Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

SOSIOLOGI
TANTANGAN INDUSTRI 4.0 LEMBAGA FORMAL DESA
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Kelas B

Disusun oleh:
Aqil Ariful F. 155060600111004
M. Irfan Fatul Fikri 165060601111039
Faris Eka Syarifudin 165060607111003
M. Kemal Akbar 165060607111010

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
Daftar Isi
I. Pendahuluan...................................................................................................................3
1.1. Konsep Revolusi Industri 4.0........................................................................................3
1.2. Teori Lembaga Formal Desa.........................................................................................4
II. Pembahasan...................................................................................................................5
2.1. Kaitan Industri 4.0 dan Lembaga Formal Desa.............................................................5
2.2. Tantangan Industri 4.0 Terhadap Lembaga Formal Desa.............................................6
2.3. Studi Kasus OBUMDES di Kabupaten Serang.............................................................9
2.4. Studi Kasus Penerapan Aplikasi SMART Desa pada Seluruh Desa di Indonesia......10
III. Kesimpulan..................................................................................................................13
I. Pendahuluan
1.1. Konsep Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 memiliki empat prinsip yang memungkinkan setiap perusahaan
untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan berbagai skenario industri 4.0, diantaranya
adalah:

1. Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk


terhubung dan saling berkomunikasi satu sama lain melalui media internet untuk
segalanya (IoT) atau internet untuk khalayak (IoT).
2. Transparansi Informasi; kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia
fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor.
3. Bantuan Teknis; pertama kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia
mengumpulkan data dan membuat visualisasi agar dapat membuat keputusan yang bijak.
Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia melakukan berbagai
tugas yang berat, tidak menyenangkan, atau tidak aman bagi manusia.
4. Keputusan Mandiri; kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan dan
melakukan tugas semandiri mungkin.

Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya,
industri akan semakin kompak dan efisien. Namun ada pula risiko yang mungkin muncul,
misalnya berkurangnya Sumber Daya Manusia karena digantikan oleh mesin atau robot. Dunia
saat ini memang tengah mencermati revolusi industri 4.0 ini secara saksama. Berjuta peluang ada
di situ, tapi di sisi lain terdapat berjuta tantangan yang harus dihadapi.

Perubahan itu sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial. Perubahan yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan di banding era revolusi industri sebelumnya. Pada revolusi
Industri 1.0, tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap dan air menjadi penanda. Tenaga
manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Mesin uap pada abad ke-18 adalah salah
satu pencapaian tertinggi. Revolusi 1.0 ini bisa meningkatkan perekonomian yang luar biasa.
Sepanjang dua abad setelah revolusi industri pendapatan perkapita negara-negara di dunia
meningkat enam kali lipat.

Revolusi Industri 2.0 perubahannya ditandai dengan berkembangnya energi listrik dan motor
penggerak. Manufaktur dan produksi massal terjadi. Pesawat telepon, mobil, dan pesawat
terbang menjadi contoh pencapaian tertinggi. Perubahan cukup cepat terjadi pada revolusi
Industri 3.0. Ditandai dengan tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta
otomatisasi. Teknologi digital dan internet mulai dikenal pada akhir era ini. Revolusi Industri 4.0
ditandai dengan berkembangnya Internet of/for Things, kehadirannya begitu cepat

Ada beberapa pendapat para ahli tentang revolusi industri 4.0, yang pertama menurut Jobs
Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation, yang dirilis McKinsey
Global Institute (Desember 2017), pada 2030 sebanyak 400 juta sampai 800 juta orang harus
mencari pekerjaan baru, karena digantikan mesin. Pendapat yang kedua, menurut Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang P.S. Brodjonegoro, mempunyai pendapat yang
sama dengan McKinsey & Co. Menurutnya, memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan
kehilangan 50 juta peluang kerja.

1.2. Teori Lembaga Formal Desa


Adanya Kelembagaan Desa mempermudah koordinasi serta kerjasama antara penduduk
dengan kebutuhan hidup maupun kehidupannya. Menurut Siswojono dan Wisadirana (2008)
terdapat lima Lembaga desa formal yaitu

1. Lembaga Masyarakat Desa (LMD),


Lembaga ini mengurus kurang lebih 35 orang yang dikepalai Kepala Desa dibantu
Sekertaris Desa beranggota pamong desa maupun pemuka masyarakat
2. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
Sebagai wadah masyarakat dalam kegiatana pembangunan desa. Di berberapa desa sudah
dihapus Lembaga ini
3. Lembaga Badan Pertimbangan Desa
Lembaga ini untuk menggantikan Lembaga LKMD dengan anggota berasal dari
perwakilan masyarakat desa. Tugasnya sebagai kontrol sosial pelaksanaan pemerintahan
desa.
4. Lembaga Pembinaan Kesejahteraan Kelaurga (PKK)
Lembaga ini dikepalai oleh Istri Kepala Desa dengan anggota 20 orang
5. Lembaga Keamanan
Lembaga ini beranggota Hansip dan Wanra yang bertujuan mengamankan desa
II. Pembahasan
2.1. Kaitan Industri 4.0 dan Lembaga Formal Desa
Revolusi industri 4.0 bisa dikatakan berawal dari strategi pemerintah Jerman pada tahun
2011 dalam hal produksi, yang memfokuskan komputerisasi dalam proses manufakturnya.
Pemerintah Jerman mengingikan adanya cara yang lebih efisien dalam hal produksi barang
secara masal dengan menggandalkan dan mengaplikasikan teknologi. Terutama teknologi
otomatis (automation) yang tidak banyak membutuhkan campur tangan manusia dalam
operasinya. Revolusi industri telah terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut sampai
sekarang. Dimulai dari mesin uap yang mendominasi industri saat itu, dari kereta sampai mesin
penggerak turbin. Dan sekarang memasuki revolusi industri ke 4, semuanya telah berubah secara
dramatis. Tren otomatisasi, pertukaran data terkini, komputasi awan, Internet of things (IoT),
kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu
memudahkan kegiatan operasional dalam melakukan pengembangan suatu daerah. Ada empat
prinsip rancangan dalam Revolusi Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini membantu perusahaan
mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario dalam revolusi Industri 4.0

 Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk


berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet of Things (IoT)
atau Internet of People (IoP). IoT akan mengotomatisasikan proses ini secara besar-
besaran
 Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia
fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip
ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks
bernilai tinggi.
 Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan
mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat
keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak. Kedua,
kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan
serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.
 Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan
melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau ada
tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.
2.2. Tantangan Industri 4.0 Terhadap Lembaga Formal Desa
Dari hasil survei, pengguna internet Indonesia pada 2017 mencapai 143,26 juta jiwa atau
54,68 persen dari seluruh penduduk di Indonesia. Trend pemakai internet di Indonesia memang
terus tumbuh pesat. Namun masih terjadi ketimpangan yang besar antara kota, wilayah
pinggiran, dan desa dalam akses internet tersebut. Menurut survei APJII, penduduk di perkotaan
yang telah menggunakan Internet menyentuh angka 72,41 persen. Sedangkan penduduk
pinggiran kota sebesar 49,49 persen, dan pedesaan 48,25 persen. Komposisi pengguna Internet
dilihat dari kelas ekonomi didominasi oleh kelas menengah mencapai 74,62 persen. Sementara
itu, untuk sebaran per wilayah dari pengguna internet Indonesia, pulau Jawa masih menguasai
58,08% yang diikuti oleh Sumatera 19,09%, Kalimantan 7,97%, Sulawesi 6,73%, Bali-Nusa
5,63%, dan Maluku-Papua 2,49%. Ketimpangan akses jaringan internet antara wilayah kota
besar, seperti Jakarta, dan daerah itu sebenarnya problem lama. Menteri Komunikasi dan
Informatika Rudiantara mengatakan, di Jakarta telah memperoleh throughput rata-rata sebesar 7
Mb/s jaringan 4G. Sedangkan di Maluku dan Papua hanya 300 Kb/s

Pemerintah pusat menggelontorkan anggaran melalui dana desa dengan angka yang sangat
besar. Namun dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan, belum signifikan. Pasalnya,
pengelolaan dana desa diwarnai dengan banyaknya penyimpangan akibat lemahnya sumber daya
manusia (SDM) perangkat desa. Di samping itu, perangkat desa, terutama kepala desa kerap
melakukan penyimpangan dengan beragam modus. Antara lain dengan melakukan
penggelembungan harga, laporan fiktif, dan pembengkakan anggaran. Sesuai filosofinya, dana
desa diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah di desa, terutama terkait dengan kemiskinan.
Namun, filosofi tersebut belum sepenuhnya terwujud lantaran rendahnya SDM perangkat desa.
Dari 74.957 desa di seluruh Indonesia, sebanyak 60% kepala desa hanya lulusan SMP. Bahkan
ada 15% yang tanpa pendidikan formal. Sisanya sebanyak 25% tamatan SMA dan perguruan
tinggi.

Pendekatan seorang perencana dalam mengenalkan revolusi industri 4.0 untuk


pengembangan komunitas masyarakat desa yaitu dapat dilakukan dengan pendekatan
profesional. Adapun penerapan model pengembangan masyarakat, dapat dilakukan dengan
menerapkan model pengembangan masyarakat lokal yaitu setiap anggota bertanggung jawab
mementukan tujuan dan strategis untuk mencapai tujuan.
Selain itu, diterapkan pula model pengembangan perencanaan sosial yaitu pekerja sosial
sebagai perencana sosial yang memandang mereka masyarakat sebagai konsumen, para penerima
pelayanan bukan pembuat kebijakan. Pendekatan ini bertujuan agar dapat mengenalkannya
dengan mudah.

Oleh karena itu, perangkat desa perlu mengembangkan sumber daya manusia yang
dikhususkan untuk mempelajari ilmu kemajuan teknologi seperti revolusi industri 4.0 agar dapat
diterapkan di desa masing-masing. Terutama mengembangkan pada masyarakat yang sudah
memasuki usia produktif (19-40 tahun) yang hidup di jaman milenial. Maka dari itu, perlu
dilakukan pula penyuluhan dengan mengenalkan penggunaan platform di ponsel kepada
masyarakat yang berusia produktif.

Dengan ini, masyarakat desa tidak perlu kesulitan untuk mengelola arsip-arsip desa karena
dengan adanya kemudahan pada fase revolusi industri 4.0, akan lebih memudahkan komunitas
masyarakat desa menjaga arsip-arsip desa. Masyarakat desa akan melalui proses merekap lebih
singkat dengan teknologi konvensional.

Gambar 1. Kucuran Dana Desa (2015-2018)


Sumber : Kementrian Keuangan dalam www,databoks.katadata.co.id (2019)
Bedasarkan gambar 1. adanya kucuran dana desa oleh Kementrian Keuangan (2015-2018)
memberikan peluang serta tantangan dalam pengembangan teknologi di desa dana desa
mencapai Rp 187 triliun dengan dana desa sehingga kedepannya anggaran dana desa bisa
dialokasikan untuk pengembangan software birokrasi dalam kelembagaan desa. Masyarakat dan
lembaga desa hanya perlu membentuk sebuah tim yang mampu atau ahli dalam urusan
Teknologi dan Informasi (TI) untuk dapat mengikuti perkembangannya secara serentak.
Meskipun begitu, tidak semua sistem perlu dirubah hanya untuk mengikuti tren revolusi industri
4.0 karena pada umumnya apabila revolusi industri 4.0 diterapkan secara menyeluruh, maka
tenaga-tenaga yang didapatkan dari sumber daya manusia itu sendiri akan digantikan oleh
teknologi terbarukan.

Agar dapat meningkatkan kelompok keahlian dalam bidang TI, maka dapat dilakukan dengan
cara membentuk suatu komunitas baru yang khusus untuk mengelola dan mengolah TI. Maka
dari itu, diperlu metode top down dari pemerintah setempat agar dapat memberikan tenaga
pelatih TI dengan waktu yang singkat. Diharapkan nantinya dapat menyeimbangi perkembangan
dengan masyarakat kota.

Manfaat dari pengembangan desa dengan mengikuti perkembangan revolusi industry 4.0
adalah dapat mengembangkan potensi yang ada di desa dan dapat mempromosikan suatu
kawasan tertentu. Selain itu, manfaat lainnya adalah dapat menekan biaya produksi lebih murah
karena ada beberapa pekerjaan yang digantikan oleh teknologi sehingga mau tidak mau harus
mengurangi jumlah pekerja. Selain itu dengan adanya perkembangan IT akan menghasilkan arsip
data yang lebih akurat sehingga pemantauan dana desa untuk pengembangan desa dapat lebih
transparan, arsip data juga berguna untuk seleksi warga yang berhak menerima bantuan untuk
meringankan tanggungan hidup dan bantuan yang diberikan tidak salah sasaran sesuai dengan
prinsip prinsip industry 4.0 tentang transparansi informasi yang dapat dilakukan oleh Lembaga
desa.

Tabel 1. Tabel S.W.O.T Implementasi Konsep Industri 4.0 Lembaga Formal Desa
No. Peluang/Kesempatan Ancaman Kekuatan Kelemahan
1. Berkurangnya resiko Human 15.000 desa dari 74.957 Penggunaan Big Minimnya
Error desa belum mendapat data yang dapat pengetahuan
akses internet. membuat arsip tentang teknologi
tersimpan lebih dan informasi
terstruktur
2. Dapat menggambarkan Minimnya pengetahuan Identifikasi dan Secara umum
potensi di desa secara lebih tentang teknologi dan pengambilan memasuki revolusi
rinci dan visual informasi . keputusan dalam industri 4.0
menangani masalah Indonesia akan
lebih cepat kehilangan 50 juta
peluang kerja.
3. Tidak perlu pergi ke kantor 2500 desa di pelosok
pemerintahan untuk belum teraliri oleh listrik
mengirimkan berkas-berkas
penting, dan dapat lebih cepat
dan efisien.
4. Adanya kucuran dana desa
mencapai 60 triliun di Tahun
2018

2.3. Studi Kasus OBUMDES di Kabupaten Serang


A. Latar Belakang
Pemberdayaan Masyarakat Desa merupakan bagian penting guna menunjang
Pengembangan Ekonomi Desa. Badan Usaha Milik Desa adalah salah satunya. Sebagai
penggerak Ekonomi Desa, BUMDes diharapkan dapat merangsang iklim usaha yang postif
ditengah gencaran persaingan ekonomi Global. Kekuatan itu diantaranya harus ditunjang
dengan penguatan kelembagaan BUMDes, Permodalan, Penciptaan Unit Usaha yang unggul,
Pengelolaan Keuangan yang Akuntable dan Transparan serta ditunjang oleh Sistem Manajemen
yang Inovatif.
B. Aplikasi OBUMDES
OBUMDES atau Online BUMDes Kabupaten Serang, yaitu sebuah Sistem Aplikasi
berbasis Android yang menyatukan ke lima aspek diatas sebagai wadah penyajian Data, Input
Data, Pelaporan, e-commerce, serta media Informasi untuk masyarakat khususnya di Kabupaten
Serang dalam mengembangkan BUMDes di era milenial ini. OBUMDES sebagai onestop
BUMDES apps memiliki fitur diantaranya :
1. Input Data Profil BUMDes dan Output sajian Data Profil Bumdes terupdate
2. Input Data Unit Usaha BUMDes dan Output sajian Data Unit Usaha Terupdate
3. Jual Beli Online Produk BUMDES dan Produk Masyarakat lainnya
4. Fitur Barcode Scan Produk Bumdes sebagai langkah inovasi promos Produk-produk
BUMDES
5. Pelaporan Keuangan
6. Informasi terupdate seputar BUMDES di Kabupaten Serang

Serta masih banyak fitur lainnya yang dapat dikembangkan kedepan

C. Kelebihan Aplikasi OBUMDES Kabupaten Serang


Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi ini sebagai media informasi dan Jual Beli
online, serta menambah wawasan dalam hal pengembangan BUMDES
2.4. Studi Kasus Penerapan Aplikasi SMART Desa pada Seluruh Desa di Indonesia
A. Latar Belakang
Peningkatan profesionalisme SDM dipandang perlu untuk meningkatkan kapasitas
pelayanan, mengingat bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pelayanan memiliki peran
strategis sebagai pendorong (key leverage) dari reformasi birokrasi. Adapun arah kebijakan
pembangunan di bidang aparatur negara adalah "meningkatkan profesionalisme, netralitas dan
kesejahteraan SDM aparatur. Peningkatan kualitas SDM aparatur diarahkan untuk mewujudkan
SDM aparatur yang profesional, netral, dan sejahtera" Hal tersebut mengindikasikan sangat
pentingnya profesionalitas aparatur dalam rangka meningkatkan dalam pelaksanaan tugas
administrasi pemerintah desa.

Aspek-aspek atau bidang yang direncanakan untuk dibangun ditingkat pemerintahan desa atau
pemerintahan terendah adalah profesionalisme aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan tugas-
tugas administrasi pemerintahan, disamping memperkuat partisipasi masyarakat dan
kelembagaannya serta aspek-aspek lainnya. Keberadaan aparat desa yang juga diserahi tugas
dibidang administrasi, menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ
pemerintahan yang paling bawah. Dengan demikian aparat desa dalam pelaksanaan tugasnya
sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan penyajian data dan informasi yang sangat
dibutuhkan, semakin dituntut adanya kerja keras dan kemampuan yang optimal guna
memperlancar pelaksanaan tugas pemerintahan khusus nya tugas administrasi desa. Hal ini
berkaitan dengan penyajian administrasi data desa yang secara tertib dan teratur harus
dilaksanakan di tingkat desa demi data desa yang akurat.
Maka, untuk meningkatkan manajemen Pemerintahan Desa perlu dilakukan penataan
administrasi agar lebih efektif dan efisien, penataan administrasi merupakan pencatatan data dan
informasi dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa, maka perlu dilakukan
langkah penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. Ada beberapa pengertian secara
rinci terkait Penyelenggaraan Administrasi Desa yakni ;

 Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


kegiatan pemerintahan desa pada Buku Administrasi Umum di Desa.
 Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
penduduk pada Buku Administrasi Penduduk di Desa.
 Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan
yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi Pembangunan di desa.

B. Aplikasi Smart Desa


Software Sistem Terpadu Administrasi Data Desa Online adalah sistem database
kependudukan yang dirancang dengan sistem pelayanan satu pintu (one gate service) sehingga
memudahkan sistem pelayanan di desa/ kelurahan secara cepat dan akurat. Apalagi sudah
dilengkapi versi online yang bisa membantu masyarakat mengurus surat-surat atau perijinan
cukup melalui laptop pribadinya atau HP. Setelah masyarakat masuk (login) dan menuliskan
(input) kebutuhan administrasinya maka tinggal datang ke kantor Desa/Kelurahan untuk
mengambil print out yang butuh kelengkapan stempel dan tanda tangan Kepala Desa /
Kelurahan.

Software Sistem Terpadu Administrasi Data Desa Online berisi sekumpulan subsistem yang
saling berhubungan, membentuk satu kesatuan saling berinteraksi dan bekerjasama antar bagian
satu dengan yang lainnya untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input)
berupa data, kemudian mengolahnya (processing) dan mengeluarkan keluaran (output) berupa
informasi untuk mendukung kegiatan operasional dan managerial dalam sistem data di desa/
kelurahan.

C. Kelebihan Aplikasi SMART Desa


Kelebihan Sistem Terpadu Manajemen Data Desa, ialah sebagai berikut:

 Validasi data penduduk secara otomatis


 Software terlengkap dari semua pembanding yang ada: 12 Menu 80 Sub Menu
 Dirancang sesuai dengan perundang undangan dan kebutuhan desa
 Memperkuat sistem informasi dan administrasi kependudukan di tingkat desa dan
kelurahan
 Mampu menampilkan data DPT dalam pemilihan umum dan pilkades dengan sangat
akurat
 Perekaman data kependudukan sangat efesien, cepat dan akurat
 Mampu meminimalisir kemungkinan kesalahan input data
 Berkemampuan memberi laporan dengan detail dan sesuai kebutuhan
 Memiliki menu terlengkap sesuai dengan kebutuhan saat ini
 Cukup 1 menit untuk proses administrasi data desa
 Untuk versi Online semua kebutuhan administrasi surat atau perijinan cukup via laptop
pribadi atau HP, karena basis web base dan Online.
III. Kesimpulan
` Adanya konsep Industri 4.0 bisa berarti membawa peluang hingga ancaman bagi
kelembagaan formal desa seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Walaupun secara umum bisa
kehilangan hingga 50 juta pekerja di Indonesia tetapi tetap saja ada peluang atau kesempatan
bagi Lembaga formal desa. Peluangnya berupa adanya big data serta arsip digital untuk
pemerintahan hingga ancaman dimana 15.000 desa dari 74.957 desa belum mendapat akses
internet bahkan lebih parahnya lagi 2.500 desa belum teraliri listrik. Selain itu Lembaga Formal
Desa dihadapkan dengan isu berupa ketimpangan infrastruktur internet desa dimanya hanya
48,25 % mendapat internet Oleh karena itu, perangkat desa perlu mengembangkan sumber daya
manusia yang dikhususkan untuk mempelajari ilmu kemajuan teknologi seperti revolusi industri
4.0 agar dapat diterapkan di desa masing-masing. Terutama mengembangkan pada masyarakat
yang sudah memasuki usia produktif (19-40 tahun) yang hidup di jaman milenial. Untuk itu
maka SMART Desa hadir dengan konsep pencatatan administrasi bisa dilakukan melalui internet
sehingga data yang terinput tidak terjadi kesalahan lagi. Selain itu OBUMDES di Kabupaten
Serang juga hadir untuk memudahkan masyarakat desa Kabupaten Serang dalam melakukan
pelaporan hingga jual beli online hanya melakukan QR Code.
Daftar Pustaka
Siswojono, S.B & Wisadirana, D. 2008. Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan. Malang: Agritek
YPN
Tresya V. “Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Prinsip, dan Tantangan Generasi Milenial”
https://www.maxmanroe.com/revolusi-industri-4-0.html (diakses 28 Novermber 2019)
Putrawangsa S. (2018). “Integrasi teknologi digital dalam pembelajaran di era industri 4.0”.
Jurnal TATSQIF. 16(1), 42-54

Hendra Suwardana (2017). “Revolusi Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental”. JATI UNIK. 1(2),
102-110

Ningtyas, I (2018). (Fakta atau Hoax) Benarkah Akses Internet Telah Merata di Indonesia?
https://cekfakta.tempo.co/fakta/82/fakta-atau-hoax-benarkah-akses-internet-telah-merata-di-
indonesia (diakses 28 November 2019)

Manasye Y (2019). Lemahnya SDM Perangkat Desa Sebabkan Penyimpangan.


https://mediaindonesia.com/read/detail/259288-lemahnya-sdm-perangkat-desa-sebabkan-
penyimpangan (diakses 28 November 2019)

Imansyah, A (2019). Smart Desa Aplikasi Terbaik.


https://www.kompasiana.com/dmi/5d11a1960d82301ba75fc1b2/smart-desa-aplikasi-desa-
terbaik?page=all (diakses 28 November 2019)

Gojali, J .OBUMDES Kabupaten Serang https://play.google.com/store/apps/details?


id=com.myloves65.OBUMDES&hl=in (diakses 29 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai