Anda di halaman 1dari 8

Dandy Aria : Pak Arya Pamela : Ibu Irfan

Bagas Kembar : Prasetya Resti Fatma : Bu Fatma


Hidayah Mukti : Stranger Selma Safira : Selma
Masaji Wijaya : Irfan Shangilia : Lia

[Aula Sekolah]
Selma yang masuk sembari mengunci pintu aula, tak lama ia mendapat telpon dari ibunya.
Selma : “Halo mah, iya ini mau pulang. Iya Selma tahu sekarang udah jam 8 malam.
Kan Selma tadi bilang hari ini ada latihan ekskul sampai malam. Yaudah yah,
Selma tutup dulu. dah.” Sambil menutup panggilannya.
Tak lama Selma mendengar suara yang diikuti lagkah kaki seseorang menuju arahnya.
Selma : “itu siapa?” menoleh binggung sambil menunjuk ke arah datangnya suara.
Seseorang itu pun makin dekat. Karena takut, Selma bersembunyi di balik meja yang
ada didekatnya. Irfan, siswa yang tangan dan mulut terikat berlari ketakutan ingin keluar
dari aula. Ia berusaha membuka salah satu pintu yang ada di aula, namun terkunci. Diikuti
seorang pria yang menggunakan setelan jaket, topi dan masker hitam berjalan mendekati
siswa tersebut sambil membawa benda tumpul.
Dengan ketakutan, Irfan pun mundur perlahan sambil menggelengkan kepalanya
diikuti tubuhnya yang gementar. Ia sontak membalikkan badannya, yang berniat untuk kabur
dari pria itu. Namun ia kalah cepat, pria itu menarik bajunya hingga ia terjatuh ke lantai.
Pria itu membalikkan badan, membungkukkan badannya diikuti tangannya yang menarik
rambut Irfan. kemudian menarik ikatan yang ada di mulut Irfan dan membiarkannya bicara.
Irfan : “Lu siapa?, (tak dijawab). gw tanya kau siapa!... (teriaknya sambil mengatur
nafas) tujuanlu sebenarnya apa?, apa makusd lo...”
Stranger : “heh! (sambil mencekik leher Irfan dengan salah satu tangannya) lu tau
berisik gak?, lu seharusnya bersyukur masih gw kasih hidup. Kalau lu dari tadi
nurut sama gw, lu gk bakal mati tersiksa kayak gini, ngerti gak lu!”
Irfan berontak, hingga cekikan di lehernya dan jambakkan rambutnya terlepas. Ia
berusaha berdiri dan melarikan diri, namun ia terjatuh. Pria itu pun mulai kesal dan
berkata.
Stranger : “Ah sial, mau mati aja masih nyusahin.”
Irfan dipukul olehnya dari belakang hingga ia tersungkur. Kemudian ia dipukul
berkali-kali olehnya hingga tak sadarkan diri. Lalu pria itu menyeret tubuh Irfan keluar dari
aula. Saat pria itu hendak menutup kembali pintu aula, terdengar bunyi telpon Selma dari
dalam aula. Sementara itu Selma yang panik langsung menutup telpon dari ibunya. Namun
karena sudah terlanjur curiga, pria itu kembali masuk ke dalam aula. Ia berjalan menebak
dimana datangnya suara telpon tersebut, saat ia sudah dekat dengan meja tempat Selma
bersembunyi. Seketika, ponsel pria itu berbunyi.
Starnger : “Tenang saja, anak ini sudah kuurus, (berbicara dalam telpon) baik.”
Pria itu pun menatap kembali meja itu, lalu pergi meninggalkan aula. Saat dirasa
sudah aman, Selma berdiri perlahan dari meja tempat ia bersembunyi. Sambil berjalan
ketakutan membuka pintu aula dengan pelan. Kemidian melihat ke kanan dan kekiri lalu
berlari meninggalkan sekolah.

[Kesokan harinya]
Lia menarik Prasetya ke depan ruang guru dengan terburu-buru.
Lia : “Ayo buruan jalannya.”
Prasetya : “Et, sabar dulu apa. ini juga udah cepet.”
Lia : “Elu buruan apa jalannya Pera!”, sambil berhenti lalu menghadap Prasetya.
Prasetya : “Pera...pera, nama gw itu Pra. Prasetyo .Udin .Dwioko .Slamet....”
Lia : “Bodo amad gw ngak peduli.”
Prasetya : “Lagian lu ngapain? bawa gua ke ruang guru segala.”
Lia : “Itu, gw mau nanya ke bu Fatma. Soalnya si Irfan kok tumben ngak masuk
tanpa kabar. Biasanya klo dia ngak masuk, pasti dia bakal ngechat lu ato gw.
Tapi kok tumben hari ini dia ngak ngechat sama sekali?” tanya Lia yang
khawatir.
Prasetya : “Et dah, kirain apaan. Dia belum bangun kali.”
Lia : “Ngak mungkin, pasti ada yang aneh sama dia.”
Prasetya : “Ya udah, lu tunggu bu Fatma disini. Gw mau balik kekelas dlu, mau
ngerjain tugas.” Yang lalu membalikkan badannya.
Lia : “Et lu. Tugas udah dikumpulin dari tadi, lu baru mau ngerjain? Emang lu tadi
dikelas ngapain aja?” dengan nada kesal.
Prasetya : “Lu mau tau gw tadi ngapain aja?” tanya balik Prasetya.

- Play Song : Bangun tidur, tidur lagi -

Seketika bel sekolah berbunyi, diikuti dengan Bu Fatma yang keluar dari ruang guru
dan melihat Lia dan Prasetya sedang duduk di depan ruang guru .
Bu Fatma : “Kamu ngapain disini?, bukannya masuk kelas”
Lia : “Begini bu (sontak Lia berdiri), hari ini Irfan G masuk sekolah. tapi G
bisanya dia G masuk tanpa kabar. Apa ibu tau kenapa Irfan ngak masuk?”
Bu Fatma : “ngak, ibu jg blm dpt kabar. Nanti ibu telpon orang tuanya Irfan....”
Tak lama Pak Arya (salah satu guru disekolah) datang memotong perkataan Bu Fatma.
Pak Arya : “Bu Fatma. Itu ada ibunya Irfan di aula sekolah, dia bilang Irfan dari
semalam tidak pulang kerumah bu.”
Seketika semua padangan tertuju ke Pak Arya.
Bu Fatma : “Hmm, kalau gitu Lia sama Pras. Kalian masuk ke kelas sekarang ya, nanti
ibu yang urus masalah Irfan.” Ucapnya yang lalu pergi bersama Pak Arya.
Prasetya : “Jadinya gimana Li?” tanyanya sambil berdiri.
Lia : “Aduh, gw jg ngak tau Pras. Gw mau ke toilet dlu ya bentar. Lu tetep duduk
disini dulu, oke.” Yang lalu ditinggal oleh Lia
Prasetya : “yah elah, kan udah masuk.”
Tak lama datang Selma dengan raut wajah yang ketakutan lalu duduk menunggu di
depan ruang guru. Prasetya yang melihat Selma merupakan salah satu siswi cantik
disekolahnya tak mau melewatkan kesempatan.
Prasetya : “Ehem (batuk), kamu yang dari kelas 12 IPA 1 ya?”
Selma : “iya.” Dengan suara pelan.
Prasetya : “Aduh, udah cantik, suaranya pelan. Kuping gw jadi adem serasa
dikampung.” (bergumam dalam hatinya sambil senyum2 sendiri). “Kalau
boleh tau, nama kamu siapa?”
Selma : “Nama aku Selma.” Dengan suara yang sangat pelan.
Prasetya : “Siapa?” sambil mendekatkan kupingnya.
Selma : “Selmaa.” masih terdengar pelan.
Prasetya : “Siapa sih??”
Selma : “Selma!” dengan suara seperti laki-laki.
Prasetya : “Waduh, kok batang?...apa gw yang salah denger aja ya. Ah bodo amad dah.”
(ucap Prasetya yang kembali bergumam).
Prasetya : “Eh kamu tau ngak?”
Selma : “Nggak”
Prasetya : “Tadi malem aku mimpi kamu nyasar”
Selma : “Nyasar ke mana?”
Prasetya : “Ke hatiku”
Tak lama, Lia datang.
Lia : “Waduh, gw tinggal ke tolet bentar. Udah gatel bae. Cus balik kekelas, ntar
kita dimarahin lagi sama Pak Arya.”
Prasetya : “Y uds (sambil berdiri). Selma, nanti kita ngobrol lagi ya.”
Lia dan Prasetya pun pergi meninggalkan Selma yang membalas ucapan Prasetya
dengan ekspresi geli. Kegelisahan kembali nampak di wajah Selma sambil menunggu Bu
Fatma. Tak lama, Bu Fatma datang bersama Ibu Irfan yang sedih.
Selma : “Bu, saya boleh konsul sebentar tidak sama ibu?” dengan terbata.
Bu Fatma : “Sebentar ya Selma, ibu lagi ada tamu.”
Selma : “Tapi bu, sebentar saja. Ini penting.” Balas Selma dengan nada agak tinggi.
Ibu Irfan : “Kalau gitu, saya saja yang menunggu diluar ya bu. Saya masih bisa
menunggu.”
Bu Fatma : “Maaf ya bu.”
Ibu Irfan : “Iya, ngak kenapa-kenapa kok bu.” Ucapnya yang sambil melihat tajam
Selma dan pergi.
Bu Fatma : “Kamu ada apa Selma? Ibu kan jadi tidak enak sama tamu.”
Selma : “Ibu, saya takut.” Diikuti ekspresi yang jelas dari wajahnya.
Bu Fatma : “Kamu takut kenapa?” balas Bu Fatma yang panik.
Selma : “Tapi Ibu tolong jangan ceritakan ini dulu ke yang lainnya ya bu.” Dengan
ketakutan sambil melihat kekanan dan kekiri.
Bu Fatma : “Iya Selma, tapi kamu kenapa?”
Selma : “Setelah ekskul cheer. Karena aku yang kebagian piket, jadi aku pulang
terakhir. Sekitar jam 8 malam, pas aku mau pulang. Aku lihat Irfan diikat terus
dipukul sampai berdarah sama seseorang yang aku nggak kenal. Aku takut,
aku bersembunyi di balik meja. Ibu tolong bantu aku, aku takut.” Selma
langsung histeris sambil memegang mulutnya dengan gemetar.
Bu Fatma seakan tak percaya dengan ucapan Selma, ia lalu kembali bertanya.
Bu Fatma : “Selma, kamu tenang dulu (sambil memegang salah satu pundaknya). Selma
melihat pelaku yang menyiksa Irfan?”
Selma : “Aku ngak liat dengan jelas soalnya lampu di aula sudah aku matiin. Yang
aku liat. pria itu tinggi besar, memakai jaket, topi dan masker berwarna
hitam.”
Bu Fatma : “Kamu tahu dimana pria itu membawa Irfan?”
Selma : “ngak, aku sangat takut. waktu pria itu membawa Irfan yang sudah pingsan
ke luar aula, aku langsung lari pulang.”
Bu Fatma : “yaudah, Nanti ibu akan bilang masalah ini ke kepala sekolah. jadi Selma
jangan takut. Kalau gitu, Selma sebaiknya kembali ke kelas”
Selma : “Makasih ya bu, saya balik ke kelas dulu.”
Ibu Irfan datang sambil membawa tissue yang dibulatkanya diikuti Selma yang
bergegas keluar. Tatapan tajam kembali terlihat di wajah Ibu Irfan saat melihat Selma.
Ibu Irfan : “Tadi itu siapa Bu?”
Bu Fatma : “Cuma anak murid bu?”
Ibu Irfan : “Apa dia tahu anak saya dimana?”
Bu Fatma : “Ngak bu, dia Cuma lihat sekilas kemarin waktu pulang sekolah.”

Seketika Ibu Irfan langsung mengambil ponsel disakunya dan menelpon seseorang.
Ibu Irfan : “Maaf ya bu, saya pulang dulu. saya dapat kabar ada yang ngeliat Irfan
semalam.”
Bu Fatma : “Oh Iya ngak masalah bu.”
Ibu Irfan langsung bergegas meninggalkan Bu Fatma yang binggung. Perasaan bu
Fatma pun mulaitak enak saat Ibu Irfan pulang, ia pun berfikir.
Bu Fatma : “Kenapa tiba-tiba Ibu Irfan bertingkah aneh ya?”
Karena semakin curiga, Bu Fatma mengambil ponselnya dan berniat melepon Pak
Arya. Saat terdengar bunyi dengung panggilan, tiba-tiba datang seorang pria menghampiri Bu
Fatma. Sontak, bu Fatma ketakutan karena pria itu memiliki ciri-ciri yang sama seperti pria
yang menculik Irfan.

*Aku tak melihatnya dengan jelas karena lampu di aula sudah aku matikan.
Sepengihatanku. Ciri-ciri pria itu tinggi besar, memakai jaket, topi dan masker berwarna
hitam*

Pak Arya pun menjawab telponnya. Namun, Bu Fatma tak membalas karena tubuhnya
kaku melihat pria itu. Bu Fatma yang mulai ketakutan memundurkan langkah kakinya agar
menjauhi pria itu. Tiba-tiba, pak Arya datang. Seketika pria itu langsung pergi sambil
mendorong pak Arya. Pak Arya yang binggung langsung menghampiri bu Fatma yang
langsung terduduk lemas.
Pak Arya : “Ibu ngak kenapa-napa bu? Tadi siapa bu?”
Bu Fatma : “Ngak kenapa-napa pak, tadi Cuma orang lewat doank pak.” sambil dibantu
berdiri oleh pak Arya.
Pak Arya : “Mau saya laporkan ke satpam bu?” tanya kembali.
Bu Fatma : “Ngak usah pak, saya baik-baik saja.” Sambil pergi menuju kantor.

[Sore Harinya]
Jam sekolah selesai, Lia dan Prasetya keluar dari kelas. Lalu ibu Irfan yang
menunggu didepan kelas dari tadi langsung bertanya pada mereka.
Prasetya : “Astaga, mamahnya Irfan.” Dengan terkejut sambil salim dengannya.
Ibu Irfan : “Aduh, ada Lia sama Prasetya (sambil tersenyum). Kalian tahu siswi yang
bernama Selma?”
Lia : “Kyaknya dia hari ini ekskul, emang kenapa mamahnya Irfan.”
Ibu Irfan : “Ah, Enggak.”
Prasetya : “Kalau gitu, kami balik dulu ya mamahnya Irfan.”
Ibu Irfan : “Iya, Hati-hati.”
Lia dan Prasetya pergi meninggalkan Ibu Irfan. Tak lama, Selma keluar dari kelas.
Ibu Irfan : “Dek, kamu yang namanya Selma ya?”
Selma : “i..iya tante (dengan terbata), ada apa ya?”
Ibu Irfan : “Selma, saya ini Ibunya Irfan (sambil memberi tangan). Apakah kamu tahu
dimana anak saya sekarang?” sambil memegang erat tangan Selma.
Selma : “Hmm.. saya ngak tahu tante.” Menggelengkan kepalanya dengan takut.
Ibu Irfan : “Tolong Selma, aku takut Irfan kenapa-napa.”
Selma : “Saya benar tidak tahu, tante tolong bisa lepaskan tangan...” ucap selma yang
melepaskan pegangannya hingga Ibu Irfan terjatuh.
Lalu Ibu Irfan yang tersungkur langsung mengambil ponselnya dan menelpon
seseorang. Sementara itu, Selma yang binggung harus berbuat apa mencoba untuk
melarikan diri. Namun, tiba-tiba datang pria yang menculik Irfan, Selma pun syock.
Kemudian saat Selma mengalihkan pandangannya ke Ibu Irfan. Sebuah pisau kecil sudah
berada dekat dengan leher Selma.
Ibu Irfan : “Ahh, kenapa bocah sekarang nyusahin aja sih.” Ucapnya yang kesal lalu
meluruskan rambutnya.
Selma : “Tante, maafkan aku tante. Tolong jangan culik aku.”
Ibu Irfan : “Heh bocah, gaga-gara lu. Sekarang masalah gua udah bocor kemana-mana!,
sekarang lu mending kasih tau gw, siapa aja orang yang lu udah cerita tentang
keja1dian yang lu liat semalem? Jawab!”
Selma : “aku..u baru bilang ke Bu Fatma.”
Ibu Irfan : “Heh, Bawa dia.”
Seketika mulut Selma di sekap oleh pria itu, Selma hanya bisa berontak percuma dan
akhirnya ia dibawa pergi oleh pria itu bersama dengan ibu Irfan.

[Keesokan Harinya]

Bu Fatma yang baru keluar dari ruang guru langsung ditanyai oleh Pak Arya.
Pak Arya : “Bu Fatma, hari ini Selma tidak masuk sekolah. orang tuanya tadi menelpon
saya dan bertanya apakah Selma menginap di rumah temanya semalam?”
Bu Fatma : “Hah?, Saya rasa Selma ngak mungkin menginap di rumah temannya saat
kondisinya seperti itu. Pak Arya, saya punya firasat buruk tentang Selma. Apa
mungkin, Selma hilang seperti Irfan?”
Pak Arya : “Bu, jangan bicara yang tidak-tidak bu.”
Bu Fatma : “Maaf pak, apa bapak bisa mempercayai kata-kata saya. Saya rasa ada yang
aneh dengan Ibu Irfan saat saya bertemu dengannya kemarin.”
Pak Arya : “Kalau gitu, coba saya periksa dulu rekaman CCTV kemarin. Ibu Fatma
jangan asal tuduh dulu ya bu.”
Bu Fatma : “Baik pak.”
Pak Arya pergi, tak lama ponsel Bu Fatma berdering.
Ibu Irfan : “Halo Bu Fatma, apakah ibu ada di ruang guru? Saya ingin menanyakan
apakah ada tanda-tanda ditemukannya Irfan.”
Bu Fatma : “Saya sedang di depan kantor, memangnya ibu mau bicara dengan saya
kapan?”
Ibu Irfan : “Sekarang..” dengan nada yang sedikit berbeda.
Bu Fatma mulai panik, karena ia takut dugaannya mengenai ibu Irfan benar.
Ibu Irfan : “Bu Fatma baik-baik saja?, muka ibu pucat.”
Bu Fatma : “Ah, engak bu. Saya Cuma kelelahan aja.” Lalu duduk di kursi yang
didekatnya.
Ibu Irfan : “Bu, Fatma. Apakah ada petunjuk dimana....”
Bu Fatma : “Apakah benar Ibu yang menculik Irfan?!” potong Bu Fatma dengan ceplos.
Seketika Ibu Irfan terdiam, dan tatapan matanya terhadap bu Fatma berubah. Lalu ia
dengan cepat menodongkan pisau kecil ke bu Fatma.
Ibu Irfan : “Heh, lu bisa diem ngak. Kalau bener emang kenapa!”
Bu Fatma : “Bu, apa alasan ibu menculik...”
Ibu Irfan : “Diam!, Ngak usah banyak nanya lah, itu urusan gw. Sekarang gw tinnggal
bunuh lu dan masalah gw...”
Bu Fatma mencoba melawan, namun saat ia rasa situasi itu sudah sangat
menguntungkan untuk ia dapat kabur. Ternyata datang pria yang menculik Irfan, seketika
pisau yang dipegang Ibu Irfan sudah kembali berada di dekat leher bu Fatma.
Ibu Irfan : “Lu kira bakal semudah itu lolos dari gw. Sekarang mending lu...”
Tak disangka, pak Arya datang memukul bagian belakang pria itu hingga tersungkur
dan kemudian ia mencekik pria itu. Diikuti Lia dan Prasetya yang berusaha membantu Bu
Fatma dari Ibu Irfan.
Ibu Irfan : “Berhenti! Jika kalian bergerak, dia akan ku bunuh.” Sambil melangkah
menuju pintu keluar.
Saat berada di depan pintu keluar, Ibu Irfan pergi melepaskan Bu Fatma dan
meninggalkan begitu saja pria itu.
Lia : “Ibu ngak kenapa-napa kan bu?”
Bu Fatma : “Iya, ibu baik-baik aja
Pak Arya : “Prasetya, cepet bantu bapak bawa dia ke kantor polisi.”
ruang guru
Bu Fatma : “Kalian ngapain masih disini? Masuk ke kelas sana.”
Prasetya : “Et si ibu, orang masih pengen nongky-nongky juga.”
Bu Fatma : “Alasan aja, udah cepat sana.”
Lia : “Iya-iya bu maaf, kita kekelas ini.”
Lia dan Prasetya kembali kekelas. Tak lama, Bu Fatma mendapat telpon.
Strnger : “Jangan harap sekarang lu bisa hidup tenang, karena gw bakal datang buat
ngeberesin semua orang yang ngebuat gw kyak gini. Ngerti lu!”
Tak lama Pak Arya datang dengan panik membawa kabar.
Pak Arya : “Bu Fatma, saya dapet kabar dari polisi bahwa pria itu berhasil kabur tadi
pagi.”

[SELESAI]

Anda mungkin juga menyukai