Pendahuluan
Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu,
wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan
mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak melibatkan bahasa. Kajian bahasa
juga mengalami perkembangan yang pesat. Para peneliti bahasa sudah banyak
menghasilkan temuan baru tentang bahasa yang secara langsung maupun tidak
langsung juga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Sebagian orang mengkaji bahasa dari segi keilmuannya atau yang berkaitan
dengan teori-teori bahasa, sementara sebagian yang lain mendalami halhal yang
berkaitan dengan segi-segi praktis dari bahasa. Hal yang terakhir ini amat erat
hubunganya dengan keterampilan berbahasa atau praktik berbahasa itu sendiri
sebagai alat komunikasi.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang terikat atau
menyertakan bahasa sebagai media atau sarananya. Bahasa merupakan alat utama
untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun
secara sosial (Pringgawidagdo, 2002: 4). Sedangkan menurut Kartomiharjo (1988:
1) menyatakan bahwa manusia berkomunikasi dengan dengan sesamanya melalui
bahasa, bahkan manusia ketika melakukan ibadah kepada Tuhan juga dijembatani
dengan penggunaan bahasa. Karena bahasa merupakan pemberian yang sangat
berharga dari Tuhan kepada manusia.
Setiap orang dituntut untuk mampu berbahasa. Sebenarnya kemampuan
berbahasa dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan cara belajar secara formal
melalui lembaga pendidikan atau sekolah serta kursus dan dapat pula dengan belajar
bahasa secara alamiah atau melalui pergaulan (lebih banyak dengan tidak disadari,
misalnya ketika seseorang pindah tempat tinggal yang berbeda bahasa yang
dibawanya dengan bahasa di tempatnya yang baru).
Kaitannya dengan kemauan seseorang untuk mampu berbahasa, maka yang
penting harus ada usaha tertentu dari yang bersangkutan. Kemampuan berbahasa
sebenarnya kemampuan yang dapat dipelajari dan ditingkatkan karena bahasa itu
sendiri telah mememiliki sistem tertentu. Secara praktis, kemampuan berbahasa
meliputi empat macam. Keempat macam kemampuan berbahasa tersebut adalah
kemampuan mendengarkan, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan
kemampuan menulis.
Salah satu kemampuan berbahasa yang sangat perlu dikuasai seseorang
adalah kemampuan berbicara. Istilah kemampuan berbicara disamakan saja dengan
istilah keterampilan berbicara. Kemampuan berbicara tidak didapat begitu saja,
sebagian besar memerlukan latihan atau pengalaman berbicara. Bicara merupakan
sesuatu yang khas pada manusia karena berbicara adalah satu sistem komunikasi
dimana seseorang mengutarakan pendapat dan perasaan hati dan mengerti maksud
seseorang melalui pendengar. (Sidiarto, 1986: 251).
Kemampuan berbicara seseorang tentu tidak sekedar mampu
mengemukakan apa yang ingin disampaikannya kepada pendengar atau lawan
2
bicaranya, tetapi juga harus dapat menela’ah dan memastikan bahwa apa yang
disampaikanya itu dapat diterima dengan tepat oleh pendengar bicaranya.
Karena peranan itu, tentang bicara perlu dipelajari dan dikuasai oleh
seseorang. Dengan demikian, seseorang dapat berbicra secara efektif atau tepat
sasaran dan tercapai apa yang diinginkan.
Berbicara merupakan kemampuan atau kesanggupan seseorang dalam
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
gagasan dan perasaannya secara lisan kepada orang lain.
Menurut Tarigan, (2008: 16) “berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.
Menurut Nurgiyantoro, (2010: 399) “ berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan”.
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang kompleks dan berbeda dari
ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan selama kegiatan
berbicara seseorang tidak hanya mengekspresikan, mengungkapkan ide/gagasan
dan perasaan kepada orang lain, tetapi lebih jauh lagi berbicara merupakan suatu
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologi,
semantik, dan linguistik. Kegiatan berbicara juga memanfatkan otot dan jaringan
tubuh manusia untuk menunjang maksud dan tujuan berbicara.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan, (2008: 16) yang menyatakan
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) dan
yang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumalah otot dan jaringan otot
tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Dengan demikian berbicara itu lebih daripada hanya sekedar
mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pendengar atau penyimak. Dalam kegiatan berbicara tidak hanya
suara yang dapat didengar secara lisan oleh penyimak tetapi dapat pula dilihat
penyimak gerakan-gerakan atau mimik si pembicara yang menunjang pokok
pembicaraan, sehingga yang diutarakan pembicara dapat dipahami
pendengar/penyimak. Pemahaman penyimak tentang sesuatu yang dibicarakan
merupakan hal yang sangat diperlukan, karena hal tersebut dapat menimbulkan
hubungan timbal balik antara pembicara dengan penyimak.
Bahasa lisan atau yang sering disebut dengan berbicara memiliki arti,
Berbicara adalah menyampaikan informasi yang dilakukan secara lisan melalui
ucapan kata-kata atau kalimat. Berdasarkan tujuannya, berbicara dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu menginformasikan, menghibur, dan meyakinkan. Sementara
ragam berbicara berdasarkan metode atau cara penyampaiannya dikelompokkan
atas jenis impromptu (serta merta) , manuskrip (naskah), memoriter (menghafal),
dan ekstemvore (garis
besar). Berdasarkan kajiannya berbicara dibagi menjadi dua yaitu, yaitu berbicara
terapan atau berbicara fungsional ( berbicara hanya sebagai seni ) penekanan
berbicara ini diletkkan pada penerapan berbicara sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat,dan berbicara sebagai ilmu (pengetahuan dasar berbicara) hal yang
perlu ditelaah dalam berbicara ini adalah bunyi bahasa, ujaran,suara, vokal,dan
patologi ujaran. Pengetahuan mengenai teori berbicara sangatlah bermanfaat
dalam menunjang kemahiran berbicara.
Berdasarkan jumlah penyimaknya, aktivitas berbicara ini dapat dibagi
menjadi menjadi 3 jenis yaitu, 1) berbicara antar pribadi, terjadi jika dua pribadi
membicarakan atau merundingkan sesuatu. 2) berbicara dalam kelompok, terjadi
ketika seorang pembicara menghadapi sekelompok kecil. Jenis ini sering
dilakukan dalam pembelajaran. 3) berbicara dalam kelompok besar,terjadi apabila
seorang pembicara mengahadapi pendengar berjumlah besar atau massa.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai
kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa
khusus,istimewa,atau spesifik. Contoh dari kegiatan khusus adalah ulang tahun,
perpisahan, perkenalan dan pemberian hadiah.
1. Tujuan Berbicara
Secara umum tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi kepada orang lain.
Kegiatan berbicara dikatakan berhasil apabila apa yang ingin disampaikan oleh
pembicara persis sama dengan apa yang dipahami oleh pendengar.
Menurut Tarigan, (2008: 17) Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan
umum, yaitu
a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
Didalam tujuan ini, pembicara hanya sekedar memberitahukan atau menyampaikan
informasi kepada lawan bicara atau pendengar. Dalam hal ini biasanya pembicara
tidak perlu menghiraukan tanggapan. Berbicara untukmelaporkan atau memberikan
informasi menurut Tarigan dapat dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan untuk
;
1. Memberi atau menanamkan pengetahuan;
2. Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda
3. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses
4. Menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun
menguraikan tulisan (Tarigan, 2008: 30). Semua hal tersebut merupakan situasi
informative karena masing-masing ingin membuat pengertian atau makna-makna
menjadi jelas.
b. Manjamu dan menghibur (to entertain)
4
supaya apa yang ingin disampaikan bisa dipahami dengan baik oleh pendengar dan
proses komunikasinya akan berjalan lancar.
2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam
aktivitas berbicara dan faktor penentu keefektifan berbicara. Walaupun masalah
yang dibicarakan kurang menarik, tetapi apabila disajikan dengan penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, maka masalahnya akan menjadi
menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya disampaikan dengan cara monoton atau
datar saja, maka akan menimbulkan kebosanan bagi pendengar.
3. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata yang digunakan dalam aktivitas berbicara hendaknya tepat, jelas, dan
bervariasi. Pendengar akan lebih tertarik mendengarkan apa yang kita sampaikan,
jika kata-kata yang kita gunakan sesuai dengan tujuan dan pendidikan pendengar
dan siapa pendengar itu sendiri.
4. Ketepatan sasaran pembicaraan
Pembicaraan yang menggunakan kalimat yang efektif akan memudahkan
pendengar memahami isi pembicaraan. Keteraturan penuturan kalimat sangat besar
pengaruhnya terhadap keefektifan berbicara. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan pengaruh, kesan atau akibat. Kalimat yang efektif mempunyai ciri-
ciri keutuhan, keterpautan, pemusatan, perhatian dan kehematan. Ciri keutuhan
akan terlihat jika setiap kata benar-benar merupakan bagian yang terpadu dari
sebuah kalimat. Kalimat dikatakan efektif apabila mampu membuat proses
penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna. Namun pembicara harus tahu
siapa pendengarnya dan menyesuaikan gaya kalimatnya dengan pendengar dan
memperhatikan ciri-ciri kalimat efektif.
Faktor Non Kebahasaan yang meliputi:
1. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku.
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan pertama
yang kurang menarik. Padahal kesan pertama sangat penting untuk menjamin
adanya keseimbangan perhatian pihak pendengar. Penugasan materi yang baik,
setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan suatu
latihan yang akan membuat seseorang terbiasa melakukan aktivitas berbicara, baik
didalam forum resmi, maupun tidak resmi, maka pada saat melakukan aktivitas
berbicara akan timbul sikap tenang dan wajar.
2. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Dalam aktivitas berbicara, pandangan pembicara harus mengarah kepada lawan
bicara atau pendengar agar pendengar dapat fokus atau dapat menyimak materi
yang dibicarakan dengan baik. Pandangan yang hanya mengarah kepada satu arah
akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Akibatnya perhatian
pendengar tidak terlalu fokus kepada pembicara.
3. Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Dalam menyampaikan materi, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap
terbuka, dengan kata lain dapat menerima pendapat dari orang lain, pembicara juga
harus bisa menerima kritikan dan saran dari orang lain serta bersedia mengubah
pendapatnya apabila memang keliru.
6
Tugas berbicara berdasarkan rangsng suara yang lazim digunakan adalah suara
yang berasal dari siaran radio atau rekaman.
Berbicara berdasarkan ransang visual dan suara
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara adalah berbicara berdasarkan
sesuatu yang dapat dilihat dan didengar salah satu contoh ransang visual dan suara
yaitu siaran televisi, dan video.
Bercerita
Ransang yang dapat dijadikan bahan bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca
(fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman ( pengalaman berpergian, berlomba,
dan seminar).
Indikator Penilaian Kemampuan Berbicara
Indikator penilaian kemampuan berbicara meliputi: kesesuaian dengan gambar,
ketepatan logika urutan cerita, ketepatan makna keseluruhan cerita, ketepatan
kata, ketepatan kalimat, dan kelancaran. (sumber: Nurgiyantoro, 2010: 406).
Keterampilan berbahasa
Keterampilan berbahasa mempunyai 4 komponen yaitu : keterampilan
menyimak,berbicara,membaca, dan menulis. 4 komponen tersebut merupakan
satu kesatuan yang sangat erat hubunggannya sehingga disebut catur tunggal. Dan
keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktek dan
banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan
berpikir. Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, dapat diawali dengan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa
* Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak dan didahului dngan proses menyimak.
* Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung, merupakan komunikasi tatap muka.
* Pengajaran menyimak, berbicara dan menulis haruslah saling berhubungan serta
berkaitan erat dengan keterampilan membaca.
Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi
Komunikasi mempersatukan para individu dalam kelompok dengan jalan
menhablurkan konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan
kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang
membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan
tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-
masyarakat bahasa.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-
perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian mengandung maksud dan tujuan.
Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sautu yang terjadi:
komunikasi adalah sesuatu yang funsional,mengandung maksud, dan dirancang
untuk menghasilkan beberapa efek.
KESIMPULAN
Secara garis besar kami memahami buku “ BERBICARA SEBAGAI SUATU
KETRAMPILAN BERBAHASA”, dimana Bahasa memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut terjadi
11
karena sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain
sebagai wujud interaksi. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
tertatur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan
berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut
pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjutnya
setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.
Refensi
Kartomiharjo, 1988 Terampil berbicara. Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo.
MA, 2005 dan Soepomo, 2007 Terampil Berbicara.Yogyakarta: Aswaja
Pressindo. Mulgrave,1954 Terampil Berbicara: Yogyakarta: CV Aswaja
Pressindo.
Pringgowidagdo, 2002 Terampil Berbicara. Yogyakarata : CV Aswaja Pressindo.
Marlina Eliyanti, 2019. Tuturan Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan Metode
Reciplocal Teaching. Media sahabat cendekia:Surabaya
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF.2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan
Praktik. PT Grasindo:Jakarta
Sidiarto, 1986 Terampil Berbicara. Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo. Hoetomo