Anda di halaman 1dari 20

Case Report Session

EFUSI PLEURA MASIF

Oleh :

Afifah Aqilatul F. 1840312210


Mirza Nuring Tyas 1840312434
Debby Yulanda P. 1840312623

Preseptor:
dr. Russilawati, Sp.P

BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................3
1.2 TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................................4
1.3 BATASAN MASALAH.........................................................................................................4
1.4 METODE PENELITIAN......................................................................................................4
BAB 2 LAPORAN KASUS.........................................................................................................5
BAB 3 DISKUSI...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi
normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan viseralis dapat berupa transudat
atau cairan eksudat.1 Efusi pleura merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain,
jarang merupakan penyakit primer, secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil
cairan (5-15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak
tanpa adanya friksi.1 Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya.
Sementara pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 juta orang, 3000
orang terdiagnosa efusi pleura. Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh
gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi
tuberkulosis.2
Penyebab efusi dapat terjadi pada penyakit ganas 41% dan tuberkulosis untuk 33%
dari 100 kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki koeksistensi tuberkulosis dan
keganasan yang dianalisis dengan kelompok ganas. Parapneumoni efusi ditemukan hanya 6%
kasus, penyebab lain gagal jantung kongestif 3%, komplikasi dari operasi by pass koroner
2%, rheumatoid atritis 2%, erythematous lupus sistemik 1%, gagal ginjal kronis 1%,
kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8%.3 Kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan
keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini. Faktor resiko terjadinya
efusi pleura diakibatkan karena lingkungan yang tidak bersih,sanitasi yang kurang,
lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan
prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.4
Cairan pleura memiliki konsentrasi protein yang lebih rendah dari paru-paru dan
kelenjar getah bening perifer. Cairan pleura dapat menumpuk karena hal-hal berikut:
a. Peningkatan tekanan hidrostatik di sirkulasi mikrovaskular.
b. Penurunan tekanan onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular karena hipoalbuminemia
yang meningkatkan penumpukan cairan dalam rongga pleura.

3
c. Peningkatan tekanan negatif pada rongga pleura juga membuat meningkatnya
akumulasi cairan pada rongga pleura. Hal ini dapat terjadi pada ateletaksis
d. Peningkatan permeabilitas kapiler akibat mediator inflamasi. Hal tersebut
mengakibatkan lebih banyak protein dan cairan yang masuk dalam rongga pleura,
contohnya pada pneumonia.
e. Gangguan drainase limfatik dari permukaan pleura karena penyumbatan oleh tumor
dan fibrosis.5
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak. Nyeri bisa timbul akibat efusi yang
banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis efusi pleura dapat
ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis yang pasti
melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura.3 Efusi menunjukkan tanda dan
gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi
cairan, bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang
sakit. Efusi ringan sesak bisa tidak terjadi.6
1.2 Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
efusi pleura
1.3 Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas tentang efusi pleura
1.4 Metode Penulisan
Laporan kasus ini ditulis dengan menggunakan metode diskusi yang merajuk dari
berbagai literatur.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasien


1. Nama : Ny. I
2. Umur/tgl lahir : 52 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Nomor RM : 01.03.20.17
6. Alamat : Jl. Muara Lulo Bukit Kerman Kerinci Jambi
7. Status perkawinan : Kawin
8. Negeri Asal : Indonesia
9. Tanggal Masuk : 6 November 2018

3.2 Anamnesis
Keluhan utama:
Sesak napas meningkat sejak 10 hari yang lalu.
 Sesak napas meningkat sejak 10 hari yang lalu, sesak tidak menciut, dipengaruhi oleh
aktivitas. Pasien lebih suka tidur miring ke kanan. Pasien sempat dirawat di RS Kerinci
selama 6 hari, saat dilakukan pungsi didapatkan cairan 600cc warna kekuningan. Ketika
di RSUP M. Djamil dilakukan pungsi didapatkan cairan 1200cc berwarna kekuningan.
 Batuk berdahak (+) sejak 5 bulan yang lalu, dahak berwarna putih
 Keringat malam (+) disertai kaki dan tangan dingin sejak 2 bulan yang lalu
 Penurunan BB (+) 5/6kg
 Nafsu makan turun (+)
 Batuk darah (-), riwayat batuk darah (-)
 Nyeri dada (-)
 Demam (-)
 Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-)
 BAB tidak ada sejak 1 minggu yang lalu
 Tidak ada keluhan BAK

5
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat TB (-)
 Riwayat asma (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat TB (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat asma (-)
 Riwayat DM (-)
Riwayat pekerjaan, sosial-ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan
Pasien seorang petani ladang, mempunyai 3 orang anak, memakai KB hormonal, sudah
menopause di usia 50 tahun.
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : CMC
 Tekanan darah : 90/70
 Nadi : 115x/menit
 Suhu : 36.7ºC
 Pernapasan : 36x/menit
 Sianosis : (-)
 Keadaan umum : sakit sedang
 Tinggi badan : 150 cm
 Berat badan : 40 kg
 Edema : (-)
 Anemis : (-)
 Ikterus : (-)
Kulit : tidak ada kelainan
Kelenjar getah bening : pembesaran KGB (-)
Kepala : tidak ada kelainan

6
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : tidak diperiksa
Hidung : tidak diperiksa
Tenggorokan : tidak diperiksa
Gigi dan mulut : tidak ada kelainan
Leher
 JVP : 5 - 2 cmH2O
 Deviasi trakea : (-)
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
 Perkusi : Batas jantung normal
Batas kanan : RIC 3 LSD
Batas kiri atas : RIC 3 linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah : RIC 5, 1 jari medial LMCS
 Auskultasi : Bising jantung (-)
Paru depan
 Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
 Palpasi : Fremitus kiri > kanan
 Perkusi : Sonor kiri dan kanan pekak
 Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-

Paru belakang
 Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
 Palpasi : Fremitus kiri > kanan
 Perkusi : Sonor kiri dan kanan pekak
 Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang
7
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-
Perut
 Inspeksi : tidak membuncit, distensi (-)
 Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan -, nyeri lepas -
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : BU (+) N (10x/menit)
Alat kelamin : tidak diperiksa
Ekstremitas : edema -/-, clubbing finger -/-
3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan hematologi Hasil pemeriksaan kimia klinik
Hb : 9 gr/dL GDS : 129mg/dl
Leukosit : 16.670/mm3 Ureum : 34 mg/dl
Eritrosit : 3,83 juta Kreatinin : 0,5 mg/dl
Ht : 26% SgOT/SGPT : 24/17
Trombosit : 411.000/ mm3 Alb/glb : 3,1/3,3
PT : 12,5 detik
APTT : 39,3 detik
Ureum : 34 mg/dl
Kreatinin : 0,5 mg/dl
Na/K/Cl : 187/3,5/105

Kesan labor : Anemia ringan, leukositosis, trombositosis

8
3.4 Pemeriksaan Foto Thorak

Kesan rontgen thoraks : Perselubungan homogen di lapangan paru kanan (efusi pleura).
3.5 Diagnosis Kerja
Efusi pleura masif
3.6 Diagnosis Banding
Efusi pleura dextra e.c keganasan, efusi pleura kanan e.c TB.
3.7 Rencana Pengobatan
- O2 2 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
- injeksi levofloxacin 1 x 750 mg
- nebu flumucil 2 x 1 amp
- Kultur dan sensitivity test
- Punksi pleura
- Sitologi cairan pleura
9
3.8 Follow-up
1. 07-11-2018 pkl 15:19
S/ sesak napas (+)
Batuk (+) berdahak (+)
Demam (-)
O/ Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 90/70
Nadi : 110
Frekuensi Nafas : 36
Suhu : 36,8
Paru : Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
Palpasi : Fremitus kiri > kanan
Perkusi : Kiri sonor kanan pekak
Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-
A/ Efusi pleura masif
P/ - O2 3-4 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
- injeksi levofloxacin 1 x 750 mg
- nebu fluimucil 2 x 1 amp
- Kultur dan sensitivity test
- Punksi pleura
- Sitologi cairan pleura
2. 08-11-2018 pkl 14.43
S/ Sesak nafas (+)
Batuk (+) berdahak
Demam (-)
O/ Keadaan umum : Sakit sedang

10
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 90/70
Nadi : 90
Frekuensi Nafas : 35
Suhu : 36,8
Paru :Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
Palpasi : Fremitus kiri > kanan
Perkusi : Kiri sonor kanan pekak
Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-
Pungsi : ditemukan cairan sebanyak 1500c berwarna kekuningan
A/ Efusi pleura masif
P/ - O2 3-4 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
- Injeksi levofloxacin 1 x 750 mg
- Nebu fluimucil 2 x 1 amp
- Kultur dan sensitivity test kuman banal sputum
- Punksi pleura
- Sitologi cairan pleura
3. 09-11-2018 pkl 15.28
S/ Sesak nafas (+) berkurang
Batuk (+) berkurang
Demam (-)
O/ Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 98
Frekuensi Nafas : 23
Suhu : 36,7

11
Paru :Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
Palpasi : Fremitus kiri > kanan
Perkusi : Kiri sonor kanan pekak
Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-
Pungsi : ditemukan cairan sebanyak 1500c berwarna kekuningan
A/ - Suspek Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui TxNxM1a (efusi pleura) stg IV
- CAP
P/ - O2 3-4 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
- Injeksi levofloxacin 1 x 750 mg
- Nebu flumucyl 2 x 1 amp
- Nebu combivent
- Kultur dan sensitivity test kuman banal sputum
- Punksi pleura
- Sitologi cairan pleura
4. 10-11-2018 pkl 13.28
S/ Sesak nafas (+) berkurang
Batuk (+) berkurang
Demam (-)
O/ Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 110
Frekuensi Nafas : 20
Suhu : 36,5
Paru :Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
Palpasi : Fremitus kiri > kanan

12
Perkusi : Kiri sonor kanan pekak
Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-
Pungsi : ditemukan cairan sebanyak 1500c berwarna kekuningan
A/ - Suspek Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui TxNxM1a (efusi pleura) stg IV
- CAP
P/ - O2 3-4 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
- Injeksi levofloxacin 1 x 750 mg
- Nebu flumucyl 2 x 1 amp
- Nebu combivent
- Kultur dan sensitivity test kuman banal sputum
- Punksi pleura
- Sitologi cairan pleura
- Cek darah rutin dan differential count
5. 11-11-2018 pkl 13.12
S/ Sesak nafas (+) berkurang
Batuk (+) berkurang
Demam (-)
O/ Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 98
Frekuensi Nafas : 27
Suhu : 36,5
Paru :Inspeksi : Kanan lebih cembung dari kiri (statis)
Kanan tertinggal dari kiri (dinamis)
Palpasi : Fremitus kiri > kanan
Perkusi : Kiri sonor kanan pekak
Auskultasi : Kanan : Suara nafas melemah hingga menghilang

13
Kiri : Suara nafas bronkovesikular, wh -/-, rh +/-
Pungsi : ditemukan cairan sebanyak 1500c berwarna kekuningan
A/ - Suspek Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui TxNxM1a (efusi pleura) stg IV
- CAP
P/ - O2 3-4 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
- Injeksi levofloxacin 1 x 750 mg
- Nebu flumucyl 2 x 1 amp
- Nebu combivent
- Kultur dan sensitivity test kuman banal sputum
- Punksi pleura
- Sitologi cairan pleura

14
BAB IV
DISKUSI

Pasien perempuan 52 tahun mengeluh sesak napas yang semakin meningkat sejak 10 hari
yang lalu, tidak menciut dan berlangsung terus menerus. Keluhan sesak dirasakan berat saat
bernapas dan sedikit berkurang dengan perubahan posisi tidur kearah kanan yang membuatnya
sulit untuk melakukan aktifitas termasuk berjalan. Pasien juga mengeluh batuk dan penurunan
nafsu makan serta berat badan yang menurun tanpa alasan yang jelas sejak 5 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik paru saat inspeksi ditemukan asimetris dimana dada kanan
tertinggal saat bernapas, pada palpasi ditemukan fremitus pada dada kanan menurun sedangkan
pada dada kiri normal, pada perkusi ditemukan redup pada dada kanan dan sonor pada dada kiri,
pada auskultasi ditemukan suara nafas yang melemah dan menghilang pada dada kanan
sedangkan pada kiri normal. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan leukosit 19.470
/mm3 (leukositosis), kadar hemoglobin pada pasien ini 10,2 gr/dL yang berarti anemia ringan.
Pada kasus ini pasien telah dilakukan aspirasi cairan pleura di rumah sakit daerah dan telah
dikeluarkan cairan berwarna kuning sebanyak 600 mL, dan telah dilakukan juga pungsi pleura di
RSUP Dr. M Djamil pada tanggal 6/11/18 sebanyak 1200 mL dan pada tanggal 8/11/18
sebanyak 1500 mL. Pasien juga diambil sampel untuk pemeriksaan analisa cairan pleura pada
tanggal 8/11/18 tetapi hasil pemeriksaan belum diketahui.
Pada foto thorak AP ditemukan perselubungan homogen yang menutupi lapang paru
kanan. Disamping itu pada pasien juga diberikan terapi penunjang lainnya berupa pemberian
oksigen nasal kanul 2 liter/ menit untuk mengatasi keluhan sesaknya. Pasien juga diberikan
cairan berupa IVFD NaCl 0,9% 12 jam/ kolf, injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr, injeksi levofloxacin 1 x
750 mg, dan nebu fluimucil 2 x 1 amp.
Efusi pleura didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana terdapatnya cairan yang
berlebih jumlahnya di dalam cavum pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan reabsorbsi (penyerapan) cairan pleura ataupun adanya cairan di cavum pleura
yang volumenya melebihi normal. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura
sekitar 5-15 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan
pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. Cairan dalam jumlah yang
berlebih dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.

15
Dalam keadaan normal, rongga pleura berisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan permukaan
pleura parietalis dan visceralis, yang saling bergerak karena pernapasan. Cairan masuk ke dalam
rongga melalui pleura parieatalis yang bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura
visceralis yang bertekanan rendah dan diserap juga oleh kelenjar limfe dalam pleura parietalis
dan pleura visceralis.1,2
Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang
diproduksi oleh pleura parietalis dan visceralis tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan
pembuluh darah mikropleura visceral atau sebaliknya yaitu produksi cairan melebihi kemampuan
penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh beberapa kelainan,
antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ luar paru.1,2,3
Pada seseorang yang mengalami efusi pleura, gejala klinis dapat berupa keluhan sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak berupa nyeri pleuritik
atau nyeri tumpul yang terlokalisir, pada beberapa penderita dapat timbul batuk-batuk kering.
Keluhan berat badan menurun dapat dikaitkan dengan neoplasma dan tuberkulosis, batuk
berdarah dikaitkan dengan neoplasma, emboli paru dan tuberkulosa yang berat. Demam
subfebris pada tuberkulosis, demam menggigil pada empiema, ascites pada sirosis hepatis.2
Pada pasien ini, keluhan sesak ini timbul akibat terjadinya timbunan cairan dalam rongga
pleura yang akan memberikan kompresi patologis pada paru sehingga ekspansinya terganggu
dan sesak tidak menciut karena bronkus tetap normal. Makin banyak timbunan cairan maka
sesak makin terasa berat. Selain sesak pasien juga mengeluhkan adanya batuk, batuk pada efusi
pleura mungkin disebabkan oleh rangsangan pleura yang disebabkan cairan pleura yang berlebih,
proses infalamasi maupun massa pada paru-paru. Pada pemeriksaan fisik paru, semua
abnormalitas yang ditemukan pada pasien kemungkinan disebabkan karena timbunan cairan pada
rongga pleura kanan.2,3,4,5
Untuk konfirmasi dugaan akan adanya efusi pleura maka mutlak diperlukan pemeriksaan
foto toraks (PA). Bila masih meragukan (karena temuan klinis yang kuat) dapat dimintakan pula
pada posisi lateral dengan sisi yang sakit di depan. Suatu perselubungan yang menutupi
gambaran paru normal yang dimulai dari diafragma (bila posisi pasien duduk atau berdiri) adalah
suatu tanda jelas dari efusi pleura. Batas perselubungan ini akan membentuk suatu kurva dengan
permukaan daerah lateral lebih tinggi dari bagian medial. Kelainan dapat unilateral atau bilateral
tergantung dari etiologi penyakitnya. Pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan foto thorak AP

16
dan ditemukan adanya perselubungan homogen pada hemithorak dekstra dengan kesan efusi
pleura dextra massif.6
Efusi cairan dapat berbentuk transudat dan eksudat. Efusi transudat terjadi karena
penyakit lain bukan primer paru seperti pada gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma
nefrotik, dialisis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva,
mikaedema, glomerulonefritis, obstruksi vena kava superior, emboli pulmonal, atelektasis paru,
hidrotoraks, dan pneumotoraks. Sedangkan pada efusi eksudat, terjadi bila ada proses
peradangan yang menyebabkan permabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga
sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudati yang paling sering adalah akibat M. tuberculosis dan
dikenal sebagai pleuritis eksudatif tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit
(amuba, paragonimiosis, ekinokokus), jamur, pneumonia atipik (virus, mikoplasma, legionella),
keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus (karena Systemic Lupus Eritematous),
pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia,
dan akibat radiasi.7,8,9
Etiologi dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis. Torakosentesis
adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam
rongga dada di bawah pengaruh pembiusan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita
dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga IX garis aksilaris
posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura
sebaiknya tidak melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan
berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock
(hipotensi) atau edema paru.9
Untuk diagnostik cairan pleura, dilakukan pemeriksaan : 10
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (serous-xantho-ctrorne). Bila agak
kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. Dan adanya kebocoran
aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema.
Bila merah coklat, ini menunjukkan adanya abses karena amuba.

17
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura,
terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu. Apabila yang dominan
sel neutrofil menunjukkan adanya infeksi akut, sel limfosit menunjukkan adanya infeksi kronik
seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum, sel mesotel menunjukkan adanya infark
paru, biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit, bila sel mesotel maligna biasanya pada
mesotelioma, sel-sel besar dengan banyak inti pada arthritis rheumatoid dan sel L.E pada lupus
eritematosus sistemik.
Pada kasus ini pasien telah dilakukan aspirasi cairan pleura untuk pemeriksaan analisis
cairan pleura tetapi hasil dari pemeriksaan tersebut belum diketahui.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka pasien ini
didiagnosis dengan Susp Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui (Efusi pleura dekstra massif).
Diagnosis efusi pleura dekstra masif karena pada anamnesis pasien ditemukan keluhan sesak
yang berat dan terus menerus tidak membaik dengan istirahat tetapi sedikit berkurang jika posisi
tidur ke arah kanan Pada pemeriksaam fisik ditemukan asimetris dimana dada kanan tertinggal,
fremitus serta suara vesikuler melemah pada sisi kanan, dan saat diperkusi ditemukan redup pada
sisi kanan, serta pada pemeriksaan foto thorak ditemukan adanya efusi pleura kanan masif.7
Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan cara pengobatan kausal,
thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan pleurodesis. Pada kasus ini karena pasien
mengalami efusi pleura maka dilakukan thorakosintesis yaitu berupa evakuasi cairan pleura
sebanyak 600 cc yang berguna sebagai terapi terapeutik dan diagnostik. Sebagai terapi terapeutik
evakuasi ini bertujuan mengeluarkan sebanyak mungkin cairan patologis yang tertimbun dalam
rongga pleura (sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi), sehingga
diharapkan paru pada sisi yang sakit dapat mengembang lagi dengan baik, serta jantung dan
mediastinum tidak lagi terdesak ke sisi yang sehat, dan penderita dapat bernapas dengan lega
kembali. Sebagai terapi diagnostik dilakukan dengan mengambil sedikit cairan pleura untuk
dilihat secara fisik (warna cairan) dan untuk pemeriksaan biokimia (uji Rivalta), serta sitologi.11
Pada pasien belum terpasang WSD yang mana WSD ini merupakan suatu sistem drainage
yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura. Adapun

18
indikasi pemasangan WSD pada pasien ini adalah adanya efusi pleura yang massif. Pada pasien
belum dilakukan tindakan pleurodesis untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah
aspirasi. Pleurodesis merupakan tindakan melengketkan pleura parietalis dengan pleura visceralis
dengan zat kimia. (tetracycline, bleomisin, thiotepa, corynebacterium parvum) atau tindakan
pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan sangat banyak dans selalu terakumulasi kembali.12

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Davies HE, Lee YCG. 2008. Pleural effusion, empyema, and pneumothorax. Di dalam :
Albert RK, Spiro SG, Jett JR, editor. Clinical Respiratory Medicine. Philadelphia (US) :
Mosby Inc.Hlm 853-62
2. Yataco JC, Dweik RA. 2005. Pleural effusions : evaluation and management. Cleveland
clinic journal of medicine, vol 72, No 10..
3. Davey, Patrick. 2014. Medicine at a Glance. Edisi ke 4. Oxford: John Wiley & Sons. p: 45.
4. McGrath E. Diagnosis of Pleural Effusion: A Systematic Approach. American Journal of
Critical Care 2011; 20: 119-12
5. Heffner JE, Brown LK, Barbieri CA. Diagnostic value of tests that discriminate between
exudative and transudative pleural effusions. CHEST 1997; 111:970-80
6. Hanley, Michael E., Carolyn H. Welsh. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary
Medicine. 1st edition. McGraw-Hill Companies.USA:2003. E-book
7. Braunwald E, Anthony SF, Dennis LK, Stephen LH, Dan LL. Harrison’s principles of
internal medicine. USA: McGraw Hill Companies; 2008. 6. Wedzicha J, Johnst
8. Light R. Pleural Effusion. NEJM 2008; 346: 1971-77.
9. Lee Y. Textbook of pleural disease. USA: Hodder Arnold; 2003.
10. Mattison L, Coppage L, Alderman D. Pleural effusion: prevalence, causes, and clinical
implications. Br. J Cancer. 2010;111(04): 810-14.
11. Yataco J C. Pleural effusions : evaluation and management formation and drainage. J Cleve
Clin Med. 2005;72(2): 854-72
12. Depkes RI. Profil Kesehatan 2006. Jakarta: Depkes RI; 2006.

20

Anda mungkin juga menyukai