yang lalu. Menurut
laporan Garret (1989), sebuah tim riset internasional telah menemukan tulang
yang diyakini sejenis tulang manusia purba, yang dapat menjelaskan bahwa ada
kemampuan berbicara lisan pada mereka.
3

Bahasa lisan atau yang sering disebut dengan berbicara memiliki arti,
Berbicara adalah menyampaikan informasi yang dilakukan secara lisan melalui
ucapan kata-kata atau kalimat. Berdasarkan tujuannya, berbicara dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu menginformasikan, menghibur, dan meyakinkan. Sementara
ragam berbicara berdasarkan metode atau cara penyampaiannya dikelompokkan
atas jenis impromptu (serta merta) , manuskrip (naskah), memoriter (menghafal),
dan ekstemvore (garis
besar). Berdasarkan kajiannya berbicara dibagi menjadi dua yaitu, yaitu berbicara
terapan atau berbicara fungsional ( berbicara hanya sebagai seni ) penekanan
berbicara ini diletkkan pada penerapan berbicara sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat,dan berbicara sebagai ilmu (pengetahuan dasar berbicara) hal yang
perlu ditelaah dalam berbicara ini adalah bunyi bahasa, ujaran,suara, vokal,dan
patologi ujaran. Pengetahuan mengenai teori berbicara sangatlah bermanfaat
dalam menunjang kemahiran berbicara.
Berdasarkan jumlah penyimaknya, aktivitas berbicara ini dapat dibagi
menjadi menjadi 3 jenis yaitu, 1) berbicara antar pribadi, terjadi jika dua pribadi
membicarakan atau merundingkan sesuatu. 2) berbicara dalam kelompok, terjadi
ketika seorang pembicara menghadapi sekelompok kecil. Jenis ini sering
dilakukan dalam pembelajaran. 3) berbicara dalam kelompok besar,terjadi apabila
seorang pembicara mengahadapi pendengar berjumlah besar atau massa.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai
kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa
khusus,istimewa,atau spesifik. Contoh dari kegiatan khusus adalah ulang tahun,
perpisahan, perkenalan dan pemberian hadiah.

1. Tujuan Berbicara
Secara umum tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi kepada orang lain.
Kegiatan berbicara dikatakan berhasil apabila apa yang ingin disampaikan oleh
pembicara persis sama dengan apa yang dipahami oleh pendengar.
Menurut Tarigan, (2008: 17) Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan
umum, yaitu
a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
Didalam tujuan ini, pembicara hanya sekedar memberitahukan atau menyampaikan
informasi kepada lawan bicara atau pendengar. Dalam hal ini biasanya pembicara
tidak perlu menghiraukan tanggapan. Berbicara untukmelaporkan atau memberikan
informasi menurut Tarigan dapat dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan untuk
;
1. Memberi atau menanamkan pengetahuan;
2. Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda
3. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses
4. Menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun
menguraikan tulisan (Tarigan, 2008: 30). Semua hal tersebut merupakan situasi
informative karena masing-masing ingin membuat pengertian atau makna-makna
menjadi jelas.
b. Manjamu dan menghibur (to entertain)
4

Tujuan yang ingin dicapai pembicara dalam pembicaraan yang bertujuan


menyenangkan ini adalah suasana yang gembira dikalangan para pendengar.
Pembicara harus dapat memberikan kesenangan, kegembiraan, kepada para
pendengar agar hati para pendengar semakin tertarik terhadap maksud dan tujuan
pembicara. Oleh sebab itu, pembicara seperti ini dikatakan bersifat rekreatif, artinya
dapat menghibur atau menyenangkan pendengar. ( Ochs dan winker dalam Tarigan,
2008: 17).
c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan ( to persuade )
Tujuannya adalah untuk meyakinkan atau memberi penjelasan agar lawan bicara
tahu permasalahan yang sebenarnya. Pembicara memberi penjelasan disertai
dengan bukti-bukti atau contoh-contoh atau menunjukan sebab akibat yang
mungkin terjadi sehingga lawan bicara yakin dengan apa yang diuraikan pembicara.
2. Jenis-Jenis Berbicara
Menurut Tarigan (2008: 24 ) secara garis besar, berbicara (speaking ) terbagi atas:
Berbicara di muka umum (Public Speaking) yang mencakup empat jenis,
yaitu:
1. Berbicara bersifat pemberitahuan atau melaporkan
Berbicara untuk melaporkan adalah untuk memberikan informasi yang
berkaitan dengan pengetahuan, hubungan-hubungan antar benda-benda,
menerangkan atau menjelaskan suatu proses dan menginterprestasikan atau
menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan.
2. Berbicara bersifat kekeluargaan.
3. Kesempatan-kesempatan bagi pembicara yang bersifat kekeluargaan adalah:
Pidato sambutan selamat datang, pidato penampilan, penyajian, dan
perkenalan, pidato pembukaan suatu upacara, pembicaraan sesudah makan, pidato
atau sambutan pada saat memperingati hari jadi dan ulang tahun, dan pidato atau
sambutan penghiburan Berbicara bersifat bujukan atau meyakinkan
Dalam hal ini seorang pembicara harus bisa meyakinkan dan memikat atau
memiliki daya tarik terhadap pendengar.
4. Berbicara bersifat perundingan.
Berbicara untuk merundingkan bertujuan untuk membuat sejumlah
keputusan dan rencana.
3. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Faktor yang harus diperhatikan oleh pembaca untuk mengefektifkan
Berbicara mencakup dua faktor yaitu faktor kebahasan dan faktor non kebahasaan.
a. Faktor kebahasaan meliputi:
1. Ketetapan ucapan
Seseorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan
perhatian pendengar atau penyimak. Pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan
tidak selalu sama, masing-masing kita mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa
yang berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan
tetapi apabila perbedaan itu terlalu besar sehingga menyebabkan penyimpangan,
maka keefektifan komunikasi akan terganggu. Demikian juga pengucapan tiap suku
kata, sering kita mendengar pembicara mengucapkan kata-kata yang tidak jelas
suku katanya. Sehingga ketepatan ucapan sangat penting bagi seorang pembicara
5

supaya apa yang ingin disampaikan bisa dipahami dengan baik oleh pendengar dan
proses komunikasinya akan berjalan lancar.
2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam
aktivitas berbicara dan faktor penentu keefektifan berbicara. Walaupun masalah
yang dibicarakan kurang menarik, tetapi apabila disajikan dengan penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, maka masalahnya akan menjadi
menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya disampaikan dengan cara monoton atau
datar saja, maka akan menimbulkan kebosanan bagi pendengar.
3. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata yang digunakan dalam aktivitas berbicara hendaknya tepat, jelas, dan
bervariasi. Pendengar akan lebih tertarik mendengarkan apa yang kita sampaikan,
jika kata-kata yang kita gunakan sesuai dengan tujuan dan pendidikan pendengar
dan siapa pendengar itu sendiri.
4. Ketepatan sasaran pembicaraan
Pembicaraan yang menggunakan kalimat yang efektif akan memudahkan
pendengar memahami isi pembicaraan. Keteraturan penuturan kalimat sangat besar
pengaruhnya terhadap keefektifan berbicara. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan pengaruh, kesan atau akibat. Kalimat yang efektif mempunyai ciri-
ciri keutuhan, keterpautan, pemusatan, perhatian dan kehematan. Ciri keutuhan
akan terlihat jika setiap kata benar-benar merupakan bagian yang terpadu dari
sebuah kalimat. Kalimat dikatakan efektif apabila mampu membuat proses
penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna. Namun pembicara harus tahu
siapa pendengarnya dan menyesuaikan gaya kalimatnya dengan pendengar dan
memperhatikan ciri-ciri kalimat efektif.
Faktor Non Kebahasaan yang meliputi:
1. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku.
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan pertama
yang kurang menarik. Padahal kesan pertama sangat penting untuk menjamin
adanya keseimbangan perhatian pihak pendengar. Penugasan materi yang baik,
setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan suatu
latihan yang akan membuat seseorang terbiasa melakukan aktivitas berbicara, baik
didalam forum resmi, maupun tidak resmi, maka pada saat melakukan aktivitas
berbicara akan timbul sikap tenang dan wajar.
2. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Dalam aktivitas berbicara, pandangan pembicara harus mengarah kepada lawan
bicara atau pendengar agar pendengar dapat fokus atau dapat menyimak materi
yang dibicarakan dengan baik. Pandangan yang hanya mengarah kepada satu arah
akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Akibatnya perhatian
pendengar tidak terlalu fokus kepada pembicara.
3. Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Dalam menyampaikan materi, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap
terbuka, dengan kata lain dapat menerima pendapat dari orang lain, pembicara juga
harus bisa menerima kritikan dan saran dari orang lain serta bersedia mengubah
pendapatnya apabila memang keliru.
6

4. Gerak gerik dan mimik yang tepat


Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara.
Hal-hal yang penting selain mendapat penekanan, biasanya juga dibantu dengan
gerak tangan dan mimik wajah. Hal ini dapat menghidupkan suasana agar tidak
terlihat kaku. Tetapi perlu diperhatikan juga, gerak gerik yang berlebihan juga dapat
menggangu keefektifan berbicara. Apabila pembicara melakukan gerak gerik yang
berlebihan, maka perhatian pendengar tidak lagi pada materi atau hal yang
pembicara sampaikan tetapi pendengar akan lebih tertarik memperhatikan gerak
gerik dan mimik yang dilakukanpembicara itu sendiri.
5. atau pertunjukan. Kenyaringan suara
Tingkat kenyaringan suara tentu harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, tempat,
jumlah pendengar dan akustik. Pembicara harus dapat mengatur atau menyesuaikan
kenyaringan suaranya agar dapat didengar dan disimak dengan baik dan jelas oleh
semua pendengar.
6. Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar
memahami isi pembicaraan. Seringkali kita mendengar, pembicara yang
berbicaranya terputus-putus dan tersendat-sendat yang diselipkan bunyi-bunyi
tertentu atau pembicara yang belum terlalu lancar dalam berbicara atau masih kaku,
tentu sangat mengganggu konsentrasi pendengar. Sebaliknya, pembicara yang
terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar memahami pokok
pembicaraan.
7. Relevansi atau penalaran Penugasan topik.
Gagasan-gagasan yang ingin disampaikan harus berhubungan dan logis. Hal ini
berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat harus logis dan berhubungan dengan
pokok pembicaraan.
8. Penugasan topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya agar topik yang dipilih
benar-benar dikuasai oleh seorang pembicara.penugasan topik yang baik akan
menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri yang kuat. ( sumber: Lynet, 2012:
18).
4. Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial (Sardiman, 2014 : 1).
Tindakan pertama dan paling penting, adalah tindakan sosial, suatu tindakan yang
tepat untuk saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima
pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta
menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu, di dalam tindakan
sosial haruslah terdapat elemen-elemen umum, yang sama-sama disetujui dan
dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk
menghubungan sesama anggota masyarakat maka diperlukan suatu komunikasi
yang baik.
Komunikasi mempersatukan para individu kedalam kelompok-kelompok dengan
jalan menggolongkan konsep-konsep umum. Selain itu komunikasi juga dapat
menciptakan serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan
kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain,
dan menetapkan suatu tindakan. Oleh sebab itu hal tersebut tidak akan ada serta
7

tidak akan bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa.Dengan


perkataan lain: masyarakat berada dalam komunikasi linguistik.
Menurut Power dalam Tarigan, (2008: 9) mengemukakan bahwa ujaran sebagai
suatu cara berkomunikasi yang sangat penting dan dapat mempengaruhi kehidupan
individu. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, dan
keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem inilah
yang memberikan keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental
dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Tidak perlu disangsikan lagi
bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari gagasan pribadi seseorang, dan
menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, yaitu memberi dan
menerima.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita ketahui batapa besar peranan bahasa
dalam kehidupan manusia. Menurut Anderson dalam Tarigan, (2008: 9) ada 8
prinsip (linguistik) dasar, yaitu:
a. Bahasa adalah suatu sistem;
b. Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran);
c. Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka;
d. Setiap bahasa bersifat unik atau khas;
e. Bahasa tercipta atas kebiasaan-kebiasaan;
f. Bahasa adalah alat berkomunikasi;
g. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempatnya berada dan
h. Bahasa itu berubah-ubah.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-perbuatan atau
tindakan yang berkaitan dengan serangkaian unsur-unsur yang mengandung
maksud dan tujuan. Komunikasi bukan melulu merupakan suatu kejadian, peristiwa
atau sesuatu yang terjadi. Akan tetapi komunikasi adalah sesuatu yang fungsional,
mengandung maksud, dirancang untuk menghasilkan berberapa efek atau akibat
pada lingkungan para penyimak dan para pembicara. Komunikasi adalah
serangkaian perbuatan komunikasi atau speech acts yang dipergunakan secara
sistematis untuk menyelesaikan atau mencapai maksud-maksud tertentu.
Sejalan dengan itu, menurut Halliday dalam Tarigan (2008: 12) merangkumkan ada
7 jenis fungsi bahasa, yaitu:
1. Fungsi instrumental, bertindak untuk menggerakan serta memanipulasi lingkungan,
menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
2. Fungsi regulasi, atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan
terhadap peristiwa-peristiwa.
3. Fungsi refresentasional, adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-
pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau
melaporkan dalam pengertian “ menggambarkan” realitas yang terlihat oleh
seseorang.
4. Fungsi interaksional, bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial.
5. Fungsi personal, membolehkan seseorang pembicara menyatakan perasaan, emosi,
kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya.
6. Fungsi heuristik, melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh
pengetahuan memelajari lingkungan
8

7. Fungsi imajinatif, bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan


imajiner (menceritakan kisah dongeng, membuat lelucon, atau menulis Dari ketujuh
fungsi bahasa yang telah dipaparkan, perlu untuk disadari bahwa dalam
berbicara/berkomunikasi tidaklah terpisah dari ketujuh fungsi tersebut. Sebuah
kalimat atau suatu ucapan mungkin saja sekaligus mengandung beberapa fungsi
secara bersamaan.
5. Kompetensi Berbicara
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Untuk dapat berbicara dengan baik
pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan serta
penguasaan terhadap suatu masalah atau gagasan yang akan disampaikan serta
kemampuan memahami bahasa lawan bicara. Dalam situasi yang normal, orang
melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi ingin mengemukakan sesuatu
kepada orang lain atau inginn memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengar.
Dalam kompetensi berbicara ini menghendaki peserta didik dapat menguasai tahap
elementer dalam suatu bahasa atau paling tidak sudah dapat menggunakan bahasa
untuk aktivitas berbicara. Tugas-tugas kompetensi berbicara terbagi menjadi dua
(2) yaitu:
a. Tugas berbicara otentik
Dalam tugas berbicara otentik terdapat dua hal pokok yaitu benar-benar tampil
berbicara (kinerja bahasa) dan isi pembicaran mencerminkan kebutuhan realitas
kehidupan (bermakna). Dalam asesmen otentik peserta didik tidak sekedar ditugasi
untuk berbicara dalam arti sekedar praktik menggunakan bahasa secara lisan,
melainkan juga menyangkut isi pesan yang dijadikan bahan pembicaraan. Jadi tugas
berbicara otentik mengambil model aktivitas bentuk-bentuk berbicara sehari-hari
sehingga kompetensi yang dikuasai peserta didik bersifat aplikatif.
b. Bentuk tugas kompetensi berbicara
Ada banyak bentuk tugas kompetensi berbicara yang dapat diberikan kepada
peserta didik untuk mengukur kemampuan berbicaranya. Bentuk tugas yang dipilih
harus yang memungkinkan peserta didik untuk tidak saja mengekpresikan
kemampuan berbahasanya, melaikan peserta didik juga harus mampu
mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, atau menyampaikan informasi.
Dengan demikian, tes tersebut bersifat fungsional dan dapat juga mengungkapkan
kemampuan peserta didik berbicara dalam pemakaian bahasa secara normal atau
maksimal. Contoh bentuk tugas kompetensi berbicara yaitu:
 Berbicara berdasarkan gambar
Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara siswa dalam suatu bahasa, gambar
dapat dijadikan ransangan pembicaraan yang baik. Ransang berupa gambar sangat
baik digunakan untuk anak-anak usia sekolah dasar dengan menyusun gambar-
gambar yang menarik perhatian peserta didik. Ransang gambar yang dipakai
sebagai ransang berbicara dapat dikelompokan kedalam gambar objek, dan gambar
cerita. Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu seperti binatang,
kendaraan, pakaian, dan alam. Gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari
sejumlah panel gambar yang saling berkaitan secara keseluruhan membentuk
sebuah cerita
 Berbicara berdasarkan ransang suara
9

Tugas berbicara berdasarkan rangsng suara yang lazim digunakan adalah suara
yang berasal dari siaran radio atau rekaman.
 Berbicara berdasarkan ransang visual dan suara
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara adalah berbicara berdasarkan
sesuatu yang dapat dilihat dan didengar salah satu contoh ransang visual dan suara
yaitu siaran televisi, dan video.
 Bercerita
Ransang yang dapat dijadikan bahan bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca
(fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman ( pengalaman berpergian, berlomba,
dan seminar).
 Indikator Penilaian Kemampuan Berbicara
Indikator penilaian kemampuan berbicara meliputi: kesesuaian dengan gambar,
ketepatan logika urutan cerita, ketepatan makna keseluruhan cerita, ketepatan
kata, ketepatan kalimat, dan kelancaran. (sumber: Nurgiyantoro, 2010: 406).

Keterampilan berbahasa
Keterampilan berbahasa mempunyai 4 komponen yaitu : keterampilan
menyimak,berbicara,membaca, dan menulis. 4 komponen tersebut merupakan
satu kesatuan yang sangat erat hubunggannya sehingga disebut catur tunggal. Dan
keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktek dan
banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan
berpikir. Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, dapat diawali dengan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa
* Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak dan didahului dngan proses menyimak.
* Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung, merupakan komunikasi tatap muka.
* Pengajaran menyimak, berbicara dan menulis haruslah saling berhubungan serta
berkaitan erat dengan keterampilan membaca.
Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi
Komunikasi mempersatukan para individu dalam kelompok dengan jalan
menhablurkan konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan
kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang
membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan
tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-
masyarakat bahasa.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-
perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian mengandung maksud dan tujuan.
Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sautu yang terjadi:
komunikasi adalah sesuatu yang funsional,mengandung maksud, dan dirancang
untuk menghasilkan beberapa efek.

Batasan dan tujuan berbicara


10

Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan


personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-
kontak sosial dan pendidikannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanya ialah sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, maka pada
dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
 Memberitahukan, melaporkan.
 Menjamu, menghibur.
 Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan
Berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah “ berbicara” biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu”
a) Berbicara terapan atau berbicara fungsional
b) Pengetahuan dasar berbicara
Pengetahuan sebagai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam
menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau praktek berbicara. Itulah
sebabnya maka diperlukan pendidikan berbicara.
Ragam seni berbicara
Secara garis besar, maka berbicara dapat dibagi atas:
I. Berbicara dimuka umum pada masyarakat, yang mencakup:
 Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan yang bersifat informative.
 Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan.
 Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak,
dan meyakinkan.
 Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan
hati-hati.
II. Berbicara pada konvrensi yang meliputi:
 Diskusi kelompok, yaitu diskusi resmi dan tidak resmi.
 Prosedur parlementer.
 Debat
Metode penyampaian dan penilaian berbicara
Sang pembicara sendiri dapat menentukan yang baik dari empat metode
yang mungkin dipilih:
1. pencapaian secara mendadak
2. penyampaian tanpa persiapan
3. penyampaian dari naskah
4. penyampain dari ingatan

KESIMPULAN
Secara garis besar kami memahami buku “ BERBICARA SEBAGAI SUATU
KETRAMPILAN BERBAHASA”, dimana Bahasa memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut terjadi
11

karena sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain
sebagai wujud interaksi. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
tertatur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan
berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut
pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjutnya
setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.

Refensi
Kartomiharjo, 1988 Terampil berbicara. Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo.
MA, 2005 dan Soepomo, 2007 Terampil Berbicara.Yogyakarta: Aswaja
Pressindo. Mulgrave,1954 Terampil Berbicara: Yogyakarta: CV Aswaja
Pressindo.
Pringgowidagdo, 2002 Terampil Berbicara. Yogyakarata : CV Aswaja Pressindo.
Marlina Eliyanti, 2019. Tuturan Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan Metode
Reciplocal Teaching. Media sahabat cendekia:Surabaya
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF.2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan
Praktik. PT Grasindo:Jakarta
Sidiarto, 1986 Terampil Berbicara. Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo. Hoetomo

Anda mungkin juga menyukai