Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Sejarah Indonesia
Kerajaan pada masa hindu-budha

SMA NEGERI 1 PARUNGPANJANG


X IPA 1

KELOMPOK 3:

-Muhammad Luthfi Ginarso


-susanti cendra kasih
-septi
Kata pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun Penyusun Penyusun

Muhhammad.LUTHFI.G Susanti.C.K Septi erna

Guru mata pelajaran

NISAUL MUF’IDAH S.Pd.I

1
DAFTAR ISI
Judul ........................................... Lembar 1
Kata pengantar .......................... Lembar 2
Daftar isi .......................... Lembar 3
Kerajaan kediri ................. Lembar 4-6
Kerajaan Singansari .............. Lembar 6-7
Kerajaan Majapahit ................ Lembar 7-10
Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di
Bali .............. Lembar 10-13
Kerajaan Tulang bawang ........... Lembar 13-14
Kerajaan Kota Kapur ............ Lembar 14-15
1.Kerajaan Kediri

Sejarah kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di


tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini
merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri
Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu
(Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya
supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas
Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan
Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi,
Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
Kemudian pada November 1042, kedua putra Raja Airlangga memperebutkan
tahta kerajaan sehingga dengan terpaksa Airlangga membelah kerajaan menjadi
dua. Hasil dari perang saudara tersebut, Kerajaan Panjalu diberikan kepada Sri
Samarawijaya yang pusatnya di Kota Daha.

Raja-raja yang berkuasa pada Kerajaan Kediri:

1. Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu


2. Kameshwara
3. Jayabaya
4. Prabu Sarwaswera
5. Prabu Krhoncharyadipa
6. Srengga Kertajaya

Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Raja


Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa Tengah
meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh
Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai Kerajaan
Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat catatan dari
kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri
paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya. Bukan hanya
daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang ada di Kediri
cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani
pada masa itu.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahaan Raja Kertajaya, dimana terjadi
pertentangan antara raja dengan Kaum Brahmana. Raja Kertajaya dianggap
melanggar agama dengan memaksakan mereka menyembah kepadanya
sebagai dewa. Kaum Brahmana meminta pertolongan kepada Ken Arok,
pemimpin daerah Tumapel yang ingin memisahkan diri dari Kediri. Kemudian
terjadilah perang antara rakyat Tumapel yang dipimpin Ken Arok dengan
Kerajaan Kediri. Akhirnya pada tahun 1222 Masehi, Ken Arok berhasil
mengalahkan Kertajaya dan Kerajaan Kediri menjadi wilayah bawahan Tumapel
atau Singhasari.

Sebagai pemimpin di Kerajaan Singhasari, Ken Arok mengangkat Jayasabha


(putra Kertajaya) sebagai bupati Kediri. Jayasabha digantikan oleh putranya
Sastrajaya pada tahun 1258. Kemudian Sastrajaya digantikan putranya
Jayakatwang (1271). Jayakatwang berusaha ingin membangun kembali Kerajaan
Kediri dengan memberontak Kerajaan Singhasari yang dipimpin Kertanegara.
Terbunuhlah Raja Kertanegara dan Kediri berhasil dibangun oleh Jayakatwang.
Namun, kerajaan Kediri tidak berdiri lama, Raden Wijaya (menantu Raja
Kertanegara) berhasil meruntuhkan kembali Kerajaan Kediri yang dipimpin
oleh Jayakatwang. Setelah itu, tidak ada lagi Kerajaan Kediri.

2.Kerajan Singasari

Kerajaan singosari adalah sebuah kerjaan di jawa timur yang didirikan oleh KEN
AROK pada tahun 1222. Nama kerajaan singosari sesungguhnya adalah
KERAJAAN TUMAPEL. Pada tahun 1253, raja WISNUWARDHANA mengangkat
putranya yang bernama KERTANEGARA sebagai yuwaraja dan menggantikan
ibukota menjadi ibukota singasari. Awal berdiri[sunting | sunting sumber]

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan


Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu
adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh
pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu
baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernamaKen
Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari
kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri


melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken
Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri meletus di desa
Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan


Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu,
pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang
berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kerajaan Kadiri.

Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau


pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar
anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri
kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga
5menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri, Ken
Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Silsilah Wangsa Rajasa


tan raja-raja Singhasari.
Versi Pararaton

1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)


2. Anusapati (1247 - 1249)
3. Tohjaya (1249 - 1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5. Kertanagara (1272 - 1292)
Versi Nagarakretagama

1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)


2. Anusapati (1227 - 1248)
3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)
4. Kertanagara (1254 - 1292)

3.Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur
yang didirikan oleh Raden Wijaya (1293 M). Kerajaan kuno di Indonesia ini
berdiri pada tahun 1293-1500 Masehi. Kerajaan Hindu terakhir di
Semenanjung Malaya ini dianggap sebagai salah satu negara tersbesar
sepanjang sejarah Indonesia. Dimana wilayah kekuasaannya meliputi,
Sumatera, Bali, Borneo, dan Filipina.

Berdirinya Kerajaan Majapahit

Asal mula berdirinya Kerajaan Majapahit yakni adanya serangan dari


Jayakatwang (Adipati Kediri) yang berhasil membunuh Kertanegara
(penguasa Kerajaan Singasari terakhir) akibat menolak pembayaran upeti.
Kemudian Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri ke
Madura untuk meminta perlindungan kepada Aryawiraraja. Raden Wijaya
diberikan hutan Tarik oleh Aryawiraraja sebagai daerah kekuasaanya
kemudian dijadikan desa baru yang diberi nama “Majapahit”.

Majapahit endiri berasal dari kata “buah maja” dan “rasa pahit”.
Kemudian terdapat pasukan Mongolia pimpinan Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau
Hsing tiba di Jawa dengan tujuan menghukum Kertanegara akibat
Kertanegara menolak membayar upeti kepada penguasa Mongolia. Situasi
ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk bekerjasama dengan tentara
Mongolia menyerang Jayakatwang. Kemudian pihak Mongolia menang
atas terbunuhnya Jayakatwang. Ketika tentara

Mongolia sedang berpesta merayakan kemenangannya, Raden Wijaya


memanfaatkan untuk menyerang tentara Mongolia. Pada akhirnya, Raden
Wijaya berhasil mengusir tentara Mongolia dari Jawa dan Raden Wijaya
naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana pada tahun 1293.

Kejayaan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasannya berada dibawah


kekuasaan Hayam Wuruk (1350-1389 M). Berdasarkan isi Kitab
Negerakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit pada masa itu hampir
sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh
kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga. Namun, terdapat
satu daerah yang tidak tunduk pada kekuasaan Majapahit, yakni Kerajaan
Sunda dengan penguasa Sri baduga Maharaja. Ketika Hayam Wuruk ingin
menjadikan Diah Pitaloka (Putri Sri baduga Maharaja) sebagai permaisuri,
Gajah Mada tidak menyetujuinya. Gajah Mada menginginkan putri Sri
baduga Maharaja dipersembahkan kepada Majapahit sebagai upeti.
Terjadilah salah paham yang melahirkan peperangan yang pada akhirnya
Sri Baduga gugur dan putri Sunda bunuh diri.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Runtuhnya Kerajaan Majapahit akibat terjadi perang saudara antara


Wirabhumi melawan Wikramawardhana pada tahun tahun 1405-1406 M.
Selain itu, adanya pergantian raja yang menjadi perdebatan pada tahun
1450-an dan terjadi pemberontakan besar-besaran pada tahun1468 M
oleh seorang bangsawan. Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran
pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15.

Raja-raja Majapahit

1. Kertajasa Jawardhana atau Raden Wijaya (1293 – 1309)

2. Raja Jayanegara (1309-1328)

3. Tribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)

4. Hayam Wuruk (1350-1389)

5. Wikramawardhana (1389-1429)

6. Suhita

7. Kertawijaya

8. Rajasa Wardhana

9. Purwawisesa

10. Brawijaya V

Peninggalan kerjaan majapahit


1.Candi Sukuh

2.Candi cetho

4.Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti


Warmadewa di Bali

Berdirinya Kerajaan Buleleng


Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara. Kerajaan ini
didirikan sekitar pertengahan abad ke-17. Kerajaan ini dibangun oleh I
Gusti Anglurah Panji Sakti dari
Wangsa Kepakisan  (panji sakti) dengan cara menyatukan seluruh
wilayah-wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den
Bukit.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Buleleng

I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gede
Pasekan adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Ni
Luh Pasek berasal dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki
kekuatan supra natural dari lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir
kalau I Gusti Ngurah Panji kelak akan menyisihkan putra mahkota.
Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 12 tahun
disingkirkan ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa Panji. I Gusti Ngurah
Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan Buleleng,
yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa
(Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704,
Kerajaan Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang
saling berbeda.
Raja-Raja Buleleng
Wangsa Panji Sakti
1. Gusti Anglurah Panji Sakti
2. Gusti Panji Gede Danudarastra
3. Gusti Alit Panji
4. Gusti Ngurah Panji
5. Gusti Ngurah Jelantik
6. Gusti Made Singaraja

Wangsa Karangasem
1. Anak Agung Rai
2. Gusti Gede Karang
3. Gusti Gede Ngurah Pahang
4. Gusti Made Oka Sori
5. Gusti Ngurah Made Karangasem

Wangsa Panji Sakti


1. Gusti Made Rahi
2. Gusti Ketut Jelantik
3. Anak Agung Putu Jelantik
4. Anak Agung Nyoman Panji Jelantik
5. Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik

WANGSA WARMADEWA DI BALI


—  Wangsa (dinasti) Warmadewa adalah keluarga bangsawan yang
pernah berkuasa di Pulau Bali
—  Pendiri dinasti ini adalah Sri Kesari Warmadewa
—  Menurut riwayat lisan turun-temurun, yang berkuasa sejak abad ke-
10. Namanya disebut-sebut dalam Prasasti Blanjong di Sanur dan
menjadikannya sebagai raja Bali pertama yang disebut dalam catatan
tertulis
—  Menurut prasasti ini, Sri Kesari adalah penganut Budha Mahayana
yang ditugaskan dari Jawa untuk memerintah Bali
—  Dinasti inilah yang memiliki hubungan dekat dengan penguasa
Kerajaan Medang periode Jawa Timur pada abad ke-10 hingga ke-11
Raja-raja anggota wangsa WarmadewaBerikut adalah raja-raja yang
dianggap termasuk dalam wangsa Warmadewa.
—  Sri Kesari Warmadewa ( 914 M)
—  Sang Ratu Ugrasena (915 M- 942 M)
—  Sri Tabanendra Warmadewa (943 M - 961 M)
—  Candra-bhaya-singha-Warmadewa ( 962 M - 975 M)
—  Janasadu Warmadewa  ( 975 M -988 M)
—  Udayana Warmadewa (989 M - 990 M)
—  Dharmawangsa Warmadewa (991-1049,
penguasa KerajaanKahuripan)
—  Airlangga (memerintah di medang
—  Anak Wungsu (1049)

Kemunduran Dinasti Warmadewa

Kerajaan ini kurang memiliki banyak informasi tentang


kemundurannya, namun diperkirakan kemunduran kerajaan ini
dikarenakan munculnya kerajaan baru. Kerajaan Buleleng
diperkirakan merupakan salah satu kerajaan yang menggantikan
Kerajaan Dinasti Warmadewa. Kerajaan Buleleng sendiri berakhir
seiring waktu pada tahun 1950 walaupun sempat di rusak oleh VOC

5.Kerajaan Tulang Bawang


Nama-nama raja dari Kerajaan Tulang Bawang antara lain sebagai
berikut:

 Mulonou (pendiri, berasal dari Cina)


 Rio Mangku Bumi Kamantaka Bumiloka
 Minak Pati Pejurit
 Minak Tabu Gayaw

Kerajaan Tulang Bawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri


di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang
Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang
memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang
pernah mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang
merupakan seorang peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan
pernah singgah di To-Lang P'o-Hwang("Tulangbawang"), suatu kerajaan di
pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Namun Tulangbawang lebih
merupakan satu Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang pernah mengalami
kejayaan pada Abad ke VII M.[1] Sampai saat ini belum ada yang bisa
memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang
Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20
km dari pusat kota Menggala.[1]

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie


(Sriwijaya), nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada
catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun
temurun yang diketahui oleh penyimbang adat, namun karena Tulang
Bawang menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak
untuk berkuasa dalam komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa
selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum diketemukan benda
benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini.

PENINGGALAN KERAJAAN TULANG BAWANG:


A.tanah/daerah
b.tulisan/aksara lampung
c. animisme
d. adat/kebudayaan
e. alat pertanian/senjata dari besi
f. benda-benda kuno
3.6
55 pilih

6.Kerajaan kota kapur


Raja Yang Memimpin Kerajaan Kota Kapur

Raja yang memipin di kerajaan kota kapur masih belum di ketahui secara
pasti bahkan di situs prasasti kota kapur tidak di jelaskan mengenai raja
kerajaan kota kapur.

Kerajaan Kota Kapur


Penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, pada
tahun 1994, diperoleh petunjuk tentang adanya kekuasaan sebelum
munculnya Kerajaan Sriwijaya. Temuan-temuan arkeologi berupa sisa-sisa
sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) bersama dengan arca-arca
batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan gaya seperti arca-arca
Wisnu yang ditemukan di Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan
Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7
masehi. 

Sebelumnya di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi


batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686
Masehi), telah ditemukan pula peninggalan-peninggalan yang lain di
antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga
Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut
nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-
Waisnawa.

Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur adalah benteng
pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari
timbunan tanah, masing-masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200
meter dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul
benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. 

Benteng pertahanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut


agaknya telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke
Pulau Bangka menjelang akhir abad ke- 7. Penguasaan Pulau Bangka oleh
Sriwijaya ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota
Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya
mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan
Pulau Bangsa oleh Sriwijaya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa
sebagai pintu gerbang pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu.
Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka
berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.mikirbae.com/2015/10/sejarah-kerajaan-tulang-
bawang-dan-kota.html

brainly.https://co.id/tugas/1888975

http://jagosejarah.blogspot.com/2015/05/sejarah-kerajaan-
kediri.html

http://jagosejarah.blogspot.com/2015/05/sejarah-kerajaan-
kediri.html

Anda mungkin juga menyukai