SOSIOLOGI
TANTANGAN INDUSTRI 4.0 LEMBAGA FORMAL DESA
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Kelas B
Disusun oleh:
Aqil Ariful F. 155060600111004
M. Irfan Fatul Fikri 165060601111039
Faris Eka Syarifudin 165060607111003
M. Kemal Akbar 165060607111010
Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya,
industri akan semakin kompak dan efisien. Namun ada pula risiko yang mungkin muncul,
misalnya berkurangnya Sumber Daya Manusia karena digantikan oleh mesin atau robot. Dunia
saat ini memang tengah mencermati revolusi industri 4.0 ini secara saksama. Berjuta peluang ada
di situ, tapi di sisi lain terdapat berjuta tantangan yang harus dihadapi.
Perubahan itu sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial. Perubahan yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan di banding era revolusi industri sebelumnya. Pada revolusi
Industri 1.0, tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap dan air menjadi penanda. Tenaga
manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Mesin uap pada abad ke-18 adalah salah
satu pencapaian tertinggi. Revolusi 1.0 ini bisa meningkatkan perekonomian yang luar biasa.
Sepanjang dua abad setelah revolusi industri pendapatan perkapita negara-negara di dunia
meningkat enam kali lipat.
Revolusi Industri 2.0 perubahannya ditandai dengan berkembangnya energi listrik dan motor
penggerak. Manufaktur dan produksi massal terjadi. Pesawat telepon, mobil, dan pesawat
terbang menjadi contoh pencapaian tertinggi. Perubahan cukup cepat terjadi pada revolusi
Industri 3.0. Ditandai dengan tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta
otomatisasi. Teknologi digital dan internet mulai dikenal pada akhir era ini. Revolusi Industri 4.0
ditandai dengan berkembangnya Internet of/for Things, kehadirannya begitu cepat
Ada beberapa pendapat para ahli tentang revolusi industri 4.0, yang pertama menurut Jobs
Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation, yang dirilis McKinsey
Global Institute (Desember 2017), pada 2030 sebanyak 400 juta sampai 800 juta orang harus
mencari pekerjaan baru, karena digantikan mesin. Pendapat yang kedua, menurut Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang P.S. Brodjonegoro, mempunyai pendapat yang
sama dengan McKinsey & Co. Menurutnya, memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan
kehilangan 50 juta peluang kerja.
Pemerintah pusat menggelontorkan anggaran melalui dana desa dengan angka yang sangat
besar. Namun dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan, belum signifikan. Pasalnya,
pengelolaan dana desa diwarnai dengan banyaknya penyimpangan akibat lemahnya sumber daya
manusia (SDM) perangkat desa. Di samping itu, perangkat desa, terutama kepala desa kerap
melakukan penyimpangan dengan beragam modus. Antara lain dengan melakukan
penggelembungan harga, laporan fiktif, dan pembengkakan anggaran. Sesuai filosofinya, dana
desa diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah di desa, terutama terkait dengan kemiskinan.
Namun, filosofi tersebut belum sepenuhnya terwujud lantaran rendahnya SDM perangkat desa.
Dari 74.957 desa di seluruh Indonesia, sebanyak 60% kepala desa hanya lulusan SMP. Bahkan
ada 15% yang tanpa pendidikan formal. Sisanya sebanyak 25% tamatan SMA dan perguruan
tinggi.
Oleh karena itu, perangkat desa perlu mengembangkan sumber daya manusia yang
dikhususkan untuk mempelajari ilmu kemajuan teknologi seperti revolusi industri 4.0 agar dapat
diterapkan di desa masing-masing. Terutama mengembangkan pada masyarakat yang sudah
memasuki usia produktif (19-40 tahun) yang hidup di jaman milenial. Maka dari itu, perlu
dilakukan pula penyuluhan dengan mengenalkan penggunaan platform di ponsel kepada
masyarakat yang berusia produktif.
Dengan ini, masyarakat desa tidak perlu kesulitan untuk mengelola arsip-arsip desa karena
dengan adanya kemudahan pada fase revolusi industri 4.0, akan lebih memudahkan komunitas
masyarakat desa menjaga arsip-arsip desa. Masyarakat desa akan melalui proses merekap lebih
singkat dengan teknologi konvensional.
Agar dapat meningkatkan kelompok keahlian dalam bidang TI, maka dapat dilakukan dengan
cara membentuk suatu komunitas baru yang khusus untuk mengelola dan mengolah TI. Maka
dari itu, diperlu metode top down dari pemerintah setempat agar dapat memberikan tenaga
pelatih TI dengan waktu yang singkat. Diharapkan nantinya dapat menyeimbangi perkembangan
dengan masyarakat kota.
Manfaat dari pengembangan desa dengan mengikuti perkembangan revolusi industry 4.0
adalah dapat mengembangkan potensi yang ada di desa dan dapat mempromosikan suatu
kawasan tertentu. Selain itu, manfaat lainnya adalah dapat menekan biaya produksi lebih murah
karena ada beberapa pekerjaan yang digantikan oleh teknologi sehingga mau tidak mau harus
mengurangi jumlah pekerja. Selain itu dengan adanya perkembangan IT akan menghasilkan arsip
data yang lebih akurat sehingga pemantauan dana desa untuk pengembangan desa dapat lebih
transparan, arsip data juga berguna untuk seleksi warga yang berhak menerima bantuan untuk
meringankan tanggungan hidup dan bantuan yang diberikan tidak salah sasaran sesuai dengan
prinsip prinsip industry 4.0 tentang transparansi informasi yang dapat dilakukan oleh Lembaga
desa.
Tabel 1. Tabel S.W.O.T Implementasi Konsep Industri 4.0 Lembaga Formal Desa
No. Peluang/Kesempatan Ancaman Kekuatan Kelemahan
1. Berkurangnya resiko Human 15.000 desa dari 74.957 Penggunaan Big Minimnya
Error desa belum mendapat data yang dapat pengetahuan
akses internet. membuat arsip tentang teknologi
tersimpan lebih dan informasi
terstruktur
2. Dapat menggambarkan Minimnya pengetahuan Identifikasi dan Secara umum
potensi di desa secara lebih tentang teknologi dan pengambilan memasuki revolusi
rinci dan visual informasi . keputusan dalam industri 4.0
menangani masalah Indonesia akan
lebih cepat kehilangan 50 juta
peluang kerja.
3. Tidak perlu pergi ke kantor 2500 desa di pelosok
pemerintahan untuk belum teraliri oleh listrik
mengirimkan berkas-berkas
penting, dan dapat lebih cepat
dan efisien.
4. Adanya kucuran dana desa
mencapai 60 triliun di Tahun
2018
Aspek-aspek atau bidang yang direncanakan untuk dibangun ditingkat pemerintahan desa atau
pemerintahan terendah adalah profesionalisme aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan tugas-
tugas administrasi pemerintahan, disamping memperkuat partisipasi masyarakat dan
kelembagaannya serta aspek-aspek lainnya. Keberadaan aparat desa yang juga diserahi tugas
dibidang administrasi, menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ
pemerintahan yang paling bawah. Dengan demikian aparat desa dalam pelaksanaan tugasnya
sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan penyajian data dan informasi yang sangat
dibutuhkan, semakin dituntut adanya kerja keras dan kemampuan yang optimal guna
memperlancar pelaksanaan tugas pemerintahan khusus nya tugas administrasi desa. Hal ini
berkaitan dengan penyajian administrasi data desa yang secara tertib dan teratur harus
dilaksanakan di tingkat desa demi data desa yang akurat.
Maka, untuk meningkatkan manajemen Pemerintahan Desa perlu dilakukan penataan
administrasi agar lebih efektif dan efisien, penataan administrasi merupakan pencatatan data dan
informasi dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa, maka perlu dilakukan
langkah penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. Ada beberapa pengertian secara
rinci terkait Penyelenggaraan Administrasi Desa yakni ;
Software Sistem Terpadu Administrasi Data Desa Online berisi sekumpulan subsistem yang
saling berhubungan, membentuk satu kesatuan saling berinteraksi dan bekerjasama antar bagian
satu dengan yang lainnya untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input)
berupa data, kemudian mengolahnya (processing) dan mengeluarkan keluaran (output) berupa
informasi untuk mendukung kegiatan operasional dan managerial dalam sistem data di desa/
kelurahan.
Hendra Suwardana (2017). “Revolusi Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental”. JATI UNIK. 1(2),
102-110
Ningtyas, I (2018). (Fakta atau Hoax) Benarkah Akses Internet Telah Merata di Indonesia?
https://cekfakta.tempo.co/fakta/82/fakta-atau-hoax-benarkah-akses-internet-telah-merata-di-
indonesia (diakses 28 November 2019)